18

1K 160 18
                                    

Ten benar-benar serius dengan ucapannya kepada Jaehyun tempo hari lalu. Lelaki mungil itu selalu saja menghindar ketika sengaja atau tak sengaja bertemu Jaehyun dikampus.
Bahkan sudah dua hari ini Ten tidak mengajar dikelasnya, karena Kai selalu berangkat untuk mengisi mata kuliahnya.

Jaehyun benci situasi seperti ini.
Dia sangat merindukan Ten, dia ingin sekali mengobrol atau menggodanya seperti biasa. Namun lagi-lagi Jaehyun harus menelan kekecewaan sebab saat ia berpas-pasan dengan Ten, lelaki mungil itu selalu saja berbalik badan dan membuang muka seolah tak melihat kehadiran Jaehyun.

Ini tidak bisa dibiarkan, bagaimanapun Jaehyun harus menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi antaranya dengan Ten.

Maka disinilah Jaehyun, memarkirkan mobilnya dihalaman rumah tak terlalu luas milik Ten.
Disana ia melihat dua bocah laki-laki sedang bermain bola, siapa lagi kalau bukan Mark dan Jeno.

"Eh, ada om Jaehyun tuh" Tunjuk Jeno tatkala melihat kehadiran Jaehyun yang sedang berjalan menghampiri mereka.

Mark menolehkan kepalanya, lalu berlari menghampiri Jaehyun disusul Jeno dibelakangnya.

"Om Jaehyun......" Seru Mark dan Jeno riang sambil berlarian.

Jaehyun melebarkan senyumnya, kemudian berjongkok dan merentangkan kedua tangannya bersiap menangkap dua anak kecil yang sudah ia anggap sebagai anaknya.

"Sini-sini...."

Mark dan Jeno langsung menghambur ke pelukkan Jaehyun dengan tertawa kecil.

"Aduh aduh gemesnya~~"

Jaehyun mengeratkan pelukkan dan mengusap kepala keduanya sayang.

"Om Jaehyun udah lama nggak main kesini?" tanya Jeno melonggarkan pelukkan, begitupula dengan Mark.

Jaehyun mengangguk samar.
"Iya, om lagi sibuk kuliah, maaf ya"

Kemudian lelaki pemilik julukan Cassanova tersebut berdiri.
"Nih om bawain jajan buat kalian berdua, dimakan ya nanti." Katanya seraya memberikan kantong besar yang berisikan snack dan biskuit kepada Mark-Jeno.

"Makasih om," keduanya menerima kantong tersebut dengan senyum sumringah.

"Sama-sama sayang," Jaehyun mencubit pipi keduanya.
"Buna lagi dirumah nggak?" tanyanya kemudian dengan mengedarkan matanya menelisik.

"Ada om, tadi lagi bantuin omma masak" jawab Jeno.

"Ayo om masuk aja, nanti kita panggilin buna" Mark menggandeng tangan Jaehyun, Jeno pun tak mau kalah, lalu ketiganya berjalan bersama menuju teras rumah.










"Buna~~~"

"Iya sayang?" Jawab Ten yang sedang sibuk membantu Yoona memasak.

"Nih om Jaehyun dateng," seru Jeno.

Seketika Ten menolehkan kepalanya ke arah pintu, dan benar saja ada Jaehyun disana bersama kedua putranya.

"Ngapain dia kesini?" Gumam Ten kesal lalu mengelap kedua tangannya.

"Kenapa Ten? Kamu lagi marahan sama Jaehyun?" Ten menoleh pada ibundanya dengan menggeleng.

"Nggak marahan kok bun, tapi aku benci sama dia"

Ucapan Ten barusan membuat Yoona mengerutkan dahinya bingung.
"Kok tiba-tiba? Kalau ada masalah diomongin baik-baik Ten, dia selama ini baik loh sama kamu. Nggak sama kamu doang lagi, sama kedua anakmu juga baik."

"Ck," Ten berdecak dengan senyuman miring terpatri diwajahnya.

"Dia baik karena ada maunya, bun. Sebentar ya bun, aku mau ngomong dulu sama dia"

Tanpa menunggu respon dari Yoona, Ten melangkahkan kakinya cepat menghampiri Jaehyun.












"Mark, Jeno, kalian main dikamar aja ya. Buna mau ngomong berdua sama om Jaehyun," pinta Ten kepada kedua anaknya.

"Iya bun," jawab Mark-Jeno kompak kemudian mereka berjalan bersama dengan riang.

"Mau ngapain lo kesini?" Ten menyeret tangan Jaehyun keluar dari rumahnya.

"Aku mau ngomong sama kamu Ten"

"Mau ngomong apalagi hah? Apa semuanya belum jelas? Jangan temuin gue lagi!!" Ten menghempas tangan Jaehyun kasar.

"Kamu salah paham, Ten. Please dengerin aku dulu, aku bisa jelasin"

"Jelasin apa? Jelasin kalau lo sama temen-temen lo jadiin gue bahan taruhan? Iya?" Ten mendecih sembari bersedekap dada.

"Gue bukan barang Jae, dan gue bukan orang murahan seperti penggemar-penggemar lo yang bisa takluk gitu aja sama lo. Ngerti?!"

"Iya aku tahu, Ten. Makanya dengerin aku dulu---" Jaehyun hendak meraih tangan Ten, akan tetapi ditepis terlebih dahulu oleh sang empu.

"Nggak usah nyentuh gue!!"

"Okay" Jaehyun mengangkat kedua tangannya.
"Awalnya emang iya aku jadiin kamu taruhan sama Yuta, tapi dengan berjalannya waktu aku deket sama kamu, aku semakin nyaman dan aku mulai sayang sama kamu, Ten"

"Ck," Ten menarik sudut bibirnya membentuk senyuman miring.

"Bulshit! Siapa sih yang bakalan percaya sama omongan Cassanova kek lo? Orang kek lo tuh pinter ngerayu, tapi sorry gue nggak sebodoh itu"

Jaehyun mengusap wajahnya kasar dan menghela napas lelah.

"Terserah kamu mau percaya atau enggak sama aku, tapi aku beneran sayang sama kamu Ten. Bukan cuma sama kamu, aku juga sayang sama anak-anak kamu, tulus. Dan aku bakal buktiin semua ucapan aku ini" Ujar Jaehyun menatap Ten sendu.

"Udah ngomongnya?" tanya Ten sinis.

"Ten please, percaya sama aku" kata Jaehyun memohon.

Namun Ten tidak memperdulikannya, hatinya telah mengeras bagai batu.

"Lo boleh pergi sekarang!"

Setelah mengatakan itu, Ten masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu dengan kasar.














Double up gak nih? Komen ya, sksksk😊

Player-Jaeten✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang