Part 1

2.2K 249 8
                                    

Sepasang sumpit menjepit daging lalu memasukkan kedalam mulut, selanjutnya dikunyah dengan santai. Mengabaikan dua pasang tatapan yang menghujami, disertai aura berat yang dikeluarkan sang pria. Hyeongjun tengah begitu menikmati sarapannya kini, sehingga dia mencoba tak memperdulikan suasana sekitar yang terasa bak tempat bertarung. Terlalu banyak aura mengintimidasi, sampai ruangan menjadi menyesakkan.

"T-tuan Song."

Kepala Pelayan Lee melirih kecil, saat tubuh melemas kehilangan tenaga. Aura yang dikeluarkan Joongki terlalu besar, sehingga tak dapat ditahan oleh hampir semua orang yang berada diruangan tersebut. Beberapa pelayan pria maupun wanita telah mulai jatuh berlutut, tunduk pada aura sang Alpha yang tak terkalahkan.

Sedang Hyeongjun, anak lelaki itu pada akhirnya merasa terganggu. Ketika suara napas tercekat yang dikeluarkan para pelayan kini tengah memenuhi udara, sehingga sekarang pemuda itu menghentikan kegiatan makannya. Melepas sumpit miliknya, Hyeongjun membersihkan sisa makanan disudut bibir. Kemudian berdiri dari duduknya, berniat pergi dari ruangan tersebut.

"Mau kemana kau, hah?!"

"Tentu saja pergi, karena udara disini berbau busuk."

"Yak, akan kubunuh kau!"

"YEOBO."

Jiwoon menahan tubuh sang suami dengan segera, begitu Joongki terbangun dan berniat menyakiti Hyeongjun. Wanita itu mungkin marah akan kebenaran tentang sang anak, namun Hyeongjun tetap saja darah dagingnya. Walau dia memiliki kekecewaan yang begitu besar pada Hyeongjun akan kebenaran tentang dirinya, namun anak lelaki itu tetap anak satu-satunya yang dia miliki. Jika saja ada anak lain, maka Jiwoon mungkin tak akan sampai repot tuk membelanya.

"Tenangkan dirimu."

"Bagaimana aku bisa tenang, hah? Sedang anak itu selalu memancing amarahku, brengsek!"

Hyeongjun sendiri hanya memutar matanya tak peduli, adegan yang terjadi seperti drama murahan saja. Membuat pemuda itu merasa jengkel, dari pada tersentuh oleh pembelaan sang Ibu. Sungguh, Hyeongjun merasa wanita itu terlalu memaksakan diri untuk terlihat baik. Ketika nyatanya, dia tak lebih dari rubah licik. Sehingga pemuda itu tak merasa tersentuh sedikitpun oleh pembelaan yang didapatkan. Sebaliknya, dia merasa sedikit muak melihatnya.

"Kalian benar-benar pasangan serasi, karena begitu serupa."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, baru Hyeongjun melanjutkan langkahnya. Meninggalkan kediamannya dengan cepat, dari pada harus merasakan rasa muaknya bertambah nantinya. Lebih baik dia pergi secepat mungkin.

"Anak sialan! Kembali kau!"

***

Hari ini upacara penerimaan siswa baru akan dilaksanakan, sehingga walau sekarang masih begitu pagi banyak yang sudah mulai berdatangan. Gerbang sekolah telah dipenuhi mobil-mobil mewah berbagai merek, terparkir rapi seolah sebuah pameran. Sekolah paling bergengsi di Korea, tentu saja diisi juga oleh siswa-siswa dari kalangan atas. Sehingga pemandangan berlebihan yang terlihat, tak terasa aneh lagi.

Dari satu mobil yang hampir mencapai barisan, segera berhenti. Seorang pemuda keluar dari dalamnya, kemudian memasang ransel pada kedua bahu. Selanjutnya berjalan santai, walau setelahnya pria dibalik kemudi mengejar. Berusaha membujuk untuk sang Tuan Muda kembali masuk kedalam mobil untuk dirinya antar sampai tepat didepan gerbang.

"Tuan Muda masuklah, saya akan mengantar anda sampai didepan gerbang."

"Tidak perlu."

"Tapi Tuan-"

Ucapannya terputus, saat mata besar menatap tajam dirinya. Jika sudah seperti itu, maka yang harus dia lakukan adalah menurut. Tak mendesak sang Tuan Muda lebih, ketika hal itu bisa saja menjadi sebuah masalah pada waktu selanjutnya. Sehingga sekarang dia membiarkan saja, saat pemuda mungil itu mulai berjalan kaki menuju gerbang sekolahnya. Walau begitu, dia masih tetap mencoba memenuhi tugasnya, dengan memastikan Hyeongjun memasuki sekolahnya.

I'm BetaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang