11. 🍁BBQ

83.2K 6.5K 29
                                    


☃️ SELAMAT MEMBACA☃️

Terang bulan di langit mendukung sekali kegiatan barbeque keluarga Fredric malam ini. Beberapa seafood, jangung, sosis dan lainnya sedang di panggang oleh Max, Leonard dan Arlon. Sedangkan itu, para adik mereka duduk manis di atas tikar, kecuali Ara dan Niel yang kini sudah kejar-kejaran.

Niel yang usil gemar sekali menjahili adiknya, bahkan kini wajah Ara sudah merah seperti tomat karena kesal. Sementara itu, Arsel adalah tempat pengaduan Ara atas segala perlakuan Niel yang menjengkelkan.

Semua itu tidak luput dari pandangan orangtua dan para abang yang sedang memangang. Bukannya melerai, tampak mereka juga menikmati tingkah manis Ara yang sedang merengek kepada Arsel.

"Abang Niell.." Ara sendiri tadi berteriak kesal kepada Niel sambil mengejar abangnya.

"Hahaha.. duh sakit banget perut aku.." Niel berlari menghindari Ara. Tentunya adiknya tidak akan bisa menggapai dirinya, Ara tidak sekuat itu berlari.

"AAAA.. JANGAN!!" Ara yang tadinya mengejar Niel kini malah di kejar balik oleh abangnya.

"Wayoo.. jangan kaburr kamu Dek!!" Niel mengejar Ara, kemudian menarik ikat rambut Ara hingga rambut panjang adiknya terurai sempurna.

" ABANG!! BALIKIN IKAT RAMBUT ARA.." kali ini Ara sudah kepalang kesal hingga mendudukkan begitu saja dirinya di atas rumput.

"Huwaa.. jahat, Ara ga mau temenan lagi, hiks!" Ara meronta-ronta, kedua kakinya menendang asal.


"Hey Princess, kenapa Sayang?" Arlon lekas menghampiri Ara, ia tidak tahu penyebab tangisan Ara karena baru saja dari dapur mengambil saus barbeque dari dapur.

Bukan menjawab, Ara malah menangis semakin kencang. Namun kata yang dapat Arlon dengar yaitu 'Abang Niel'. Pasti Niel sudah terlalu membuat Ara kesal hingga tantrum seperti ini. Karena Ara jarang sekali seperti ini, sampai-sampai sulit untuk diajak berbicara.

"Sstt.. Sayang Abang, jangan nangis lagi ya, maafin Bang Niel ya Sayang." Arlon memilih menggendong Ara yang masih menangis kencang.

"Abang.. hiks.. hiks.. Abang Niel jahat." Ara menatap Arlon dengan bibir melengkung kebawah. Bulir air mata di pipinya jatuh dengan deras.

"Iya Sayangku, Cintaku. Maafin Bang Niel ya.. sekarang kamu tenang, pasti capek kan Dek, sstt.. jangan nangis lagi ya Sayang." Arlon mengusap rambut Ara ke belakang, dan mengelap dengan tisu yang ada di saku celananya.

"Huhu.. marahin dia, Abang." Tangis Ara mereda, namun tidak dengan sesegukannya. Sedangkan itu, Arlon hanya mengangguk dan meniup kening adiknya yang dibanjiri keringat.

"Barbeque-nya datang.." Leonard datang membawa seperti barbeque dengan menu yang berbeda-beda.
Sedangkan itu, Max menyusul Leonard dengan membawa jangun bakar.

"Princess Ara mau yang mana?" Tanya Leonard yang ditolak Ara dengan gelengan.

Niel lebih dulu mencomot sosis bakar buatan Arlon. Mengunyah sebentar lalu menunjukkan ekspresi seseorang yang akan mereview rasa makanan tersebut. "Emm.. enak! Adek mau coba ga?" Niel menyuap sosis bakar tersebut kepada Ara. Sementara itu, Ara menerima suapan itu dengan senang hati.

"Enak kan? Nih lagi, ga apa-apa." Tawar Niel, ini sudah siapa ke tiga. Sedangkan ukuran sosis bakar tersebut terbilang cukup besar.

"Udah Abang.. udah kenyang." tolak Ara, sebelum sosis bakar ia sudah makan ayam bakar terlebih dahulu bersama Arsel.

"Sekali lagi aja deh. Dikit lagi aja, habisin ya?" Niel menyodorkan sosis tersebut di depan mulut Ara

"Engga, udah kenyang lho,"

Little Sister  [U P D A T E   U L A N G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang