53. 🍁Worried About Her

40.9K 3.9K 367
                                    


Happy Reading💖

Arlon masuk ke dalam ruang rawat Ara dengan tergesa gesa, juga diikuti oleh dua orang perawat dibelakangnya.

Didalam ruang rawat Ara hanya ada Arlon dan tim medisnya, setelah sebelumnya seluruh keluarga dipersilahkan keluar. Kecuali Max yang memaksa untuk tetap bertahan disamping Ara.

Tubuh Ara kejang kejang, suhu tubuhnya tinggi membuat Max semakin kalut. Tidak ayal peluh membanjiri pelipis Ara.

"Arlon apa yang terjadi dengan Ara?" tanya Max yang dihiraukan Arlon, fokusnya masih mengecek tubuhnya adiknya itu.

"Apa Ara akan baik baik saja?" lagi lagi pertanyaan cemas keluar dari mulut Max.

Masih dihiraukan Arlon, Max geram.

"Arlon, apa kau tidak mendengar ku, hah!?" sentak Max sedikit keras.

Arlon menggelengkan kepalanya cepat, menolak pemikiran negatif yang berseliweran dikepalanya.

"JAWAB AKU!!" keras Max berbicara

"APA KAU TIDAK BISA DIAM. HAH!? JIKA TIDAK BISA MEMBANTU, SETIDAKNYA TIDAK MENGGANGGU. KELUAR!!"

Untuk pertama kalinya Arlon berucap kasar, apalagi terhadap orang yang lebih tua darinya. Arlon menjambak rambutnya frustrasi.

Sudah dibilang tidak akan ada abang yang tega melihat adiknya sakit seperti ini. Sama, Arlon juga begitu.

Bukan keluar, Max tetap bertahan, hanya saja kali ini ia diam. Max sedikit lega saat seorang perawat menyuntik obat ke dalam infus Ara, Max sendiri tidak tahu apa namanya tapi terpenting tubuh Ara tidak lagi kejang kejang.

"Bagaimana?" tanya Max kembali.

"Siapkan lab, kita akan melakukan madical check up setelah pasien sadar," alih alih menjawab, Arlon malah memerintahkan perawat untuk mempersiapkan laboratorium guna melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk adiknya.

"Bisakah kau tidak menghiraukan ku?!" Max benar benar kesal dibuatnya.

"Aku belum bisa menyimpulkan apa apa, semua akan jelas setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh, ku harap semua akan baik baik saja,"

Setelah mengatakan itu, Arlon mencium kening adiknya lama, ditatapnya wajah pucat Ara.

"Kenapa sakit lagi princess, sepertinya senang melihat abang khawatir, hem?"

Arlon kembali mencium kening Ara, tangan hangatnya mengusap keringat dipelipis princess kecilnya itu.

"Tolong panggilkan aku setelah Ara bangun nanti, sebentar lagi dia akan siuman," ujar Arlon tidak mendapat sahutan dari Max.

"Ah, aku akan mengatakan kepada Daddy agar tidak membiarkan siapapun masuk ke dalam, sepertinya kau membutuhkan waktu berdua dengan princess ku," ucap Arlon dengan kekehan diakhir.

"Princess ku!" tegas Max.

"Princess kita," koreksi Arlon.

"Oke, baiklah aku akan ke lab sebentar," ujar Arlon berjalan ke luar ruangan Ara.

Arlon membalikan tubuhnya.

"Jangan lup-"

"Bisakah kau keluar tanpa banyak bicara? Mengganggu waktu ku dengan adikku saja," geram Max menatap tajam dokter menyebalkannya itu.

Sejak kapan Arlon menjadi sangat menyebalkan seperti ini

"Ah baiklah baiklah,"

Arlon benar benar keluar dengan sisa sisa kekehannya.

Little Sister  [U P D A T E   U L A N G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang