12. 🍁Sepedaan

77.2K 6.3K 128
                                    


Happy Reading💖

Pagi yang cerah secerah wajah dara cantik keluarga Fredric, hari Ara akan bersepedaan bersama dengan abang abangnya.

Berhubung hari ini adalah hari minggu jadi mereka memutuskan untuk berolahraga dengan bersepedaan.

Walaupun bisa dibilang hanya abang abang Ara saja, karena Ara sendiri tidak bisa naik sepeda. Ara di bonceng oleh Niel, awalnya abang abang Ara tidak setuju karena mengingat seberapa sengkleknya adik mereka yang satu ini.

Tapi Niel terus memaksa dan jadilah Ara di bonceng oleh Niel dengan posisi Ara duduk di depan memegang stang sepeda.

Mereka hanya berkeliling sekitar komplek saja, Ara sangat menikmati udara di pagi hari sambil melihat lihat bangunan mansion di komplek rumahnya.

Tidak jarang Ara juga takjub melihat mansion mansion yang ada di sana, padahal mansion milik Daddy-nya jauh lebih bagus dan mewah.

Sampai akhirnya mereka melewati salah satu mansion yang gerbang mansionnya terbuka.

Tiba tiba seekor anjing hitam keluar dari mansion tersebut dan mengejar Ara dan abang abangnya yang lain.

"Abang adek takut," ucap Ara ketakutan.

"Adek tenang aja, kakinya dinaikin sayang," ucap Niel santai menambah laju sepeda.

"Niel cepetan dayung sepedanya," seru Bara melihat Niel dan Ara ketinggalan jauh di belakang.

"Iya ini juga udah cepet bangg. Hayati lelah, Hayati ngga bisa di giniin," masih sempat sempatnya ngawur.

Anjing hitam itu terus menggonggong dan semakin mendekat ke arah sepeda Niel dan Ara.

"Niel hati hati bawa sepedanya," peringat Max melihat Niel seperti orang kesatan mendayung sepeda.

"Ngga bisa bang anjingnya udah deket," teriak Niel.

"Abang adek takut. Huaaaa," Ara menggenggam kuat stang sepeda.

"Tenang aja dek ngga akan bakal jatoh, abang udah pro naik seped-"

"Oyy jamet awasss.." teriak Arsel ngejleb menusuk di hati Niel.

"Princess..!!!"

"HUAAA..."

"Adek ngga papa kan? ada yang sakit? Mana yang sakit? Coba liat sini," Leonard menghampiri Ara cemas.

"Abangg, tangan adek. Hiks," Ara merentangkan kedua tangan.

"Astagaaa, tangannya sampek luka gini," ucap Arsel melihat tangan Ara sudah mengeluarkan darah segar.

"Lukanya harus segera di obatin, takut nanti infeksi," Max menggendong Ara.

"Ya sudah kita pulang dulu, biar lukanya di obatin di mansion," ucap Arlon.

Sementara Bara menolong Niel yang masih terkapar di jalan dengan luka dilututnya. Meskipun adiknya ini minim akhlak tidak bisa di pungkiri ia juga sayang dengan Niel.

Kini Ara dan abang abangnya sudah sampai di mansion, lebih tepatnya di mansion Bram, atas kemauan Ara sendiri.

"Astaga Tuhann. Anak bunda, aduh ini kenapa? Tangannya kok berdarah sih. Obatin dulu sini sini," Inggrit histeris sendiri.

"Tadi jatuh Bun waktu lagi sepedaan," ujar Max.

"Bunda kaki Niel juga luka," rengek Niel, seketika abang abangnya dan Arsel merotasikan bola mata mereka malas.

"Lho kok bisa, gimana ceritanya ini, kasian prince Bunda," heboh Inggrit gelagapan padahal tidak melakukan apa apa, hanya bergerak tidak jelas.

Arlon mengambil kotak p3k dan langsung mengobati luka.

"Bunda kaki Niel sakit nih" Niel merengek seperti anak gadis.

"Uluhluh sakit ya? Anak bunda yang ganteng ini kok bisa gini sih. Sini sini Bang, lukanya biar Bunda obatin sayang,"

Sungguh abang abangnya yang melihat tingkah Niel ingin menenggelamkan adiknya ini ke rawa rawa saja.

Little Sister  [U P D A T E   U L A N G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang