Di sebuah lorong gelap seorang gadis berjalan, mencoba mencari jalan keluar. Dengan sebuah obor yang menyala di tangannya, gadis itu perlahan menelusuri lorong yang sama sekali tak ia ketahui itu. Entah bagaimana, setelah kabut menurupi pandangan ia langsung berada di lorong gelap itu sendirian.
Gadis itu menghentikan langkahnya dan merosotkan tubuhnya sampai di atas tanah. Tubuhnya sudah lelah. Selain itu udara di sekitarnya terasa pengap. Apakah lorong ini tanpa ujung? pikir gadis itu merasa sedikit putus asa. Rasanya sudah lebih dari dua jam ia berjalan di lorong tanpa cabang itu.
Merasa tenaganya cukup pulih, gadis itu bediri dan kembali berjalan. Berharap dapat kembali menemukan cahaya dan oksigen segar.
Setelah berjalan beberapa menit, gadis itu mengembangkan senyumannya. Ia melihat ada cahaya tak jauh dari sana. tanpa pikir panjang, ia pun berlari mendekati cahaya itu berasal.
Udara segar dan cahaya yang tidak terik langsung menyambut gadis itu. Membuatnya merasa sangat bahagia. Akhirnya ia dapat keluar dari tempat mengerikan itu sekarang.
Merasa lebih tenang, gadis itu mengedarkan pandangannya melihat sekeliling.
Langit dengan awan putih dan jingga terlihat jelas di atas, tapi yang membuat aneh adalah adanya cahaya yang seperti bintang bersinar di sana. Apalagi juga terdapat warna hitam. Seolah ia berada di dunia fantasi.
Gadis itu menurunkan kepalanya, memandang apa yang ada di hadapannya.
Seorang pria yang sangat ia kenali berdiri beberapa meter di hadapannya. Siapa lagi kalau bukan kekasihnya. Darren. Pria itu berdiri di sana memandangi jarum yang ia kenakan di tangan kanan kanannya, seolah menunggu seseorang.
Darren mengalihkan pandangan. Kedua sudut bibirnya terangkat, melihat Alice yang berdiri dengan senyuman tak jauh darinya.
Merasa Darren menunggunya, Alice segera berlari kecil menghampiri kekasihnya itu.
Langkah Alice terhenti. Merasakan dadanya sesak dan kepalanya pusing. Entah apa yang dilihatnya sekarang benar atau tidak. Tapi itu terasa sangat menyakitkan.
Tiba-tiba saja, seorang wanita menghampiri Darren dan langsung memeluk pria itu sangat erat. Begitu pun juga Darren. Pria itu membalas pelukan wanita itu sangat tulus.
Alice hanya mematung di tempat. Ingin sekali otaknya memerintahkan kakinya itu untuk melangkan. Namun, hatinya lebih kuat untuk memerintakhan kaki itu untuk berhenti.
Tubuh alice membeku. Jantungnya seolah telah berhenti berdetak. Cairan kental keluar dari tubuhnya. Diikuti oleh rasa sakit di dadanya. Alice mengalihkan pandangannya. Sebilah pisau tajam tepat menamcap di jantungnya. Seseorang telah menancapkan pisau itu dari belakang.
Dengan napas terengah-engah, Alice bengkit dari kasur. Ia bernapas lega. Ternyata semua itu haya mimpi. Tapi kenapa ia dapat bermimpi seperti itu?
Tak ingin memikirkannya terlalu jauh, Alice memilih berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Mungkin dengan itu, pikirannya menjadi lebih tenang. Ia tak ingin lagi memimpikan hal-hal yang aneh seperti mimpi-mimpinya akhir-akhir ini.
Lima belas menit berlalu. Alice telah selesai dengam mandinya. Gadis itu keluar dari walk in closed dengan blous abu-abu dan celana jens hitamnya. berjalan mendekati meja rias dan mengambil sisir.
Tok... tok..!
"Luna!" Selesai dengan rambutnya, Alice berdiri dan mendekati pintu. Aghta telah menunggunya di luar.
"Luna sudah selesai?" Alice menganggukkan kepala. "Kalau begitu silakan, Luna."
"Hai, ayo! Kau barjalan di sampingku dan jangan terlalu formal kepadaku." Dengan sedilit tenaganya, Alice manarik tangan Agatha hingga wanita itu berada di sampingnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Luna (Slow Update)
Werwolf"Aku bisa memenuhi semua keinginanmu selain keinginan untuk pergi dariku, karena satu hal yang perlu kamu tau. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari sisiku." --Darrel Erenio Alexandro-- "Apakah dia hantu? Bukan! Dia bukan hantu, tapi siluman yan...