Mentari pagi mulai muncul dari arah timur secara perlahan. Para pelayan telah bangun untuk melaksanakan masing-masing dari tugas mereka.
Di ruangan kerja di Pavilliun Naga, Kaisar Qi tampak tak tidur semalaman, terbukti dari kantung hitam yang tercetak jelas di bawah kedua matanya.
Berbagai pertanyaan berkecamuk di pikirannya.
'Apa mungkin putriku sendiri yang membunuh selir-selir disini sebelumnya?'
'Aku tau dia kejam, tapi apa yang membuatnya melakukan semua ini?'
Barusan saja ia menemukan dua kepala manusia yang sudah tak terbentuk. Ia duga itu merupakan kepala dari selir-selirnya. Itu semua terbukti dari secarik kertas yang berisi ancaman.
'Aku memberimu hadiah ulang tahunmu terlebih dahulu. Aku telah membunuh selir tak bergunamu itu. Mereka merupakan salah satu dari para pengkhianat kekaisaran. Bukankah aku putrimu yang baik? Aku harap kau tersanjung dengan hadiah kecilku ini. Hadiah besar lainnya akan sampai seiring waktunya berjalan. Untuk kau, Ayah yang bodoh.'
Kaisar Qi memijat pangkal hidungnya, merasakan pusing menjalar ke seluruh bagian kepalanya. Pria berkepala empat itu membolak-balikkan kertas yang ia pegang sembari bercoba berpikir logis dalam situasi yang kacau seperti ini.
Para selir di istananya semakin lama semakin berkurang akibat kebanyakan tewas di bunuh oleh putrinya sendiri.
Tampaknya, ia harus memberi putrinya itu hukuman yang setimpal sesuai dengan permohonan keluarga dari para korban.
Entah bagaimana, rumor mengenai putrinya yang membunuh para selir kemarin malam tersebar luas dalam semalam.
Apa mungkin benar ada mata-mata di istananya?
Astaga, kepalanya terasa berat sekali.
"Pengawal!" teriak Kaisar Qi pada salah satu pengawal yang bertugas berjaga di depan ruangannya.
"Saya, Yang Mulia. Ada apa memanggil saya, Yang Mulia?" tanya pengawal itu, menunduk kan kepalanya hormat.
"Apakah ada yang masuk ke ruangan kerjaku?" tanyanya menatap lekat pengawalnya itu.
"U-umm.. M-maaf Yang Mulia, sepertinya benar ada yang masuk kemarin siang kesini," ujarnya takut.
"Bagaimana bisa ada yang bisa masuk kesini?!" Kaisar Qi berteriak lantang dengan kedua tangan yang mengebrak meja.
"M-maafkan kami, Yang Mulia. Saat itu, saat kami tengah berjaga, secara tiba-tiba kami pingsan serentak. Kami tak tahu apa yang terjadi, beberapa waktu kemudian kami terbangun dengan sendirinya. Kami mengira itu hanya ilusi kami. Maafkan kami, Yang Mulia!"
Pengawal itu mulai bersujud di bawah lantai sembari menggumamkan kata maaf berulang kali.
"Sudahlah, usut lebih lanjut siapa yang telah berani masuk ke ruanganku tanpa izin lalu cari tahu juga siapa yang telah mengirimkan surat dan dua buah kepala ini."
Pengawal tersebut mengangguk, lalu berlalu bergegas pergi dari sana menyisahkan Kaisar Qi seorang diri.
"Aku harap itu bukan kau."
[🦋by : permenmu🦋]
Qi Xiaoyu masih asik berjalan-jalan seorang diri di pasar. Ia berniat membeli makanan manis untuk memenuhi asupannya. Ia memanglah seorang pecinta makanan manis!
"Makanan manis, aku datang!" ucapnya penuh girang, tak memerdulikan banyak pasang mata yang melihatnya aneh.
Para rakyat yang berlalu lalang melihatnya aneh. Mengapa berteriak seperti itu? pikir mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth as a Villain
Fantasy[𝐎𝐑𝐈𝐆𝐈𝐍𝐀𝐋 𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍] 🦋Tinggalkan jejak, okay?🦋 [Reincarnation series #01] About : Fantasy - Romance - Adventure - Revenge *** Qi Xiaoyu, putri tertua dari kalangan putri di Kekaisaran Qi. Ia memiliki citra yang sang...