Bagian 17

577 35 4
                                    

"Bawa aku dan Ayah bersamamu."

Ayah langsung menolehkan kepalanya menatapku dengan tatapan tidak percaya seolah tidak menyangka aku akan mengatakannya.

Aku kira Ayah akan menolak mentah-mentah usulanku. Tetapi, perkataan yang Ayah lontarkan membuatku cukup terkejut.

"Itu ide yang bagus, Xing'er." Ayah malah memujiku.

"Aku setuju dengan ucapan Putriku, Ayah Mertua. Aku akan segera menyiapkan segalanya agar kita bisa segera berangkat hari ini juga," ucap Ayah bersemangat.

"Jangan bermain-main. Lalu bagaimana dengan urusan istanamu? Kau tidak takut pemberontak akan muncul saat tahu bahwa kaisar mereka sedang tidak ada di istana?" Pertanyaan Kakek seolah membantah habis usulanku. Benar juga sih. Kalau Ayah pergi, siapa yang akan mengurus istana? Sedangkan beliau adalah sosok penting dalam Kekaisaran Wu.

"Tidak usah khawatir, Ayah Mertua. Aku bisa mengutus tangan kananku agar mengisi posisi kosong itu sementara saat aku berada di kediaman Ayah Mertua. Lalu untuk urusan pemberontakan dan semacamnya. Ayah Mertua tidak bisa menyepelekan zhen ini. Zhen sudah memastikan para bibit pemberontak habis tidak tersisa hingga ke akarnya. Yah, jika benar masih ada pemberontak tinggal zhen tebas saja kepalanya," jawaban santai yang meluncur bebas dari mulut seorang Kaisar sungguh membuat Kakek menggelengkan kepalanya.

"Kita akan pergi sore ini juga!" seruan Ayah membuat raut Kakek semakin suram.

Kakek terlihat frustasi. Beliau menghela nafasnya sembari memijat pelipisnya.

"Sudahlah. Aku pusing. Terserah kalian sajalah. Aku sudah menyerah menghadapi kalian."

Aku dan Ayah spontan berseru kegirangan. Ayah langsung menggendongku dan melempar-lemparkan tubuh mungilku ini ke atas berulang kali.

Aku tersenyum lebar. Setidaknya Aku, Ibu dan Ayah tidak terpisah saat ini.

"Ayo kita persiapkan segala keperluanmu, Putri Ayah."

Sesuai perkataan Ayah, setelah menyiapkan segala keperluan penting selama berada di Kekaisaran Han milik Kakek yang berada di benua lain. Kami hanya menyiapkan beberapa pakaian saja. Ayah mengatakan untuk beli saja keperluan lain di sana nantinya.

Perjalanan untuk ke Kekaisaran Han memakan waktu tidak lama. Hanya sekitar 6 jam saja dikarenakan Kakek menggunakan sihir kepada alat transportasi kami sehingga tiba dengan cepat. Aku tidak mengerti bagaimana cara sihir bekerja. Tetapi ini sungguh menakjubkan.

Akhirnya setelah 6 jam berlalu, kami sampai di sebuah Kekaisaran besar yang terkenal dengan benua sihir — Kekaisaran Han.

Kekaisaran yang terkenal dengan penduduk yang memiliki sihir walau bukan seorang bangsawan. Mereka memiliki kumpulan mana di aliran tubuh sejak mereka terlahir. Oleh karena itu, banyak ahli sihir yang berasal dari Kekaisaran Han yang berkelana ke benua lain dan menolong banyak orang dengan sihir mereka.

Aku tidak bisa tidak kagum dengan pemandangan di depanku saat ini. Para penduduk yang berlalu lalang terlihat begitu keren dengan pakaian modis mereka. Kekaisaran ini sepertinya sudah lebih maju dibanding Kekaisaran Wu, apalagi Kekaisaran Qi yang tidak dapat disandingkan secuil pun.

Ayah mengelus puncak kepalaku dengan lembut. "Xing'er merasa nyaman berada di sini?" tanya Ayah yang langsung kubalas anggukan penuh semangat.

"Di sini sangat besar dan keren sekali, Ayah! Tentu saja Xing'er suka!" balasku membuat Ayah tersenyum lebar.

"Syukurlah. Kita akan berada di benua ini sampai sosok tersayang kita sadar." Nada suara Ayah terdengar menyendu saat mengatakan sosok tersayang kita. Tentu, kami begitu menyayangi sosok tersayang — Ibuku.

Kakek yang menyadari perasaan Ayah kembali sedih pun segera mengalihkan perhatian kami dengan berdehem keras.

"Kalian bisa bersenang-senang dulu disini. Aku akan kembali melihat kondisi putri kecilku."

Aku menatap Kakek tidak setuju. "Tidak. Aku tidak ingin bersenang-senang. Aku hanya akan berada di samping Ibu sampai Ibu sadar," ucapku kukuh.

Ayah mengangguk setuju. "Ya, itu benar. Ayo kita kembali ke istana," ucap Ayah mengajakku. Beliau langsung menggendongku dan berjalan pergi menuju istana milik Kakek, meninggalkan Kakek dan pengawalnya yang tercengang.

"Lihatlah sepasang Ayah dan anak itu. Bersemangat hingga menjadi bodoh seperti itu. Padahal mereka bisa pergi bersamaku menggunakan sihir teleportasi milikku."

Pria paruh baya yang sudah berusia lanjut itu bahkan sampai menggaruk kepalanya yang tidak gatal menghiraukan etika seorang bangsawan.

"Aish, sudahlah. Bisa makin banyak rambut putihku jika meladeni mereka berdua."

Kaisar Han melirik pengawal-pengawal terpilih miliknya yang senantiasa berada di belakangnya. "Ayo kita juga kembali," ucapnya berwibawa.

Para pengawal mengangguk patuh. Seketika tubuh mereka menghilang tanpa jejak seolah memang tidak ada sebelumnya.

Sihir teleportasi.

Banyak sihir yang ada di benua ini.

Kekaisaran Han.

Lokasi dimana Wu Xingfei akan berada sementara waktu.

Xingfei akan banyak belajar dari benua tersebut. Dia tidak lupa tentang penghinaan yang ia terima di kehidupan sebelumnya.

Tunggu saja.

Tbc.

🦋🦋🦋

Perlahan demi perlahan tapi pasti. Tunggu hingga waktunya tiba.

08 Oktober 2023.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rebirth as a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang