Part 18

816 125 38
                                    

Terdiam, ketika tak ada respon apapun dari kalimat pedas yang sengaja dilontarkan. Hyeongjun sengaja mengangkat dagu tinggi, memperlihatkan pada sang Ayah bahwa dia amat sangat berani untuk melawannya. Darah yang sama, sepertinya membuat Hyeongjun memiliki sikap yang hampir serupa. Walau tak menyukai kenyataan itu, namun pemuda manis itu merasa hal itu dapat membantunya melawan.

"Kenapa tak menjawab?! Apa karena ucapanku benar, Appa?"

Lagi-lagi tak ada respon, sepertinya pria itu sekarang sudah dapat menahan diri dengan baik. Sehingga tak lagi memberikan reaksi cepat, seperti yang selalu dia terima dahulu. Membosankan sekaligus menantang disaat bersamaan, karena Hyeongjun jadi menebak-nebak seperti apa sikap sang Ayah nantinya.

"Menjadi Beta bukan sesuatu yang dapat kau banggakan, Song Hyeongjun!-" Joongki merasa dia harus menyadarkan Hyeongjun, bahwa menjadi seorang Beta itu merupakan hal yang amat sangat memalukan. Dia berada pada piramida terbawah dari golongan mereka, hanya sesuatu yang biasa-biasa saja. Tak ada kelebihan sedikitpun, selain hanya menjadi yang paling bawah ditengah-tengah masyarakat.

"-Tidakkah sekali saja, kau memimpikan dirimu menjadi Alpha atau paling tidak Omega? Dari pada hanya seorang Beta."

Hyeongjun menatap sang Ayah tertarik, saat pria itu mulai berbicara dengan menggebu-gebu. Terlihat lucu, ketika sikap tenangnya luntur sesaat hanya karena bahasan tentang dirinya yang hanya seorang Beta. Dari pada bermimpi untuk menjadi Alpha maupun Omega, Hyeongjun amat sangat senang dia hanya berakhir menjadi seorang Beta.

Tak peduli itu berarti dia tak memiliki seorang Mate, atau bahkan tak akan berakhir bersama seorang Alpha atau Omega sekalipun. Asalkan semua kenyataan itu membuat hidup Joongki dan Jiwon dalam ketidaktenangan, maka Hyeongjun tak akan merasa keberatan. Toh, dia tidak pernah memimpikan hal muluk seperti jatuh cinta dan berakhir hidup bersama seseorang nantinya.

"Tentu saja tidak! Menjadi Beta dan dapat mempermalukan mu, aku rasa itu lebih dari cukup untukku, Appa."

Keinginan Hyeongjun hanya satu, membuat kedua orang itu merasakan kemalangan tak berujung. Walau dia orang pertama yang harus berkecimpung didalamnya terlebih dahulu pun tak apa, asal dia dapat menyeret mereka tuk merasakannya juga. Maka itu bukan hal yang akan Hyeongjun sesali sedikitpun.

"Kenapa kau menyimpan kebencian begitu besar kepada kami?!"

Tertawa, kali ini Hyeongjun tak menahan diri untuk melakukan semua itu. Pemuda manis itu tertawa dengan suara keras menggelegar, dengan tubuh bergetar juga air mata yang tak tertahankan. Perutnya terasa teraduk oleh kalimat konyol penuh humor, yang baru saja didengarnya. Sehingga dia tak menahan diri untuk tertawa, sampai suaranya hampir habis.

"Kenapa? Appa masih bisa bertanya 'kenapa'?!"

Tawa seketika terhenti, hilang tak bersisa sedikitpun. Bahkan wajah yang tadi dipenuhi humor, kini berubah menjadi datar tak berekspresi lagi. Hanya tatapan yang berubah menajam, menatap Joongki dengan emosi yang bercampur aduk. Walau yang terlihat lebih dominan justru sebuah kemarahan, saat Hyeongjun tak lagi dapat menahan perasaan tersebut.

Tap...

Lalu mulai mengambil langkah, mendekat kearah Joongki sedikit demi sedikit. Sampai jarak yang terbentang diantara mereka tak lebih dari dua meter jauhnya, akan tetapi Hyeongjun menghentikan langkahnya disana. Wajah sengaja dia angkat tinggi, menunjukkan keangkuhan dari gestur yang dilakukan. Kemudian sebuah seringai mulai terlukis di wajah cantik, lalu sebelah tangan bergerak menyingkap lengan baju panjang.

"Jangan bertingkah seolah tak bersalah, kalian adalah alasan dari semua ini."

Joongki menurunkan pandangan, kearah lengan kiri Hyeongjun yang tersingkap. Kulit yang seharusnya mulus itu, justru dipenuhi goresan disana sini. Dari hanya bekas luka yang hampir hilang, sampai yang terlihat masih sangat baru. Dari yang hanya berbentuk goresan, sampai yang tersayat sangat dalam. Dan semua itu terdapat tepat pada lengan Hyeongjun.

I'm BetaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang