25. 🍁Siapa Yang Jahat?

49.9K 4.6K 255
                                    


Happy Reading💖

   Bara melajukan motor matic milik Shita dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan Ara terus berceloteh ria dan sesekali ditimpali oleh Bara. Sedangkan Arsel sudah badmood sejak tadi.

    Ransel frozen Ara lah awal mula Arsel badmood, Ara memaksa Arsel mengendong tas ransel Ara di pundaknya dengan alasan jika ditaruh ditengah tasnya tidak bisa melihat dengan bebas seperti dirinya yang duduk di depan, apa apaan coba?

   "Abang, adek engga suka deh liat kakek kakek yang itu," tunjuk Ara pada kakek kakek yang sedang mengemis dipinggir jalan.

   "Kenapa ngga suka?" tanya Bara menoleh sebentar melihat kakek kakek yang dimaksud Ara .

   "Kakeknya jorok. engga pakai sendal, terus duduk dipinggir jalan, bajunya juga kotor," ucap Ara mempoutkan bibirnya.

    "Ngga boleh gitu sayang, coba bayangin kalau opa yang jadi kakek itu, kasian kan?" jelas Bara dan dianggukin oleh Ara.

    "Harusnya kita itu membantu bukan malah menjauhi, kita beruntung punya daddy yang bisa ngasih fasilitas mewah untuk kita, mestinya kita berbagi sama orang orang yang kurang berkecukupan," lanjut Bara agar adiknya ini menghargai orang lain tanpa memandang status.

   "Huaaa, hiks.., adek jahat," tangis Ara menyadari apa yang diucapnya tadi salah.

   "Sstt... Jangan nangis, ngga jahat, adek ngga jahat kok," ucap Bara mengesekan dagunya dipucuk kepala Ara.

   "Hiks.., adek jahat sama kakek tadi masa, huhu..," tangis Ara membuat Bara panik.


 

  "Ngga jahat sayang," bujuk Bara agar adiknya ini tidak merasa bersalah.

   "Jahat!" keukehnya tetap merasa bersalah.

    "Engga sayang,"

    "Jahat ihhh..,"

    "Iya, iya adek jahat," pasrah Bara tidak mau memperpanjang masalah.

   "Huaaaa.., abang bilang adek jahat," tangis Ara pecah sambil meronta membuat Bara sedikit kesulitan membawa motor.

   "Eh, engga engga dek. Engga jahat, abang yang jahat," ucap Bara mencoba menenangkan Ara.

   "Hiks.., Adek engga mau abang jadi orang jahat. Huhu..,"

    "Iya, iya abang ngga jahat, bang Arsel yang jahat," ucap Bara enteng.

    Arsel melebarkan matanya tidak terima, apa apaan ia yang diam sendari tadi tiba tiba diklaim jadi orang jahat. Ia tidak terima!

   "Jangan solimin dong bang," sewot Arsel sebagai bentuk ketidakterimaannya.

   "Sstt.., udah lu diem aja, ngga liat ni adek nangisnya sesegukan gini,"
  
  "Hmm..," malas Arsel menyahuti.

  "Adek juga engga mau bang Arsel jadi orang jahat," ucap Ara yang kini sudah menelungkupkan kepalanya di speedometer.

   "Huffttt.., ngga ada yang salah, ngga ada yang jahat. Udah! Jangan diperpanjangan," Final Bara cape sendiri meladeni adiknya ini.

    Benar saja Ara tidak mengeluarkan protesnya, Bara mencium pucuk kepala Ara namun tidak ada respon dari Ara.

   Bara menundukkan kepalanya menatap Ara, ia terkekeh melihat tingkah Ara. Bagaimana bisa adiknya ini tidur setelah berdebat dengannya tadi, memang dasar Ara ini bisa tidur dengan keadaan bagaimana pun.

   Bara mengalaskan telapak tangannya dikepala Ara agar tidak langsung mengenai speedometer, takut Ara kejedut.

   Sampai dibasecamp Bara, Arsel dan Ara disambut meriah oleh anak anak Black Falcon, hal tersebut membuat bangun Ara dari tidurnya.

   Bara menggendong koala Ara dan disusul Arsel dari belakang.

   "Anak paud mana nih, nyasar dimari," ledek Arsen kepada Arsel.

  "Brisik lo tolol," sarkas Arsel mempercepat langkahnya meninggalkan Arsen.

   "Kamu ini berdosa banget," ucap Arsen memegang dadanya dengan raut wajah sedih.

   "Jijik tai," ucap Kenzo berjalan mendahului Arsen.

   "Adek abang ikut ke sini, hm?" ucap Niel mengambil alih Ara dari gendongan Bara.

   "Iya adek ikut, dimansion engga ada orang," ucap Ara sambil mengerucutkan bibirnya beberapa centi.

   Niel terkekeh kemudian mendudukkan dirinya disofa dengan Ara dipangkuannya.

  Arsel ikut duduk disebelah Niel, sedangkan Bara ikut bergabung dengan anak anak Black Falcon yang lain dikursi pojok tidak jauh dari Ara duduk.

   Ara mengambil alih ranselnya, kemudian mengeluarkan wafer coklat kesukaannya, tiba tiba Arsen datang dan duduk ditengah membuat jarak antara Ara dan Arsel.

   "Dedek gemes lagi makan apa?" tanya Arsen menatap penuh minat wafer Ara.

  "Wafer coklat, abang mau?" tawar Ara menyodorkan bungkusan wafernya.

   Dengan perasaan senang Arsen mengambil wafer milik Ara, menikmati sensasi manis dari wafer tersebut.

   "Abang mau pipis," rengek Ara pada Niel.

  "Ya udah, ayuk abang temenin," ucap Niel langsung mengendong Ara ke kamar mandi basecampnya itu.

   Setelah selesai dari kamar mandi, Niel dan Ara kembali duduk disofa yang mereka dudukin tadi, Ara menatap tidak percaya bungkusan wafernya yang sudah kosong.

   Ara menatap Arsel meminta jawaban, namun Arsel mengacuhkan bahunya pertanda tidak tahu, Ara beralih menatap Arsen yang cengegesan sambil menggaruk pipinya.

   Mata Ara perlahan berkaca kaca, ia langsung berlari ke arah Bara yang sedang ngobrol dengan anak Black Falcon lainnya.

   Ara langsung menubruk dada bidang Bara, menangis menumpahkan segala kekesalannya.

   "Hey, princessnya abang kenapa nangis hmm?" tanya Bara mengusap pelan punggung Ara.

   "Wafer adek dihabisin bang Arsen" ucap Ara parau.

   Seketika Bara langsung menatap Arsen sengit, mata tajamnya membuat nyali Arsen menciut bagitu saja siapa.

   Arsen mengaruk kepala belakangnya sambil tersenyum kikuk, sementara yang lain menahan tawanya melihat ekspresi Arsen yang biasanya tengil menjadi pucat.
 

  

  
  

Little Sister  [U P D A T E   U L A N G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang