13. 🍁Mansion Bram

71.6K 6K 33
                                    


Happy Reading💖

Ara memilih untuk tetap di mansion Ayahnya, sedangkan abang abangnya sudah pulang ke mansion mereka.

"Dek udah makan belum?" Ara menggeleng, mereka masih duduk di ruang tamu.


"Ck, kok belum sih, kebiasan," bukan marah, Arsel hanya sedikit kesal saja kepada Ara.

"Eumm.. Adek engga mau makan," ucap Ara mempout bibirnya.

"Ngga mau kenapa, hmm?" Leonard menggigit pipi cubby Ara gemas.

"Abangg! Sakit ihh,"

"Hehe.. Abang minta maaf ya princess," Leonard mengusap pipi Ara yang sedikit merah, bekas gigitan-nya tadi.

"Abanggg," ucap Ara duduk dipangkuan Arsel yang duduk di single sofa.

"Kenapa?" Arsel sedikit membenarkan duduk Ara.

"Mau mandi. Gerahh,"

"Tapi lukanya gimana? Perih lho, tahan emang?" luka Ara pasti bakal perih jika kena air.

"Enggapapa, adek kuat!" Ara mengepalkan kedua tangannya dan mengangkat ke udara, mencoba menunjukkan ototnya, namun nihil.

"Ya udah. Abang antar ke kamar," Arsel bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan Ara lembut.

Kamar Ara terletak di lantai dua yang diapit oleh kamar Leonard di sebelah kiri dan Arsel di sebelah kanan, Ara terbilang cukup sering tidur di mansion Bram.

Selesai dengan ritual mandinya Ara keluar dari kamar mandi, ternyata Arsel menunggu di kamar Ara.

"Abang engga mandi?"

"Bentar lagi, sini abang keringin rambutnya," Arsel bangkit dan menggandeng tangan Ara untuk duduk di depan meja rias.

Dengan telaten Arsel mengeringkan rambut Ara, ia terlihat sangat lihai karena ini bukan yang pertama baginya begitu juga dengan abang abangnya.

"Selesai! Yuk ke bawah" Arsel menciumi rambut Ara yang wangi vanila.

"Tapi gendongg," ucap Ara manja dan mengerjapkan erjabkan membuat Arsel yang melihatnya gemas.

"Dengan senang hati tuan putri,"
 

  Ara dan Arsel sedang duduk di taman belakang mansion.

"Dek makan ya, kan dari pagi kamu belum makan," Arsel mengelus rambut Ara.

"Emm... Tapi adek makan di sini aja yaaa," pinta Ara agar bisa makan sambil menikmati udara segar di taman yang di tamamin bunga mawar oleh Inggrit.

"Iya udah, tunggu disini sebentar, abang ambil nasinya dulu,"

Sepeninggal Arsel, Ara menikmati taman bunga mawar Inggrit, bundanya ini salah satu pencinta bunga mawar garis keras. Liat saja di taman belakang dipenuhi mawar merah, sedangkan di depan di penuhi dengan mawar putih.

Ada juga mawar merah di pinggir pinggir gazebo yang di tanam di dalam pot.

Ara mengerutkan keningnya, bukannya tadi Arsel yang mengambil nasi? Kenapa Leonard yang datang.

"Lho kok? Bang Arsel dimana?"

"Bang Arsel mau mandi dulu katanya," Ara hanya mengangguk mendengar penuturan Leo.

Ara mulai makan dengan di suapin oleh Leonard, meskipun tidak banyak Leonard cukup senang melihat Ara yang mau makan. Mengingat Ara sangat sangat sulit jika di suruh makan.

Kadang juga abang abang Ara bingung bagaimana cara membujuk adik perempuan satu satunya itu agar mau makan. Mereka akan menuruti apapun yang Ara minta, hanya agar princessnya itu mau makan
Bahkan dulu, Ara pernah meminta makan bersama dengan para maid yang ada di mansion daddynya.

Little Sister  [U P D A T E   U L A N G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang