Sebuah mobil berhenti di jalan raya yang tak terlalu ramai. Seorang wanita mengenakan pakain panjang dan masker turun dari mobil tersebut. Mobil itu beranjak diikuti dengan langkah wanita bermasker menuju sebuah cafe di sana.
Ting....!
Pintu cafe itu terbuka, menampakkan suasana yang tak terlalu ramai. Wanita itu menyapu pandangannya ke segala penjuru. Kakinya kembali melangkah melihat seseorang yang ia kenali.
Wanita itu menjatuhkan salah satu tangannya di meja depan orang yang ia cari. "Kembalikan kalungku!" seru wanita itu tegas.
"Kak Alice, sebaiknya kau duduk dahulu."
Alice menghela napas. Gadis itu menarik kursi lalu duduk di atasnya. "Oke. Baiklah, aku akan mulai menjelaskannya."
Mengawali pembicaraan, Jesslen meletakkan canggkir kopi ke atas meja "Kau bertanya 'dari mana aku mendapatkan kalungmu?' Itu rahasia."
Kedua sudut bibir Alice terangkat. "Kau salah paham. Aku datang untuk memastikan kalung yang kau dapatkan itu palsu."
"Kau tidak percaya?" Jesslen mengambil ponselnya. "Baiklah akan aku tunjukkan buktinya." Wanita itu menghubungi seseorang. "Kak Lee, bisa kau tunjukkan kalaung milik Kak Alice?"
Melalui sambungan video call, tampak pria di seberang sana membuka kotak kecil berbentuk peti.
"Kau bisa melihat sendiri." Gadis itu mengarahkan layar ponselnya ke hadapan Alice. "Apakah aku berbohong atau tidak? Apakah kalau itu asli atau palsu?"
Mulut Alice terbungkam, melihat bahwa itu benar-benar kalung miliknya. Goresan di kalaung itu sama persis dengan kalaung miliknya.
Jesslen menarik kembali tangannya. "Kau ingin kalung itu kembali? Maka turuti perintahku," ucap gadis itu seletakkan kembali ponselnya di atas meja.
"Mengikuti perintahmu? Jangan harap aku akan melakukannya."
"Oh baiklah. Jika kakak tidak ingin kalaung kakak kembali tidak mengapa."
"Tapi jangan salahkan aku bila kalaung itu hancur."
*****
Usai kembali dari pertemuannya bersama dengan klaresa, Alice masih berdiam diri di kamar. Menatap langit-langit kamar, Alice berpikir keras. Apakah apa yang dikatakan sepupunya itu benar? Rasanya itu semua tidak mungkin.
Alice menegakkan punggungnya lalu menghela napas. Walaupun perlahan ia harus mencari kebenarannya sekarang.
Tok.. Tok...!
Tidak ada jawaban. Merasa Darren tak ada, Alice mengubah rencananya. Gadis itu masuk perlahan dan membuka berkas-berkas yang ada di meja maupun di rak.
Klekk...
Suara pintu terbuka, menghentikan Alice melakukan aksinya. Jantungnya berdetak kencang. Ia sudah ketahuan sekarang.
"Kau disini?" Spontan Alice membalikkan tubuhnya.
"Iya. Aku-," ucap Alice kesulitan mencari alasan.
"Pekerjaanku masih banyak. Aku tidak bisa menemanimu," ucap Darren seolah tak menggubris perkataan Alice.
"Tidak. Bukan begitu. Aku hanya ingin di sini."
Darren mengalihkan pandangannya. Menatap Matenya itu tak percaya. Tak biasanya Alice bertinggah seperti itu "Baiklah, kau bisa menemaniku."
Suasana hening menyelimuti keduanya. Darren yang masih asik dengan berkas-berkasnya dan Alice yang menunhgu waktu yang tepat untuk mengucapkan pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Luna (Slow Update)
Werewolf"Aku bisa memenuhi semua keinginanmu selain keinginan untuk pergi dariku, karena satu hal yang perlu kamu tau. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari sisiku." --Darrel Erenio Alexandro-- "Apakah dia hantu? Bukan! Dia bukan hantu, tapi siluman yan...