PART 19

363 76 401
                                    

“Mencintai tanpa dicintai, rasanya begitu menyesakkan dan menyakitkan.”  

~~~~~ Tentang Nadhira ~~~~~

 

Seorang lelaki dan seorang wanita memakai seragam putih abu-abu baru saja turun dari sebuah mobil mewah berwarna hitam. Kaki mereka melangkah masuk ke dalam bangunan mewah. Lelaki itu memencet bel tak lama pintu besar itu terbuka lebar oleh seorang pembantu rumah tangga memakai seragam hitam putih.

“Selamat datang den Abbas, nona Nadhira,” sapa wanita setengah baya itu dengan ramahnya. Lelaki itu menatap wanita itu dengan acuh sementara wanita berseragam sekolah itu tersenyum ramah kepada wanita itu.

“Terima kasih, Bi.” Mendengar sahutan ramah dari wanita di sampingnya membuat laki-laki itu menggandeng lengan wanita itu, lelaki itu buru-buru membawa wanita itu masuk ke dalam kamar.

Di kamar bernuansa biru, lelaki itu menghempas tas dan sepatunya dengan seenaknya. Laki-laki itu kemudian membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya yang empuk seperti permen kapas dengan enaknya.

Sementara wanita itu meletakkan sebuah tas ransel berwarna pink di atas meja belajar. Wanita itu melepaskan sepatu dan kaus kakinya. Wanita itu beralih memungut sebuah sepatu hitam yang mahal yang tergeletak di atas lantai. Wanita itu menenteng sepatu itu. Wanita itu kemudian meletakkan sepatunya dan sepatu milik lelaki itu di atas rak sepatu.

Wanita itu menghampiri lelaki itu yang sedang memejamkan matanya, “Kamu tidur?” sontak membuat kedua mata lelaki itu terbuka dengan sempurna. Lelaki itu menatap dingin wanita itu.

“Siapin baju. Gue mau kerja.”

“Baju apa?” tanya wanita itu.

“Kemeja, jas, celana, dasi. Pokoknya baju kantoran gitu.”

Wanita itu mengangguk, “Selain itu?”

“Siapin air hangat. Gue mau mandi.”

Wanita itu mengangguk. Wanita itu beranjak membuka lemari pakaian. Wanita itu memilah-milah beberapa pakaian milik suaminya, ia mencari pakaian yang pas untuk suaminya pakai nanti. Netranya terpaku kepada sebuah kemeja berwarna putih, jas, celana, dan dasi warna biru gelap. Wanita itu mengambilnya, wanita itu meletakkan setelan pakaian yang telah ia pilih di atas ranjang.

Wanita itu mengangkat pakaian yang sudah ia pilih, “Baju seperti ini mau? Atau kamu tidak suka?” Laki-laki itu kembali membuka bola matanya, laki-laki itu menatap sebuah setelan pakaian yang sudah istrinya pilihkan.

“Bagus. Selera lo tinggi juga.”

Nadhira tersenyum, “Oke aku taruh di ranjang. Sekarang aku mau siapin air hangat buat kamu mandi.” Wanita itu melenggang pergi memasuki kamar mandi.

Tak lama Nadhira telah keluar dari kamar mandi, wanita itu beralih menghampiri Abbas, “Sudah aku hangatkan. Kamu bisa mandi Bas,” titah Nadhira. Abbas membuka matanya, laki-laki itu beranjak memasuki kamar mandi dengan malasnya.

Lima menit kemudian laki-laki itu telah keluar dari kamar mandi. Nadhira selalu saja terpesona dan jantungnya berdegup dengan kencang setiap melihat Abbas bertelanjang dada. Abbas tahu wanita itu malu melihat dirinya yang hanya memakai handuk, terbesit pikiran jahil di otaknya.

Laki-laki itu mendekat ke arah Nadhira sontak membuat Nadhira langsung mundur sampai akhirnya tubuhnya terpojok di dinding kamar. Abbas mengurung Nadhira dengan kedua tangannya, wanita itu nampak ketakutan menatap manik abunya Abbas yang tajam. Nadhira memejamkan matanya, ia merasa takut sekali.

Tentang Nadhira  [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang