05. 🥀permintaan si bungsu

103K 7.8K 397
                                    


☃️ SELAMAT MEMBACA ☃️

Malam ini semua anggota keluarga Fredric tengah makan malam bersama. Suasana di malam hari memang lebih sepi, karena para maid akan berada di belakang mansion dan hanya ke ruang utama untuk melakukan pekerjaan penting seperti menyiapkan makan malam.

Setelah semua hidangan dan Max datang, makan malam keluarga Fredric pun berlangsung dengan anggota lengkap. Beranggotakan pria-pria yang cuek terkesan dingin, ternyata tidak membuat suasana di meja makan hening seperti makan malam pada umunya. Nyatanya, gadis kecil yang duduk di samping Max itu terus mengeluarkan suara rengekan yang menarik antensi semua orang.

"Dekk.. nasinya juga Sayang." Kesekian kalinya Max sudah mengucapkan hal yang sama. Adiknya ini tetap ngeyel tidak mau makan nasi dan hanya mencomoti udang tepung miliknya.

"Emmm.." Ara menggeleng ribut saat Max menyuap nasi ke mulutnya. Lantas Max menghela nafas sebentar kemudian memilih menghabiskan nasinya terlebih dahulu. Setelah ini, jangan harap ada penolakan.

Max membiarkan adiknya makan dengan sesukanya, setelah suapan terakhir di mulutnya, abang tertua Ara itu segera menggeser piringnya dan menatap adiknya.

Saatnya!

Bunyi decitan kaki kursi dan lantai terdengar saat sebelah kaki Max menarik kursi Ara agar lebih dekat dengannya. Kemudian ia menarik piring Ara kehadapannya, lihat saja nasinya masih utuh.

"Aaa.. buka mulutnya." Intrupsi Max, menunggu beberapa saat namun adiknya masih bertahan menutup mulut.

Sementara itu, Bara yang duduk dihadapan Ara hanya diam pura-pura tidak melihat dan berusaha menghindari kontak mata dengan adiknya, kalo ini terjadi maka dipastikan adiknya itu akan minta pertolongan. Tahu sendiri kan? Bara tentu saja akan berada diposisi sulit nantinya. Bukan tidak mau menolong, hanya saja makan adalah hal penting untuk kesehatan Ara.

"Buka mulutnya Dek." Max mendesak adiknya, bahkan sendoknya sudah menyentuh bibir Ara.

"Kaynara." Ucapan Max sedikit menekan, diikuti dentingan sendok yang dia letakkan sedikit kasar ke piring.

Total Ara menunduk, menyesal sudah memancing amarah abangnya. Walaupun sebenarnya itu belum bisa dibilang marah, tapi bagi Ara ucapan Max barusan cukup buat dirinya takut. Ara menarik sebelah tangan Max, memainkan jari kelingking abangnya itu. Sementara sang korban atas kelakuan Ara hanya diam dan terus menatap adiknya.

"Maunya gimana, Sayang?" Tanya Max, kali ini suara sangat lembut seolah mengerti ketakutan adiknya.

"Makan.." cicit Ara, kalau akhirnya makan juga kenapa harus membuat abangnya bertindak keras, pikir Max.

Ara turun dari kursinya, pelan-pelan meringsut ke samping abangnya. Max yang paham segera mengangkat tubuh Ara ke pangkuan. Sementara itu, Bara yang sedari tadi mencuri pandang ke kedua saudaranya itu tersenyum kecil. Andai Bara di posisi Max saat ini, pasti sudah terjadi pertumpahan airmata dan tangisan menyedihkan dari Ara. Sayangnya Bara tidak bisa setegas abangnya, rasanya berat sekedar melontarkan kalimat berintonasi tidak seperti biasanya.

Setelah makan malam dengan sedikit pertunjukan drama dari Ara, kini mereka berkumpul di ruang keluarga. Hanya sekedar berbincang-bincang ringan sambil menonton televisi. Hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga Fredric, sekedar menghabiskan waktu bersama setelah menghabiskan waktu seharian dengan kesibukan masing-masing.

Seperti yang saat ini terjadi, layar televisi dengan ukuran besar itu tengah menayangkan film Disney. Siapa lagi kira-kira diantara mereka menyenangi film kartun tersebut, tentunya si bungsu yang sedang nempel dengan Max.

Little Sister  [U P D A T E   U L A N G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang