Bagian 11

1.1K 126 9
                                    

Tok.. Tok..

"Yang Mulia?"

"Apakah Yang Mulia berada di dalam?"

Suara yang berisik itu menganggu ketenangan sepasang insan yang sedang tidur sembari berpelukan erat, seolah tak ingin melepaskan satu sama lain.

"Eunghh.."

Permaisuri Han mulai menggeliat tak nyaman saat ketukan pintu kian mengeras.

Saat kesadarannya kembali sepenuhnya, matanya melotot tak percaya.

"Y—Yang Mulia? YANG MULIA?"

Permaisuri Han mengguncang keras tubuh polos milik Kaisar Wu yang hanya tertutupi oleh selimut tebal.

"Yang Mulia bangun! Ada pelayan di luar! Cepat pakai hanfumu kembali!" Permaisuri Han semakin panik saat terdengar dobrakan dari luar.

"Hm?"

Kaisar Wu langsung tersadar saat mendengar dobrakan pintu dan benda yang terjatuh dengan keras.

Bruk..

"Y—Yang Mulia?" Pengawal pria yang terjatuh itu langsung tercengang melihat pemandangan di depannya itu.

Tak sadar ia berteriak kencang lantaran terlalu panik dan shock dengan apa yang ia lihat saat ini. Kaisar Wu dengan tubuh bagian atas terbuka hingga terlihat jelas roti sobek miliknya dan Permaisuri yang berusaha menutupi asetnya dengan selimut yang tebal meski terlihat juga bahu polosnya.

"M—maafkan hamba, Yang Mulia! Ini salah hamba! Silahkan di lanjut, hamba pamit keluar."

Pengawal tersebut langsung lari terpontang-panting lantaran takut akan amukan singa yang baru saja bangun itu.

Di luar ruangan kerja, Pelayan wanita berkepala lima terheran dengan tingkah pengawal yang ia suruh tadi.
Ada apa? pikirnya.

Mencoba mencari tahu, ia berjalan masuk ke dalam ruangan istirahat milik Kaisar dengan perlahan.

Pelayan wanita itu berdiri mematung sembari menutup mulutnya yang mengaga lebar.  Nampan yang ia pegang berjatuhan beserta makanannya. Matanya seketika melotot sempurna melihat pemandangan antara Kaisar Wu dan Permaisuri Han yang terlalu intim.

Kaisar Wu tampak memangut bibir istrinya dengan tangan yang mulai bergerak kemana-mana.

Permaisuri yang kebetulan melihat seorang pelayan wanita yang berdiri mematung di depan pintu langsung mendorong kuat bahu Kaisar Wu hingga terjengkang ke belakang.

"I—istri? Ada apa?" tanya Kaisar Wu yang masih belum sadar dengan situasi canggung karena aksinya di pagi hari begini. Ia mengelus belakang kepalanya yang terasa ngilu.

"Mphh.." Permaisuri Han menjawabnya dengan gumaman tak jelas lantaran suaranya terhalang oleh selimut tebal. Permaisuri langsung menyembunyikan seluruh tubuh polos dan wajahnya yang memerah ke dalam selimut lantaran terlalu malu ketahuan sedang bermesraan dengan suami tampannya.

"Yang Mulia?"

Kaisar Wu membeku seketika. Dengan gerakan yang kikuk, Kaisar mulai membalikkan tubuhnya secara perlahan.

Matanya melotot sempurna. Detak jantungnya tak beraturan. Mengapa ia berada di situasi canggung seperti ini? Ia seperti pria bejat yang ketahuan  telah memperawani anak gadis orang.

"Y—Ya? Ada apa, bibi?" Kaisar Wu berpura-pura tak paham. Rautnya terlihat datar, akan tetapi berbeda dengan kondisi jantungnya yang tengah berdegup kencang.

"E—Eh, Yang Mulia sedang membuat adik untuk Putri Wu Xingfei toh. Maafkan saya, Yang Mulia. Silahkan dilanjutkan, saya akan membawakan sarapan baru nanti seusai Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri selesai berolahraga bersama."

Wanita tua tersebut langsung berjalan keluar dari sana dengan senyum di bibirnya yang tak kuasa luntur.

"Astaga, kelak Kaisar akan memiliki keturunan lagi dan Putri akan memiliki seorang adik. Aku harus menjaga Tuan Putri agar tak kelaparan sembari menunggu Kaisar dan Permaisuri selesai berolahraga," gumamnya kegirangan. Langkah kakinya terkesan seperti anak kecil yang berjingkrak-jingkrak kegirangan.

Para pelayan yang berlalu lalang mengerut heran. Bingung dengan apa yang telah terjadi.

Wanita tua dengan hanfu biasa layaknya pelayan pada umumnya itu masuk ke dalam ruangan tidur milik Tuan Putri.

"Ada apa, bibi pelayan?" tanya salah satu pelayan yang merasa aneh dengannya.

Wanita tua itu menggelengkan kepalanya, "Ah, tidak-tidak."

"Bagaimana dengan Tuan Putri? Apakah ia sedang tidur? Kalian sudah memberikannya susu sebelum tidur kan?" tanyanya beruntun. Bibirnya kembali membentuk senyuman lebar mengingat kemarin Permaisuri Han memberikannya stok asi untuk diberikan pada Tuan Putri jika bayi imut itu lapar.

"Kami telah memberikannya sebotol susu sesuai perintah bibi sebelumnya. Saat ini, Tuan Putri sedang tertidur nyenyak."

"Ah, baiklah. Kerja bagus."

"T—Terima kasih, bibi."

"Aku ingin tahu, dimana Yang Mulia Kaisar Wu? Anda sudah menemukannya, bi?" tanya salah satu pelayan.

"A—ah.. Y—Yang Mulia Kaisar sedang sibuk. Kalian tidak boleh menganggunya!" tak sadar, wanita tua bernama A Liang itu berteriak saking semangatnya.

"B—baik. Kami paham, bibi."

A Liang tersenyum lebar melihat Tuan Putri Wu Xingfei yang tertidur pulas dengan dot susu yang sesekali bergerak.

"Aku harap Tuan Putri segera memiliki adik."

[🦋by : permenmu🦋]

"Y—Yang Mulia."

Permaisuri tersenyum kikuk saat melihat Kaisar Wu mengelus-elus perut ratanya yang tertutupi oleh hanfu.

Mereka baru saja selesai mandi bersama di pemandian milik Kaisar Wu, tak sekedar mandi. Mereka kembali melakukan itu layaknya pasangan suami-istri baru.

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Permaisuri Han yang bingung melihat suaminya itu tersenyum sendu sedari tadi saat melihat ke arah perutnya.

"Zhen hanya berpikir bagaimana jika ada kehidupan kembali di dalam perut ini? Zhen bingung akan senang atau sedih nantinya."

Permaisuri Han yang paham maksud arah pembicaraan suaminya itu turut merasa sedih. Di satu sisi ia merasa bersalah, dan di sisi lain ia tak tahu harus melakukan apa.

Saat buah hati pertama mereka lahir — Wu Xingfei, tabib mengatakan bahwasanya tubuh Permaisuri Han tergolong lemah.

Diperkirakan, saat terjadi masa kehamilan kedua, Permaisuri Han akan merasakan lebih susah untuk sekedar bergerak bahkan ia akan lebih merasakan letih dan lemas berlebihan.

Yang ditakutkan adalah sesi lahiran. Apakah keduanya akan selamat atau hanya salah satu saja yang bisa diselamatkan?

Oleh karena itu, Kaisar Wu tak menuntut istrinya untuk melahirkan kembali. Dia berusaha mendukung apapun keputusan yang istrinya buat, meskipun suatu saat nanti ia akan menentangnya sendiri.

"Zhen hanya ingin kita bisa bersama selamanya."

🦋🦋🦋

Tbc.

Aghu beberapa hari ini lagi gak buka akun ini dan lagi sibuk revisi cerita di akun lain aghu. Jadi, maaf ya kalau aghu lama publishnya, hehe. Besok atau lusa aghu up lanjutannya ya, semoga cerita ini bisa buat kalian gak bosen di waktu luang ataupun sebagai bacaan di saat senggang ataupun sibuk, hehe.

Tekan bintang di pojok kiri ya!
Thank you ♡

06 Agustus 2021.

Rebirth as a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang