PART 3

588 148 609
                                    

“Laa Tahzan Innallaha Ma’ana. Jangan bersedih! Sesungguhnya Allah selalu bersama kita yang selalu beriman dan bertakwa kepada-Nya.”

~~~~~ Tentang Nadhira ~~~~~

  

“Abbas menyibak jilbabku untuk melihat namaku hiks ... dia ... jahat, Nish! Aku benci dia, Nish!”

Danish mengepalkan kedua tangannya melihat sahabat sekaligus wanita yang ia cintai menangis. Danish selalu berusaha membuat Nadhira tersenyum dan Danish tidak akan pernah biarkan seseorang menyakiti Mishanya.

“Misha ... sudah Misha ... aku akan beri Abbas pelajaran, jangan nangis lagi ya? Aku enggak kuat lihat kamu menangis. Kamu berarti bagiku Misha, siapa pun yang menyakitimu, dia akan berurusan denganku!” Danish menyodorkan sapu tangan berwarna putih kepada Nadhira, Nadhira menerimanya lalu ia berusaha menyeka air matanya.

“Hiks ... kenapa aku harus berurusan dengan dia Nish? Apa dia sejahat itu Nish?” rancu Nadhira masih menangis, Danish tahu Nadhira merasa dilecehkan dan Danish ingin sekali memeluknya dan menguatkan Nadhira, tapi Danish tahu hal itu dosa.

Ingin rasanya aku memelukmu Misha, tapi kita bukan siapa-siapa Misha. Kita akan berdosa jika aku memelukmu.

“Sabar Misha. Apa yang terjadi di dunia ini sudah kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah sudah mengatur apa yang akan terjadi pada kita. Kita tak tahu akan menghadapi rintangan apa saja selama hidup di dunia ini, tapi percaya lah Allah memberikan kita ujian untuk menguji keimanan kita kepada-Nya. Selalu libatkan Allah dalam setiap masalah yang kita hadapi Misha. La Tahzan Innallaha Ma’ana,

“Iya Danish, kamu benar. Allah akan selalu bersama kita, Allah tidak mungkin menguji kita melebihi kemampuannya,”

“Soal Abbas, nanti aku akan beri dia pelajaran karena sudah berani macam-macam dan membuatmu menangis. Kamu tenang saja ya?” Nadhira mengangguk sambil ia menyeka air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.

Sementara di salah satu sudut kantin ada seorang siswi berjilbab memakai kacamata memandang mereka dari kejauhan, kedua tangannya mengepal, wajahnya memerah.

Sebenarnya apa hubungan kalian hanya sahabat? Atau lebih Danish, Nadhira? Kalian begitu dekat, aku iri padamu Nadhira. Aku mencintaimu Danish ....

Kemudian siswi itu melenggang pergi masuk ke kantin.

“Ya sudah masuk lagi yuk ke kantin? Kasihan teman-teman udah nungguin kita.” Nadhira mengangguk, lalu mereka berjalan kembali memasuki kantin.

“Dari mana saja kalian? Kok lama?” tanya Naisya heran.

“Kalian tau enggak sih Alif itu nyebelin tau! Kalian ninggalin kita berduaan! Ih Alif tuh nyebelin banget tau! Aku enggak suka!!” gerutu Naisya, ia mengerucutkan bibirnya terlihat sangat lucu. Alif tersenyum smirk melihat Naisya cemberut sangat lucu.

“Lagian Nai lucu sih, kan Alif enggak bisa dingin kayak kulkas,” ujar Alif terkekeh. Nadhira, Danish dan Aida geleng-geleng kepala melihat mereka.

“Jadi udah baikkan nih? Bagus deh, aku suka lihat kalian berantem gini. Hahaha ....” ujar Danish sambil tertawa.

Plak

Alif memukul lengannya Danish membuat Danish meringis, “Seneng banget kamu ledekin aku Nish, dasar temen enggak ada akhlak!” umpat Alif kesal.

“Udah, udah ... Nai, Alif, Danish ... Alhamdulillah kalau Naisya sama Alif udah baikkan. Ya udah kita sekarang makan yuk, keburu masuk nanti.” Nadhira dan Danish duduk, mereka berlima mulai makan siang bersama.

Tentang Nadhira  [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang