Dengan memberanikan dirinya, Zenna mencoba untuk menghentikan Alice. "Em, Luna! Sebaiknya-"
"Aku!" Seorang anak laki mengangkat tangannya.
Alice melangkah mendekati anak itu. Seorang anak laki-laki yang lebih menonjol daripada anak laki-laki lainnya.
Kini Alice talah berada di depan anak itu. Ia merendahkan tubuhnya, menyamakan tinggi anak itu. "Aku kembalikan bola milikmu," ucap Alice menyerahlan bola.
Semakin lama menatap, Alice tampak semakin tertarik dengan anak itu. Masih berusia delapan tahun, tapi sifatnya tampak dewasa. Selain itu, Alice juga merasakan ada aura yang berbeda dari anak laki-laki itu.
"Luna, sebaiknya kita segera menemui kepala panti," ucap Grize mengingat hari samakain sore.
"Baiklah." Alice menegakkan tubuhnya lalu beranjak meninggalkan anak laku-laki yang masih menatapinya.
"Saya merasa sangat terhormat Luna datang ke panti kamu secara langsung," ucap kepala panti.
Saat ini Alice telah bertemu dengan beliau. Setelah berbincang dan menyelesaikan urusan bakti sosial, kini mereka berdua berjalan-jalan mengitari panti tersebut.
"Saya juga merasa senang, bisa melihat anak-anak di sini," balas Alice singkat.
"Apakah Luna sudah bertemu dengan mereka?" tanya wanita itu basa-basi.
"Iya. Aku tadi juga sempat mengobrol sebentar dengan salah satu anak laki-laki disini. Aku tidak tahu siapa namanya, tapi dia tampak berbeda dengan anak lain."
Wanita itu terdiam sesaat. "Mungkin yang Luna maksud, Aleron?"
"Aleron?"
"Anak itu datang tiga tahun yang lalu." Kepala panti itu mengalihkan pandangannya. "Saat itu tubuhnya dipenuhi luka. Seolah telah bertarung atau diserang oleh seseorang."
"Sebelumnya pihak pack tidak mengizinkan anak itu tinggak di sini karena latar belakangnya yang belum jelas. Tapi setelah, menimbang lagi, mereka membiarkan anak itu tinggal di sini setelah lima bulan melakukan pengawasan."
*****
Sebentar lagi matahari tenggelam. Alice merebahkan tubuhnya di kasur. Tak terasa kegiatannya hari ini membuat dirinya lelah sekaligus senang.
Merasa rasa lelahnya berkurang, Alice bengkit dari tidurnya. Berjalan menuju kamar mandi, untuk mengguyur tubuhnya dengan air dingin.
Rasa segar terasa saat tubuhnya terguyur air dari shower. Air yang turun dari ujung rambutnya membuat semua rasa penatnya seolah menghilang perlahan. Alice sangat menikmati waktu mandinya kali ini.
Selesai membersihkan diri dan mengenakan pakaian, Alice melangkah mendekali meja rias. Gadis itu mengambil hair drayer lalu merapikan rambutnya. Alice menatap pantulannya di cermin sesaat, pantulan itu mengingatnya kepada seseorang. Parasnya itu sama seperti mendiam ibunya
Merasakan ikatan rambutnya sudah kokoh, Alice berdiri dan mendekati nakas. Gadis itu sedikit tersentak, melihat kalung pemberian ibunya sudah tidak ada di atas sana.
Kemana kalung itu sekarang? Siapa yang mengambil kalung miliknya? Ingin rasanya Alice menanyakan semua itu, tapi kepada siapa?
Alice mencoba menenangkan diri dan berpikir positif. Mungkin saja kalung itu terjatuh atau ia telah memindahkannya tapi ia lupa.
Dengan teliti, Alice mualai mencari satu persatu bagian hingga sudut-sudut kamarnya. Berharap kalaung peninggalan ibunya itu bisa ditemukan.
Alice menjatuhkan tubuhnya dan menghela napas berat. Kalung yang ia cari tak ditemukan. Apakah ia harus melaporkannya kepada Darren?
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Luna (Slow Update)
Werewolf"Aku bisa memenuhi semua keinginanmu selain keinginan untuk pergi dariku, karena satu hal yang perlu kamu tau. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari sisiku." --Darrel Erenio Alexandro-- "Apakah dia hantu? Bukan! Dia bukan hantu, tapi siluman yan...