Bagian 15

409 34 3
                                    

Mataku terbuka perlahan, silaunya cahaya langsung menerobos retina. Aku mendesis pelan, menyentuh kepalaku yang terasa menyakitkan.

Ugh, sesak sekali. Aku langsung melototkan kedua mataku usai menyadari sesuatu. Ada ular berukuran besar melilit tubuh mungilku!

Argh, sialan sekali nasibku!

Aku langsung menahan nafas saat kepala ular itu mengarah padaku. Lidah panjangnya terlihat mengerikan, berdesis seolah mengejekku.

Ingin sekali rasanya kutarik lidah menjijikan itu, akan tetapi apa dayaku yang tidak berdaya ini. Posisiku ini sungguh memalukan. Layaknya mangsa kecil yang tunduk pada predator.

Dadaku semakin sesak, lilitan di tubuhku kian terasa erat. Umpatan kasar sudah kulayangkan dalam hati. Apa ular ini ingin memakanku?

Aku masih kecil! Aku baru saja ulang tahun tapi harus meninggal? Tidak! Tidak boleh!

Harus berapa kali aku menghadapi kematian?

Apakah malaikat maut sedang mempermainkanku?

Ah, sudahlah. Ayo, makan aku ular sialan!

Aku pikir aku akan langsung tewas saat ular itu memakanku hidup-hidup. Tetapi, ternyata tidak.

Aku hidup?

Meski pandanganku sempat gelap gulita, beberapa saat kemudian cahaya terang menyambutku.

Pemandangan yang asing!

Aku melangkahkan kaki secara perlahan. Menyusuri tempat asing ini dengan perasaan was-was. Mataku melirik sekeliling yang kosong dan sunyi. Tidak ada siapapun di sini.

Dimana aku berada?

Apakah ini surga?

Aku berdecak kagum. Lingkungan yang asri dengan pepohonan rindang dan air mancur yang mengalir dengan deras. Pemandangan yang indah!

Ada bebatuan dan kolam teratai kecil di dekat sana. Tidak sadar, kakiku melangkah sendiri untuk duduk di batu besar yang berada tepat di tengah air mancur.

Aku mencari posisi yang nyaman agar tidak terjatuh lantaran air yang terus menerus menerpa tubuhku hingga basah.

Ini sejuk. Aku memejamkan mataku menikmati sapuan angin yang menerpa wajahku.

Aku baru menyadari sesuatu. Tubuhku kian terasa ringan seolah mendapatkan energi Qi yang tidak terbatas. Sensasi yang biasanya aku dapatkan usai melakukan kultivasi di area dengan energi Qi yang banyak contohnya di pegunungan dan di ruang dimensiku.

Beberapa lama waktu kulewati dengan berdiam diri menikmati ketenangan ini hingga tidak lama kurasakan jiwaku seakan ditarik oleh benda tidak kasat mata. Ini cukup menyesakkan dan terlalu tiba-tiba.

Lalu tidak lama kemudian sayup-sayup dapat kudengar sesuatu yang berisik. Ah, aku pasti sudah kembali lagi. Ini sepertinya sudah ketiga kalinya, bukan?

"Tuan Putri sudah sadar!"

Teriakan penuh kehebohan menyambutku. Astaga, kakek tabib satu ini suaranya besar sekali. Padahal beliau sudah berusia lanjut tetapi suaranya tidak kalah dengan suara para kasim istana.

Wajah penuh kekhawatiran dari Ayah membuatku merasa tidak enak hati. Pria itu terlihat tidak terurus dengan kantung matanya yang menghitam.

Berapa lama aku tertidur? Badanku terasa cukup kaku.

"Putri kecil Ayah kenapa lama sekali bangun? Ayah sangat mengkhawatirkanmu, Xing'er," ujar Ayah memelukku sambal menangis tersedu.

Para pelayan di sekitar kami bahkan sampai terkejut melihat sosok yang terkenal kejam itu bisa sebegitu khaawatir hingga menintikkan air mata.

"Maafkan aku, Ayah. Aku juga tidak tahu mengapa bisa begini," balasku sambil memberikan senyum untuk menenangkannya. Mataku beralih ke sekitar, aku baru sadar. Dimana ibu?

"Ayah, ada dimana ibu?" tanyaku menyerukan isi hatiku. Ayah terlihat murung setelah aku melontarkan pertanyaan.

"Ayah?"

Aku mencoba memanggil Ayah yang melamun.

"Maafkan, Ayah karena tidak becus."

Aku semakin bingung. Apa yang terjadi? Mengapa Ayah meminta maaf? Lalu, pelayan di sekitar juga terlihat menundukkan kepala. Bisakah kalian memberitahuku saja? Jangan membuatku semakin bingung.

"Ibumu sedang dalam keadaan kritis."

Deg.

Jantungku seketika serasa berhenti berdetak. Aku langsung meremas sprei kasurku.

"B-Bagaimana bisa?" tanyaku sedikit terbata. Bukankah terakhir kali wanita berparas cantik yang berstatus ibu dari ragaku ini dalam keadaan baik-baik saja? Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Apa ada yang terlewatkan olehku?

Ayah menghela nafas berat sebelum membuka suara. "Terakhir saat Xing'er mengalami kecelakaan di pesta, Putri Ayah mengeluarkan banyak darah hingga aku dan Ibumu sangat panik. Ibumu merasa tidak tega melihatmu. Tanpa pikir panjang, ia segera menyembuhkanmu menggunakan sihirnya," ucapnya menjelaskan.

"Sihir?" tanyaku tidak percaya.

Bukankah sihir hanya dimiliki oleh orang di benua lain?

Ayah menyentuh sebelah alisku yang berkerut dan mengelusnya dengan pelan. "Ibumu memiliki berkat sejak ia lahir. Tubuhnya dipenuhi oleh mana yang menopang tubuhnya hingga sekarang. Kau tahu bukan, bahwa ibumu memiliki tanda kelopak bunga di dahinya? Itu adalah tanda dari si pemilik sihir yang diberkati oleh alam."

"Tanda itu adalah berkah sekaligus kutukan," lanjut Ayah membuatku semakin bingung. Terdiam untuk memahaminya.

Alam semesta memang menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan.

"Aku ingin bertemu dengan Ibu," ucapku memecah keheningan.

Ayah tampak tidak setuju. Kepalanya menggeleng, menolak permintaanku. "Jangan bergerak kemana-mana, Putri Ayah baru saja sadar," ucapnya sehalus mungkin.

Aku yang dalam posisi tertidur, segera bangkit dan duduk di atas kasurku. Menarik telapak tangan kanan Ayah yang begitu kecil ketika kugenggam.

Ayah masih setia menatapku dengan penuh kasih. Aku menghela nafas pelan sebelum akhirnya membuka suara. "Ayah, kumohon. Ayah bilang Ibu sedang dalam keadaan kritis, bukan? Aku ingin bertemu dengannya. Mungkin jika melihatku sudah sadar, Ibu akan segera membuka matanya. Kumohon, Ayah," ucapku memohon sambil menatapnya penuh harapan.

Ayah terdiam beberapa saat sebelum akhirnya setuju dengan pemikiranku. "Kau benar. Ibumu sangat mencintaimu, bahkan ia tidak segan mempertaruhkan nyawanya agar memastikan dirimu dalam keadaan baik-baik saja. Mungkin jika ia melihatmu, ia akan segera sadar dan kita bertiga bisa kembali bersama."

Aku diam-diam merasa sangat terharu. Aku sungguh beruntung terlahir di keluarga ini. Memiliki Ayah dan Ibu yang begitu mencintaiku sepenuh hati. Rasanya seperti mimpi. Mungkin, ini adalah kehidupanku yang paling bahagia.

"Terima kasih, Ayah. Aku sungguh menyayangi Ayah dan Ibu."

Tbc.

🦋🦋🦋

Setelah sekian lama tidak update. Terima kasih untuk yang selalu setia menunggu. Semoga hidup kalian bahagia selalu ❤️

25 Agustus 2023.

Rebirth as a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang