Sorakan para rakyat dari berbagai kalangan terdengar ricuh. Telingaku berdengung, cacian, makian dan berbagai penghinaan terlontar keluar dari mulut mereka begitu saja, hanya untukku.
"Putri tak tahu malu!"
"Pembunuh yang kejam!"
"Tak punya hati nurani!"
Hari ini, aku tak dapat melarikan diri dari eksekusi yang telah ditetapkan untukku.
Banyak pasukan tentara khusus yang mengawasi jalannya eksekusi, khusus untukku. Banyak ahli sihir dari berbagai daerah di tugaskan untuk mencegah terjadinya pemberontakan.
Para kesatria pilihan berdiri tengak mengelilingiku, menodongkan pedang panjang mereka tepat mengarah padaku.
Tangan mereka tampak tak kuasa menahan rasa takut hingga bergetar hebat karena berada terlalu dekat denganku.
Sebegitu takutkah mereka padaku?
Tali tambang kasar melilit sempurna di leherku, tanganku di ikat dengan sihir agar tak dapat terlepas dengan mudah.
Algojo di sampingku tampak bersiap-siap untuk mengeksekusiku.
"Apakah ada perkataan terakhir dari Putri Qi Xiaoyu?" tanya Putra Mahkota yang merupakan saudara laki-laki kandungku dingin. Ia sempat berdecih sinis, aku melihatnya.
Tatapannya begitu datar dan tak ada raut khawatir sedikitpun terlihat. Aku sudah terbiasa dengan tatapan itu.
Selalu diabaikan dan hanya muncul di saat aku di bawah. Bukannya menolong, ia lebih memilih untuk merendahkanku dengan perkataannya.
'Kau hanya parasit. Mengacau dan menggemparkan seluruh kekaisaran dengan tingkah aneh mu itu. Kau pikir aku akan tertarik dengan semua itu? Aku akan datang dan menolongmu? Cih, mimpi sana.'
Semua orang termasuk keluarga kandungku sendiri menatapku seolah aku hanyalah pengacau di antara mereka.
Namaku Qi Xiaoyu, putri tertua dari kalangan putri di kekaisaran. Memiliki citra yang sangat buruk di mata masyarakat. Putri yang kejam, pembunuh berdarah dingin, licik dan manipulatif. Itu kata mereka.
Kaisar Qi a.k.a ayah kandungku hanya menatapku dengan dingin, tak ada raut belas kasihan sedikitpun terpancar di matanya.
Aku heran, aku membunuh beberapa selirnya yang tak berguna alias pengkhianat kekaisaran. Bukannya berterima kasih tapi, mengapa ia malah menghukumku?
Apakah aku salah? Mungkin akan lebih baik jika aku membunuhnya juga.
Tak ada sedikitpun raut ketakutan di mataku. Aku tak dapat merasakan apapun, seolah hatiku sudah mati.
"Saya sudah siap, Yang Mulia Putra Mahkota," balasku tak kalah dingin.
Ia menatapku dengan tatapan penuh permusuhan. Aku hanya mengendikkan bahu acuh, membalasnya dengan tatapan datar.
Mataku sengaja dibuka sesuai permintaanku. Aku hanya ingin.. melihat mereka untuk terakhir kalinya meski aku merasa jijik sendiri dengan permintaan anehku.
Aku tak merasa bersalah sama sekali telah membunuh selir-selir tak berguna itu. Aku hanya tak ingin ada tikus kotor yang mengacau kekaisaran kelak.
Aku baik, 'kan?
Percayalah, kalian akan menyesal karena telah membunuhku. Tanpa tahu, aku telah membantu kalian membasmi tikus-tikus kotor itu secara gratis.
Tanpa aba-aba, eksekusi dilanjutkan. Leherku terasa mati rasa saat tali tambang semakin melilit leherku dengan sempurna, tanpa celah. Kedua kaki jenjangku sudah tak menapak daratan lagi, melayang di udara seolah aku adalah pakaian basah yang sengaja di jemur di bawah teriknya mentari.
Nafasku tercekat, oksigen seakan berhenti memenuhi rongga dadaku. Penglihatanku lama-kelamaan mulai memburam. Kesadaranku kian menipis.
Aku tersenyum sinis, "maafkan aku karena tak sempat membunuh kalian dengan sadis," gumamku untuk terakhir kalinya.
Lalu, semuanya tampak gelap.
🦋🦋🦋
Tbc.
Cuma iseng nulis beginian, jadi maklum kalau masih berantakan dan gak sesuai sama ekspetasi kalian :'
Mohon dukungannya biar aku semangat up nya!
Follow akun yui juga yah!17 Juli 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth as a Villain
Fantasy[𝐎𝐑𝐈𝐆𝐈𝐍𝐀𝐋 𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍] 🦋Tinggalkan jejak, okay?🦋 [Reincarnation series #01] About : Fantasy - Romance - Adventure - Revenge *** Qi Xiaoyu, putri tertua dari kalangan putri di Kekaisaran Qi. Ia memiliki citra yang sang...