08.🥀 kemarahan Max di perusahaan

105K 7.7K 270
                                    


☃️SELAMAT MEMBACA☃️

Kebetulan guru yang mengajar di kelas Ara dan Arsel berhalangan hadir, jadilah sekarang keadaan di kelas mereka seketika riuh.

Sebagian murid cewek membentuk kelompok gosip, ada juga murid cowok mojok di sudut sambil menonton entah apa itu di ponsel mereka, ada juga mabar game online, ada juga yang memanfaatkan untuk tidur seperti Ara yang sedang senderan di bahu Arsel.

Bel pulang menggema seantero sekolah Tunas Pelita, semua siswa siswi grusak grusuk berhamburan keluar kelas.

Sesuai apa yang di katakan abangnya pagi tadi. Ara sedang menunggu Max di temani Bara, Niel dan Arsel di halte sekolah. Cuaca hari ini sangat cerah, sehingga Niel yang pada dasarnya tidak sabaran terus mendumel saat abang tertuanya tidak kunjung datang.

"Astaga.. lama lagi ga sih ini, dah tau panas gini bukannya dateng on time." Keluh Niel sambil mengusap lengan tangannya yang di sengat matahari. Omong-omong, hoodie nya di  dipinjamkan kepada Ara.

Ocehan Niel tidak di tanggapi oleh saudaranya yang lain. Sedangkan Bara sedang sibuk mengotak-atik ponselnya untuk mengabari Max.

"Panas banget ya Tuhan.." Niel lari menghampiri saudara yang duduk di kursi halte, salah siapa juga ia menunggu Max di pinggir jalan.

"Ga kuat Bang, panas bener. Pinjem dong jaketnya..." Niel merengek kepada Bara yang sedang chatan dengan Max.

"Bang.. panas.." rengekan itu membuat telinga Bara benar-benar risih. Niel jika sudah dalam mode bocah kadang melebihi Ara.

"Ck! Ribet benget sih!" Decak Bara, namun tetap membuka jaketnya untuk Niel.

Di tengah kerepotan Niel dengan cuaca panas dan Bara yang sibuk mengabari Max, adiknya Ara malah sibuk dengan buku cerita bergambar bersama Arsel. Posisinya saat ini, Ara berada di pangkuan Arsel. Hal ini karena bangku halte tidak hanya ada mereka, namun ada siswa lainnya juga yang menunggu bus atau menunggu jemputan seperti mereka.

"Disaat kita makan makanan pedas, maka lambung akan kesakitan." Ara membaca buku tersebut dengan seksama dengan Arsel. Buku uang sedang mereka baca adalah buku cerita bergambar yang bersifat edukatif.

"Huh? Kok bisa Abang?" Ara mendongak, sehingga hidungnya bertubrukan dengan pipi Arsel yang juga ikut mengamati buku bacaan Ara.

"Tentu bisa, karna iritasi dapat langsung dirasakan jika makanan pedas sudah sampai di usus besar. Kemudian, tubuh akan mengirim air lebih banyak ke usus agar feses dapat lebih mudah keluar dari usus besar. Selain itu, makanan pedas dapat memicu asam lambung naik bagi para penderita maag." Jelas Arsel, meskipun sering tidur di kelas, Arsel juga paham sedikit-sedikit penjelasan guru.

"Terus kenapa Bang Niel sering makan pedas?" Kali ini, Ara menatap Niel yang sudah berdiri di pinggir jalan lagi, katanya tidak sabaran nunggu Max datang.

"Itu contoh manusia yang ga sayang sama lambung." Jawab Arsel tanpa pikir panjang, Ara hanya mengangguk saja.

Tidak lama kemudian, mobil sedan hitam yang familiar bagi mereka berhenti tepat di depan Ara dan abang abangnya berada. Seseorang dengan setelan jas hitam, rahang yang tegas dan sepatu pantofel mengkilap turun dari mobil.

"Abang Max.." Ara terpekik Ara gembira dan buru-buru turun dari pengakuannya Arsel.

"Ish lama!" Itu suara Niel, yang merajuk mungkin, namun dicuekin saja oleh Max.

"Sudah lama menunggu Princess? Maaf, Abang ada urusan mendadak tadi." Max menggendong Ara dan menciumi setiap inci wajah adiknya.

"Ish gitu!" Niel kembali berujar ketus, merasa kehadirannya tidak di anggap.

Little Sister  [U P D A T E   U L A N G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang