17. Kedai ice cream

272 45 1
                                    

Beberapa hari kemudian, tepatnya hari Selasa.

Handphone Dhea yang berada di atas kasur tiba-tiba berdering. Fian's calling ....

Sang pemilik HPpun segera mengangkat panggilan itu.

"Pagi, Dhea," sapa Fian.

"Pagi, Yan," balas Dhea.

"Lo lagi apa?" tanya Fian.

"Lagi nyari kaos kaki nih," jawab Dhea sambil melihat-lihat isi lemarinya.

"Ilang?"

"Enggak. Maksudnya lagi nyari yang sekiranya mau gue pakek ntar ke kampus."

"Oalah. Eh, ntar kan kita sekelas ya pas jam pertama."

"Iya. Kenapa?"

"Berangkat bareng yuk!"

"Next time aja ya."

"Kenapa?"

"Soalnya ntar Syila minta temenin ngambil tugas di rumah temennya yang hari ini nggak masuk. Syila sungkan kalau ke sana sendirian, makanya mau ngajak gue."

"Oalah. Tapi kalau sekedar sarapan bareng, bisa nggak?"

"Sorry, nggak bisa juga, Yan. Gue sama Syila udah terlanjur beli makan."

"Kok tumben jam segini udah beli makan?"

"Ya soalnya itu tadi, ntar kita mau ke rumah temennya Syila."

"Oh. Yaudah nggak papa. Gue tutup dulu ya telfonnya, mau siap-siap ke kampus soalnya."

"Iya, Yan."

•••

📆 Rabu

Dhea sudah pulang kuliah sejak sejam yang lalu. Sekarang ia sedang rebahan sambil membaca wattpad.

Ya, Dhea sekarang sudah kecanduan dengan dunia orange.

•••

🕛 16.01

Jika biasanya Dhea menghabiskan waktu sorenya di kos saja, tapi kali ini tidak lagi. Ia akan pergi bersama Fian ke kedai ice cream yang pernah diceritakan oleh lelaki itu.

Ya, setengah jam yang lalu Fian menelepon dan mengatakan kalau ingin mengajak Dhea jalan. Karena sedang ingin jalan-jalan juga, jadi Dhea mengiyakan ajakan Fian itu.

Setelah mendapatkan pesan yang mengatakan kalau Fian sudah di depan, Dhea segera mengambil slingbag lalu keluar kamar.

Karena Syila belum pulang, jadi Dhea hanya akan berpamitan dengan eyang.

"Eyang!" panggil Dhea menghampiri eyang yang sedang menonton televisi."

"Iya, Mbak Dhea. Mau pergi ya?" tebak eyang saat melihat pakaian Dhea yang sudah rapi sambil membawa slingbag.

"Iya, Eyang. Saya pamit keluar sebentar ya."

"Iya, Mbak. Hati-hati ya!"

"Iya, Eyang," ucap Dhea lalu mencium punggung tangan euang. "Barangkali Eyang mau nitip sesuatu?" tanyanya kemudian.

"Nggak usah, Mbak. Eyang nggak mau apa-apa kok," jawab eyang.

"Oh iya, Eyang. Saya pamit ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

•••

Dhea keluar untuk menemui Fian. Lalu keduanya menuju ke kedai ice cream.
Sepuluh menit kemudian, mereka sampai di tempat tujuan.

3 Pilihan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang