26. Nyubit pipi

242 44 0
                                    

📆 Kamis

Dhea buru-buru memakai sneakersnya karena Fian sudah menunggunya di depan kos. Sekitar satu jam yang lalu, Fian menelepon Dhea untuk mengajaknya sarapan sekaligus berangkat bareng. Karena tidak punya alasan untuk menolak, jadi Dhea mengiyakan saja ajakan Fian.

"Syila, gue berangkat dulu ya. Sorry lagi-lagi lo sarapan sendiri," ucap Dhea setelah masuk ke kamar Syila.

"Hati-hati, Dhe! Iya nggak papa kok," balas Syila yang tak mempermasalahkan kalau ia sarapan seorang diri.

"Iya, La. Bye!"

Setelah mengucapkan itu, Dhea segera pergi.

•••

"Hai," sapa Dhea.

Fian menoleh. "Hai. Ayo naik!"

"Iya."

"Jadi makan bubur ayam kan?" tanya Fian setelah Dhea duduk di belakangnya.

"Jadi. Gue lagi pengen makan itu soalnya," jawab Dhea.

"Oke, kita meluncur ke tempat bubur ayam," ucap Fian.

Fian melajukan motornya dengan kecepatan standar. Ia tidak berani melaju terlalu cepat karena mengingat Dhea yang tidak berpegangan pada dirinya. Ya, jadi selama ini Dhea selalu menolak untuk berpegangan pada Fian.

•••

7 menit kemudian, motor Fian berhenti di tempat tujuannya.

Dhea dan Fian turun dari motor lalu segera menghampiri sang penjual bubur ayam yang kata Fian buburnya terkenal begitu enak.

"Bu, bubur ayamnya 2 ya," pesan Fian.

"Bungkus atau makan sini, Mas?"

"Makan sini aja, Bu."

"Baik, Mas. Mohon ditunggu sebentar dan silakan duduk dulu!"

"Iya, Bu."

Dhea dan Fian duduk berhadapan.

"Gue jamin lo bakal ketagihan sama bubur di sini," ucap Fian dengan yakin.

"Kalau nggak ketagihan gimana?" tanya Dhea.

"Hm, mungkin gue nggak bakal ngajak lo ke sini lagi. Mungkin gue bakal nyariin tempat bubur ayam yang lebih enak dari ini yang bisa bikin lo ketagihan," jawab Fian.

"Hhhmm. Tapi kayaknya rasanya emang beneran enak, soalnya yang beli aja banyak," ucap Dhea karena memang selain ia dan Fian, ada banyak orang yang sedang makan di tempat tersebut.

"Tempat ini emang selalu rame, Dhe. Oh ya, ntar habis kelas lo ikut gue yuk!"

"Ikut ke mana?"

"Ke toko sepatu. Gue pengen beli sepatu futsal tapi dari kemarin tipe yang gue pengen selalu sold out. Terus semalem mas-masnya ngechat gue katanya udah restock lagi dan gue disuruh ke sana secepetnya."

"Oke, gue bakal ikut, tapi ada syaratnya."

"Apa syaratnya?"

"Habis dari toko buku, temenin gue beli ice cream ya di kedai yang waktu itu."

"Syaratnya gampang banget Dhe, nggak ada yang lebih susah apa?"

"Gue cuma maunya itu, Yan."

"Yaudah, ntar gue temenin lo."

"Permisi, Mas, Mbak. Ini buburnya! Selamat menikmati!" ucap sang penjual membawa nampan berisi dua bubur ayam dengan porsi yang bisa dibilang cukup banyak.

3 Pilihan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang