16. Alasan

1.8K 166 7
                                    

Kring.....!

"Baiklah, saya akan kesana." Selesai menutup panggilan dan memasukkan ponselnya ke saku, pria itu mengambil jas di sandaran kursinya dan berjalan keluar.

'Eright, menurutmu apa kita harus pergi dengan Rora?' tanya pria tersebut melalui mindlink dengan serigalanya.

'Tentu saja. Mereka berhak mengetahui hal ini,' jawab serigala itu dan langsung setujui oleh Devan.

Setelah melewati beberapa lorong, akhirnya pria itu dapat melihat Matenya yang sedang asik memberi makan ikan-ikan di kolam.

"Hai!" Rora sedikit tersentak. Pria di belakangnya itu langsung melingkarkan kedua tangan di pinggangnya.

"Kau! Kenapa kau kemari?" tanya Rora sembari mencoba melepaskan pelukan suaminya itu. Namun, bukannnya terlepas, pria itu semakin mengencangkan pelukannya. "Devan lepaskan banyak orang di sini."

"Memangnya kenapa? Aku biasanya juga memelukmu." Rora menghela napas. Pria itu memang sering memeluknya di depan umum, tapi hanya satu tangan. Mana bisa dibandingkan dengan pelukannya sekarang?

Devan melepaskan pelukannya. Tangannya beralih menggenggam salah satu tangan Rora dan manariknya. Membawa wanita itu menuju mobil yang sudah di siapkan di luar.

"Eh, kita mau kemana?" tanya Rora meminta penjelasan.

"Ikut saja, kau juga akan tahu," jawab Devan berharap Matenya itu tak bertanya lagi.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Rora lagi di sela-sela langkahnya. Sangat jarang sekali Devan meninggalkan pekerjaannya sebelum selesai. Dia bukan tipe pria yang suka menunda pekerjaan.

"Ini menurutmu akan lebih penting dari pada pekerjaan," jawab Devan memasuki mobil di kursi penumpang.

Mobil meninggalkan pack house dengan beberapa mobil penjaga di sekelilingnya. Mobil yang berisikan para warrior-warrior yang dilatih khusus dan siap mengorbankan nyawanya untuk Alpha dan Luna mereka kapan saja.

Selama perjalanan, Rora hanya diam. Setelah mendengar jawaban dari Devan, entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak. Hal yang akan membuatnya merasa lebih penting daripada pekerjaan Devan, pasti adalah hal yang akan membuatnya sanat cemas. Apalagi dengan penjagaan seperti ini. Ingin rasanya ia bertanya langsung kepada pria yang duduk tepat di sebelahnya, tapi ia belum siap mengetahui kebenarannya.

Tak kurang dari lima belas menit, mobil mereka sudah berhenti di pintu masuk sebuah rumah sakit. Dengan pikiran positif Rora keluar. Menginjakkan kakinyua di rumah sakit besar itu.

Rora mengalihkan pandangannya. Menatap sosok pria yang menggenggam salah satu tangannya. Pria itu sedikit mengangkat kedua sudut bibirnya lalu menganggukkan kepala pelan. Tak lama kemudian, pria itu berjalan, membuat Rora mengikutinya memasuki rumah sakit itu.

Langkah Devan dan Rora terhenti. Tepat di depan ruangan operasi. "Devan! Ada apa ini?"

Dengan perlahan, Devan mengajak matenya itu menjatuhkan tubuh pada salah satu kursi di sana. "Oke, akan aku jelaskan." Devan menghela napas. Saat ini ia sangat bingung harus bagaimana menjelaskan itu semua. "Dalam perjalanan pulang Darren dan Matenya mengalami kecelakaan," ucap Devan akhirnya.

Rora terdiam, mencerna setiap kata yang di ucapkan oleh pria di hadapannya sekarang ini. "Itu nggak mungkin, putraku tidak secerboh itu."

"Aku tau. Ada mobil yang menabraknya. Dia sudah berusaha menghindar."

Ponsel Devan bergetar, membuatnya berdiri dari kursi dan maju beberapa langkah. "Bagaimana?" Devan diam beberapa saat, mendengarkan suara seseorang di sebrang sana. "Aku akan ke sana, tapi tidak sekarang."

You Are My Luna (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang