6. Pertama

3.9K 304 5
                                    

Derap langkah seorang perempuan terdengar di lorong. Semua orang membungkukkan badan, memberi hormat kepada perempuan itu. Sampai wanita itu berhenti melangkahkan kakinya.

Kreek...

Pintu terbuka. Menampakkan seorang pria yang duduk di kursi dengan tumpukan berkas di meja. Tak terlalu memperdulikan Sang Mama yang berdiri di ambang pintu, Darren hanya melirik mamanya itu sekilas lalu melanjutkan membaca berkas di hadapannya.

Melihat tingkah putranya itu, Rora hanya dapat membuang napas berat. Semakin lama putranya itu semakin keras kepala. Entah kemana putranya yang penurut itu pergi.

Rora melangkah mendekati putra sulungnya. Ia tahu, putranya itu tidak akan menganggap serius apa yang akan ia katakan nanti. Tapi Rora sudah mempunyai rencana. Tinggal menunggu saja, sebentar lagi 'dia' juga akan datang.

"Darren, Mama mau bicara sama kamu," ucap Rora mulai mengintrogasi putra sulungnya.

Darren menutup berkas di tangannya. "Mama! Bukannya Mama baru pulang. Sebaiknya Mama istirahat," ucap Darren membujuk sang mama.

Darren tau apa yang akan Mamanya itu bicarakan dengannya. Bukannya tidak mau, hanya saja ia tak ingin membicarakan itu sekarang.

"Darren!" sentak seorang pria di ambang pintu.

"Ayah,"

*****

Matahari semakin bergerak ke barat. Hari semakin sore. Sudah lama sejak Rora mengenalkannya dengan Agahta, Alice masih mengelilingi pack bersama wanita itu.

"Aku lelah. Alice, bagaimana jika kita beristirahat sebentar?" tawar Agatha melihat ada bangku di sekitar sana.

"Oh, oke."

"Kakak, juga sama seperti mereka?" Tanpa rasa takut, Alice mepontarkan pertanyaan itu. Mungkin karena ia percaya jika perempuan di sampingnya itu tak akan melukainya, keberanian itu muncul.

"Iya," jawab Agatha singkat lalu tertawa. "Apa kau takut denganku?" Alice menggelengkan kepala.

"Kami tak seburuk yang kau pikirkan. Makhluk buas pemakan segala macam daging. Keluar saat malam hari, dengan taring-taring yang tajam dan bulu di tubuhnya--mencari mangsa. Menjadi pembunuh berdarah dingin yang ditakuti oleh manusia." ucap Agatha mendiskripsikan bentuk werewolf di mata masyarakat manusia. Tak kuat menahan tawanya, sekali lagi wanita itu tertawa.

"Kalian tidak membunuh atau memakan manusia?" tanya Alice penasaran. Apakah ini yang menyebabkan semua manusia tidak akan bisa kembali hidup-hidup setelah memasuki hutan terlalu dalam?

"Tidak semua bangsa serigala melakukan itu. Tak jarang yang memangsa manusia. Biasanya, mereka yang memangsa manusia hanyalah Rogue atau para Vampir untuk diambil darahnya." Pandangan Alice beralih. Ia ingat, pertama kali yang menangkapnya adalah Vampir.

"Tapi kami di sini hanya membunuh mereka yang melewati perbatasan. Demi menjaga agar mereka tidak membocorkan apa yang mereka lihat di sini ataupun identitas kami. Karena itu sangat berbahaya." Hanya itu tujuan mereka. Di bawah kepemimpinan Devan penjagaan perbatasan memang tak seketat itu. Tapi kini sudah berubah. Zaman semakin moderen. Manusia mulai mencari tahu banyak hal. Untuk itu kebijakan itu diberlakukan.

Mendengar itu dengan susah payah Alice menelan salivanya. Ia adalah manusia, dan juga ia sudah melihat itu semua. Apakah ia akan dibunuh seperti manusia-manusia lainnya?

"Kau tenang saja. Kami tidak akan menyakitimu," ujar Agatha mengetahui apa yang ada di pikiran Alice.

"Kenapa?"

You Are My Luna (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang