Matahari sudah berada di sebelah barat. Tapi berkas di atas meja seolah tak berkurang sedikit pun.
Krek..!!
"Darren!" Seorang wanita berlari dan langsung memeluk pria yang masih duduk di kursinya.
"Darren, ayolah temani aku keliling pack," rengek wanita itu seperti anak kecil. Ia memang manja, tapi tidak ke semua orang. Hanya orang-orang tertentu.
"Aku tidak bisa menemanimu. Tugasku masih banyak. Kau bisa lihat sendiri kan," jawab Darren apa adanya. Andai saya tugasnya itu sudah selesai, pasti ia akan keluar dari tadi.
"Tapi benerapa hari yang lalu, kau berjanji untuk menemaniku keliling pack."
Darren menghela napas dan menjauhkan berkas dari wajahnya. "Iya. Tapi tidak hari ini." Setelah menyampaikan jawabannya pria itu kembali membaca berkas di tangannya.
"Terus kapan. Setiap aku datang kau selalu mempunyai banyak tugas."
Darren kembali mengangkat kepalanya. Kali ini ia menatap wajah wanita di sampingnya itu "Lain kali, oke."
Tok..tok..tok..!
"Masuk!" ucap Darren mendengar ketukan pintu tanpa mengalihkan pandangan dari berkas di tangannya.
"Ryan mana berkas yang-" Darren menghentikan perkataannya melihat yang masuk bukanlah Betanya, melainkan Matenya.
"Alice, kau kemari?" Darren berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Matenya. Ia harus menjelaskan semua ini. Tentah bagaimana jadinya jika gadgisnya itu salah paham. Semuany akan kacau. Perjuangannya selama ini akan sia-sia.
"Iya. Maaf jika mengganggu. Aku hanya mengantarkan ini." Alice menyerahkan dokumen itu kepada Darren dengan tenang. "Permisi." Dengan cepat, Darren meraih salah satu tangan Alice. Menghentikan langkah gadis itu keluar.
"Aku ikut," ucap Darren membuat lipatan di dahi Alice.
Dengan menggenggam tangan Matenya, Dareen melengkah keluar dari ruang kerjanya. Alice yang tak mengetahui maksud pria itu hanya diam. Mengikuti kemana pria itu melangkahkan kakinya.
Langkah Darren terhenti. Ia telah sampai di tempat tujuannya. Taman yang selalu di kunjungi Alice. "Aku tau, kau pasti akan ke sini kan?" tanya Darren menyelidik.
"Tidak."
"Oh, jadi aku saja yang ingin ke sini begitu?" tanya Darren seperti berguman. "Oke, tidak masalah."
Sekali lagi tangan Darren menghentikan kepergian Alice. "Hai! Aku tahu kau marah. Aku akan menjelaskan semua." Pria itu menghela napas. "Wanita yang kau lihat tadi adalah Anastasia. Dia dalah sahabatku. Kami sudah kenal dari kecil. Itu yang menyebabkan kami terlihat begitu dekat," ucap Darren menjelaskan.
"Memangnya mengapa kalau kalian mempunya hubungan sepesial? Aku tidak keberatan kok. Aku juga buka siapa-siapa di sini," tandas Alice mengalihkan pandangan.
"Apa yang kau bicarakan. Kau ini calon Nyonya di sini." Dengan salah satu tangannya, Darren membuat gadis dihadapannya itu menatapnya kembali.
"Itu benar. Aku dan Darren hanya sahabat masa kecil." Seorang wanita berjalan mendekat. Wanita yang tak lain adalah sahabatnya Darren.
Dengan senyuman, wanita itu ngelulurkan tangannya. "Kenalkan, aku Anastasia. Sahabat Darren dari kecil."
Alice terdiam sesaat. Mamandang tangan itu hambar. Memikirkan apakah wanita di hadapannya itu tulus, atau hanya bersandiwara belaka.
Kedua sudut bibir Alice terangkat. Membalan uluran Anastasia dengan senyuman. "Aku Alice."
"Matenya Darren kan?" tanya Anatasia memotong ucapan Alice.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Luna (Slow Update)
Werewolf"Aku bisa memenuhi semua keinginanmu selain keinginan untuk pergi dariku, karena satu hal yang perlu kamu tau. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari sisiku." --Darrel Erenio Alexandro-- "Apakah dia hantu? Bukan! Dia bukan hantu, tapi siluman yan...