21

981 143 22
                                    


Ten gelisah, galau dan merana.
Karena besok adalah hari pertama mediasi perebutan hak asuh anak antara dirinya dan juga Kai di Pengadilan.

Malam ini Ten memutuskan untuk tidur dikamar kedua anaknya. Entahlah, ia hanya ingin menghabiskan malam ini bersama mereka. Karena sungguh Ten takut hal yang tak ia inginkan akan terjadi.

"Buna?" Suara Jeno membuyarkan Ten dari lamunan, lantas ia menoleh ke sisi kiri dimana Jeno menaruh kepala pada lengannya.

"Kenapa sayang?" Ten mengusap rambut putra bungsunya lembut.

"Buna lagi marahan sama om Jaehyun ya?" Pertanyaan Jeno baru saja membuat Ten membeku sejenak.
Apa terlalu ketara sehingga Jeno menyadarinya?

"Kenapa kamu tiba-tiba nanya gitu?" Jeno tersenyum tipis dan mengeratkan pelukkan pada pinggang Ten. "Soalnya om Jaehyun udah jarang banget kesini. Jadi bener buna lagi marahan ya sama om Jaehyun?"

Ten menelan ludahnya kasar tak tahu harus menjawab jujur atau tidak.
Perihal Jaehyun, sebenarnya Ten tak ingin lagi membahasnya karena lelaki itu sudah terlalu membuatnya kecewa.

"Enggak kok, buna baik-baik aja sama om Jaehyun." Pada akhirnya Ten memilih berbohong.

"Bohong!" Cicit Mark yang sedari tadi berpura-pura tidur.

"Loh Mark belum tidur?" Ten menoleh cepat ke arah anak sulungnya.

"Buna lagi marahan pasti kan sama om Jaehyun?" tanya Mark tak menjawab pertanyaan Ten sebelumnya.

"Kenapa kalian nanyain om Jaehyun terus sih?" Ten meninggikan nada, terlampau jengah apabila mendengar nama Jaehyun.

Ten muak, Ten benci, Ten ingin membuang semua apapun yang berhubungan dengan lelaki sialan itu. Akan tetapi, kenapa justru kedua anaknya tak berhenti menanyakannya?

"Buna~~" Mark dan Jeno mengubah posisi mereka menjadi duduk dan kemudian memeluk Ten bersamaan.

"Om Jaehyun orang baik, kita suka sama dia. Jadi buna jangan galak-galak ya sama om Jaehyun?"

See? Bahkan kedua anaknya membela Jaehyun di depan matanya.

Ten menghela napas dalam, lalu mengusap sayang kepala keduanya.

"Kalian nggak tau seperti apa om Jaehyun"

"Kita tau," Mark dan Jeno berucap kompak.

"Om Jaehyun tuh suka sama buna, dia juga baik sama kita" Ujar Jeno.

"Kita suka sama om Jaehyun, bun. Kita setuju kalo om Jaehyun jadi ayah kita" timpal Mark yang tentu saja membuat Ten membelalakkan matanya.

Apa-apaan ini?

"Kayaknya kalian udah ngantuk deh, yok tidur yok..." Ten menarik selimut dan menarik keduanya untuk kembali berbaring.

"Pokoknya besok buna harus baikkan sama om Jaehyun" Ucap Mark.

"Iya wajib, kalo nggak Jeno sama Mark ngambek sama mogok ngomong ke buna" Jeno turut menimpali.

Ten rasanya ingin sekali berteriak, tapi itu tidak mungkin.

"Iya iya, besok buna sama om Jaehyun bakal baikan. Sekarang kita tidur ya udah malem..." Ten mencium kening Mark dan Jeno bergantian.

"Good night anak-anak buna..."

"Good night too buna, we love you.."











﹏﹏﹏﹏﹏P.L.A.Y.E.R﹏﹏﹏﹏﹏

"Kamu darimana Jaehyun?!" Suara tegas dari Siwon--Ayahnya, menghentikan langkah Jaehyun.

Lelaki itu pun memutar tubuhnya menghadap Yunho dan juga Jessica yang sedang duduk diruang tamu.

"Habis main," jawab Jaehyun datar.

"Ada urusan apa kamu sama Minho?"

Jaehyun mengerang pelan, darimana ayahnya tahu tentangnya dan Minho.

Fyi, Minho adalah pengacara keluarga Jung.

"Dari mana Papah tau?" Jaehyun berbalik bertanya.

"Tadi dia telepon Papah, nanyain kenapa nomor kamu nggak aktif" Yunho memangku satu kakinya menatap Jaehyun curiga.

"Jadi untuk apa kamu nemuin Minho?"

"Cuma konsultasi doang"

"Konsultasi apa? Kamu lagi ada masalah sama orang?"

Jaehyun merotasikan matanya jengah.
"Pah aku capek banget, aku mau ke kamar"

Setelah mengatakan itu, Jaehyun bergegas melangkahkan kakinya pergi menuju kamar.

"Jaehyun, Papah belum selesai ngomong!!!"


















"Kai, susunya..." Krystal meletakkan secangkir susu coklat hangat ke meja kerja Kai.

"Makasih" Kai melirik sekilas cangkir tersebut lalu kembali fokus dengan laptopnya.

"Udah malem Kai, tidur yuk" Krystal mengalungkan kedua tangannya pada leher Kai, memeluknya dari belakang.

"Bentar lagi, nanggung nih. Kamu tidur duluan aja," Kai melepaskan tangan Krystal dari lehernya dan itu membuat istrinya mengernyit heran.

"Kamu kenapa sih Kai?" Krystal kesal dengan perubahan Kai belakangan ini.

"Kenapa apanya? Jangan mulai deh," Kai bergeleng-geleng tanpa mengalihkan matanya dari laptop.

"Kamu yang kenapa?" Krystal menutup paksa laptop sang suami.

"Krys!!! Aku lagi kerja!!" Kai bangkit lalu menatap Krystal tajam.

"Kamu yang kenapa Kai?" Krystal bersedekap dada.
"Semenjak ketemu Ten lagi, kamu jadi cuek, jadi dingin dan nggak pernah ada waktu buat aku. Kenapa Kai? Kamu jatuh cinta lagi sama mantan istri sialan kamu itu? Iya?!!"

"Jaga mulut kamu Krystal!!!" Kai menunjuk wajah sang istri.
"Jangan pernah kamu menghina ibu dari anak-anakku!"

"Ck," Krystal berdecak.
"Jadi bener kamu jatuh cinta lagi sama dia? Kamu mau balikkan sama dia?"

"Kalau iya kenapa?" Ucapan Kai barusan menggoreskan luka dihati Krystal.

"Tega kamu ya Kai ngomong begitu di depan muka aku. Kurang aku apa selama ini? Semuanya udah aku kasih ke kamu. Dari mobil, biaya hidup kamu, pendidikkan kamu sampai kamu jadi dosen. Bahkan sampai kuliah adik-adik kamu, aku juga yang biaya---"

"Kamu nggak bisa ngasih aku anak!!"


Deg.

Player-Jaeten✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang