Bagian 05

1.4K 193 18
                                    

Siapapun tolong sadarkan aku! Apakah ini nyata? Atau benar-benar hanya ilusiku saja?

Pria tampan yang kuduga sebagai ayah baruku tak jauh berbeda dari Kaisar bodoh alias Kaisar Qi.

Mereka sama-sama.. datar!

"Tuan Putri terlahir sehat dan ia juga memiliki wajah yang cantik seperti Yang Mulia Ratu. Saya sudah meresepkan tonik untuk Yang Mulia Ratu. Tonik tersebut harus diminum rutin selama satu bulan agar Yang Mulia Ratu cepat pulih sehabis melahirkan. Kalau begitu, hamba permisi."

Ayah baruku mengangguk paham, namun raut wajahnya tetap datar tak mengeluarkan satu patah kata pun hingga wanita tua yang kuduga sebagai dokter kandungan itu meninggalkan kami dengan beberapa pelayan yang sibuk mengerjakan tugas mereka.

Aku terdiam membeku saat tak terduga ayah baruku mencium pipiku sekilas.

Senyum tipis terukir di bibirnya, seolah beliau bahagia melakukannya.

Apa yang dia lakukan? Lalu, mengapa aku merasakan.. kehangatan saat berada di dekatnya?

"Ini anak kita, 'kan?" tanya Ayah baruku, entah pada siapa.

"Ck! Dia putrimu, Tian.. Putri kita," sahut seorang wanita yang terdengar kesal.

Tunggu? Siapa dia?

Aku menoleh kesamping dengan susah payah. Ah, ternyata ia adalah wanita yang melahirkanku, alias ibu kandungku.

Aku tersenyum tipis melihatnya, ia juga membalas senyumanku dengan lebar. Ia memiliki aura seorang ibu yang sangat kuat. Aku dapat merasakannya.

Sungguh perasaan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Di kehidupan modern, aku merupakan seorang yatim piatu. Bertahun-tahun aku hidup di panti asuhan. Dengan penuh perjuangan akhirnya aku berhasil keluar dari tempat terkutuk itu.

Mengapa tempat terkutuk? Bukannya diasuh dengan penuh kasih sayang, disana aku dan anak-anak lainnya diperlakukan layaknya binatang. Selalu dihukum verbal maupun fisik jikalau kami tak menuruti ucapan dan perintah dari mereka untuk melakukan berbagai hal seperti membereskan piring mereka makan, membersihkan kamar mereka, atau tugas kami lebih seperti seorang pembantu. Jika tak melakukannya dengan benar, mereka tak segan-segan untuk mencambuk bahkan membunuh kami. Aku dan beberapa anak lain juga pernah dijadikan pengemis jalanan oleh mereka, manusia tak berhati.

Aku melarikan diri dari sana saat usiaku menginjak 10 tahun. Saat melarikan diri, aku hampir saja tertangkap jikalau seorang pria paruh baya asing tak membantuku melarikan diri. Beliau juga yang mengajakku menjadi seorang pembunuh bayaran. 

Aku menyetujui tawarannya dengan berpikir untuk balas dendam pada para pengasuhku dan membebaskan anak-anak lain yang belum lepas dari jeratan manusia brengsek seperti mereka.

Puncaknya, aku berhasil membalas perbuatan mereka dengan membunuh mereka satu persatu dengan sadis. Sejak saat itu, siapapun yang berani mengusikku sedikit saja, maka jangan harap dapat kembali merasakan yang namanya bernafas.

Sudahlah, itu adalah masa laluku yang kelam. Aku menyadari satu hal.

Astaga, sepertinya aku baru lahir menjadi bayi beberapa menit yang lalu. Untuk menggerakkan tubuhku saja sangat susah. Merepotkan sekali.

"Dia bayi kan? Mengapa tak menangis seperti bayi pada umumnya?" tanya Ayahku heran. Ia menempelkan jari telunjuknya di pipi gembulku dengan lembut seolah aku adalah barang yang bisa saja pecah jika memegangnya dengan sedikit tenaga sekalipun.

Astaga! Umurku sudah terlalu dewasa untuk merengek dan menangis seperti bayi.. Ayah!

Apa perlu aku memanggilnya ayah? Astaga, baiklah. Aku baru akan mengakuinya sebagai ayah kandungku sendiri jika ia berlaku baik padaku, huh.

Rebirth as a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang