15. Liburan

2K 176 4
                                    

"Lihatlah apa yang telah kalian perbuat!" Suara keras terdengar menggema di ruangan. "Untung saja, mereka tidak menarik samanya. jika itu terjadi, habis sudah semuanya."

"Sudahlah, suamiku! Tenangkan dirimu!" ucap istrinya mencoba memadamkan suasana. "Kami sama sakali tidak tahu anak itu berhubungan sangat dekat dengan mereka."

Pria itu menghela napas, lalu keluar dari ruangan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Bagaimana bisa," guman gadis yang masih berdiri di sana dengan rasa kesal. "Bagaimana bisa, gadis itu bisa sangat beruntung? Mengapa dia bisa memilikinya tetapi aku tidak bisa? Bagaimana Alice layak mendapatkan seorang prai seperti itu?"

"Apa yang kau katakan? Kau sudah memiliki Reza.

Salah satu sudut bibir gadis itu terangkat. " Reza Barayev juga sebenarnya pacar kakak, kan?

*****

Sinar marahiri menerobos lubang-lubang ventilasi. Membuat gadis yang masih bergulat dengan selimutnya itu membuka kedua matanya. Setelah menggosok matanya beberapa kali, barulah ia dapat melihat dengan jelas.

Perlahan gadis itu membuka matanya. Setelah nyawanya terkumpul, ia langsung melihat jam di nakas. Mata gadis itu membutat. Ia sudah terlambat sekarang. Dengan sedikit rasa kantuk, gadis itu berdiri dan langsung berlari menuju pintu kamar mandi.

Klekk....!Brukk....!

"Au.!" seru gadis itu kesakitan sembari memegangi hidungnya. Tanpa di guga seorang pria membua

"Hai! Kau tidak apa-apa?" ucap pria itu cemas. Dengan kedua tangan, ia menurunkan tangan yang menutupi hidung gadis itu.

Pipi gadis itu merona. Pria itu kini manatapnya dan mengelus hidungnya yang memerah.

"A- aku, mau mandi!" Dengan cepat Alice melewati Darren. Memasuki kamar mandi dan menutup pintu secepat mungkin.

Dengan berdiri bersandar pintu, Alice menutup wajah dengan kedua tangannnya. Wajah yang sudah merah merona karena menahan malu. Bagaimana bisa dia menabrak dada Darren yang bertelanjang dada? Itu sangat memalukan.

Alice mengatur napasnya. Menenangkan detak jantungnya yang berdetak sangat cepat dan keras. Itulah yang terjadi bila ia dekat dengan Darren, apalagi di tatap pria itu. Auranya sangat mendominasi.

Setelah merasa tenang, Alice segera menyiram tubuhnya. Guyuran air dari shower membasahi ujung rambut hinggak telapak kaki. Memberikan rasa segar dan tenang dalam diri.

Lima belas menit berlalu. Alice keluar dengan sweater merah muda dan jelana jens hitam panjang.

"Kau disini?" tanya Alice melihat Darren duduk di depan laptopnya.

Memdengar itu, Darren mengalihkan pandangannya sesaat, lalu memandang laptopnya kembali. "Tentu saja. Ini kamarku," jawabnya santai.

"Kita satu kamar?" tanya Alice sedikit waswas.

"Iya," jawab Darren jujur. Ia hanya tidak inggin membuat Omanya bertanya-tanya. "Tenang saja, aku tidur di sofa," lanjut Darren melihat wajah kaget matenya.

Darren berdiri dari duduknya, dan berjalan mendekati Alice. "Sarapan," tawarnya setiba di depan gadis itu.

Alice mengalihkan pandangan menatap Darren yang berada di sampingnya. Ia diam sesaat, kemudian menganggukkan kepalanya pelan.

Alice dan Darren berjalan menuju ruang makan. Di sana sudah ramai. Makanan sudah siap dan semua telah menempati kursi masing-masing.

"Pagi!" sapa pria itu kepada semua yang berada di sana.

You Are My Luna (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang