Saat Lifia berjalan ke arah pintu keluar Taman Kota, ia tidak sengaja melihat Dhea dan Fian yang baru datang.
Dhea! Fian! Jadi mereka ke sini juga? Ngapain ya? Apa jangan-jangan Fian juga mau nembak Dhea? Gue harus cari tau. Batin Lifia.
•••
"Duduk di situ yuk!" ajak Fian.
Dhea menganggukkan kepalanya pertanda setuju.
Lifia mengintip dari balik pohon besar yang tak jauh dari posisi duduk Dhea dan Fian.
"Enak ya suasananya kalau malem gini," ucap Dhea sambil melihat sekelilingnya.
"Iya. Suasananya juga mendukung," ucap Fian menimpali.
"Mendukung buat?" tanya Dhea menatap Fian.
"Buat orang pacaran."
"Maksudnya?"
Fian menatap Dhea dengan lekat lalu menggenggam kedua tangannya.
"Dhea!" panggil Fian dengan suara lembutnya.
"Iya?" tanya Dhea.
"Gue udah nggak bisa nahan lagi, Dhe," ucap Fian.
"Lo pengen berak, Yan?" tebak Dhea.
"Enggak, Dhe!" seru Fian agak kesal. Bisa-bisanya ia dikatai ingin berak.
"Lah terus lo nggak bisa nahan apa?"
"Gue udah nggak bisa nahan perasaan gue buat lo, Dhe."
Dhea menautkan alisnya. "Maksud lo?"
Fian menghela napas. "Gue suka sama lo bahkan gue udah mulai cinta sama lo, Dhe."
"Apa? Lo cinta sama gue?" kaget Dhea.
"Iya."
"Sejak kapan?"
"Nggak tau. Yang jelas setiap harinya rasa cinta gue makin besar. Makanya, malam ini gue mutusin buat ngungkapin semuanya ke lo. Gue mau lo tau tentang perasaan gue dan gue juga mau lo jadi pacar gue, Dhe."
"Lo nembak gue?" tanya Dhea bertambah terkejut.
"Iya. Lo mau kan nerima gue jadi pacar lo? Gue janji Dhe bakal selalu setia dan bahagiain lo. Gue nggak bakal biarin lo sedih apalagi sakit hati. Gue janji!"
Ternyata bener, Fian ada rasa sama Dhea. Hhh, yaudah lah mendingan gue pulang aja daripada di sini malah makin nyesek. Batin Lifia. Lalu ia memutuskan untuk pergi.
"Gimana, Dhe?" tanya Fian.
Dhea melepaskan genggaman tangan Fian. "Sorry Yan, gue nggak bisa jadi pacar lo," jawab Dhea menolak.
"Kenapa? Bukannya lo juga suka sama gue?" heran Fian.
"Kata siapa?" tanya Dhea.
"Kan lo sendiri yang bilang lewat surat yang lo titipin ke Joy," jawab Fian.
"Yan, dengerin gue ya! Emang iya, gue suka sama lo pas gue nulis surat itu, yang mana artinya dua bulan sebelum lo nerima surat itu. Tapi, sekarang, detik ini juga, gue udah nggak suka sama lo, gue udah nggak ada rasa sama lo, Yan. Waktu itu gue suka sama lo cuma sebulan kalau nggak salah, habis itu yaudah gue biasa aja," jelas Dhea dengan sejujur-jujurnya.
"Kenapa lo cuma suka gue selama sebulan?" tanya Fian sedih.
"Basically, gue tipikal orang yang gampang bosen, termasuk kalau suka sama orang. Dulu pas semester 1, gue suka sama kak Darka, sama Reyvan juga, tapi ya sebulan doang."
"Terus sekarang lo sukanya sama siapa, Dhe? Apa sama Gio atau malah Leo?"
Dhea menggelengkan kepalanya. "Enggak, Yan."
Nggak ada yang gue suka, tapi ada yang gue sayang yaitu dia. Batin Dhea.
"Hhhh. Andai Joy nggak lupa sama surat titipan lo. Andai gue nerima surat itu lebih awal. Andai gue sadar kalau gue suka sama lo sejak dulu. Andai gue nembak lo di saat lo masih suka sama gue. Andai-"
"Udah Yan, stop! Berhenti berandai-andai karena itu percuma, nggak bakal ngubah apapun."
Lagipula meskipun lo nembak saat gue masih suka sama lo, gue juga nggak bakal nerima lo, Yan. Batin Dhea.
"Apa gue nggak punya kesempatan, Dhe?"
"Kesempatan untuk?"
"Untuk jadi pacar lo atau nggak untuk bisa bikin lo suka lagi sama gue."
Dhea tersenyum. "Kesempatan selalu ada, Yan. Gue juga nggak menampik kalau hal itu bisa aja terjadi karena mengingat hati manusia mudah dibolak-balikkan oleh Sang Pencipta," ucap Dhea dengan bijak.
"Oke. Kalau gitu, gue, Alfian Reifansyah bakal berjuang lebih keras lagi. Gue akan buktiin sama lo kalau gue adalah cowok yang paling tepat buat jadi pacar lo."
"Semangat berjuang, Fian!"
"Thank you, Dhea."
"Eh, gue haus nih, Yan. Kita beli minum yuk!"
"Ayo! Lo mau apa? Air mineral aja, jus, atau ice cream cone?"
"Ice creaaammmm coonnneee!!!"
"Semangat banget sih kalau urusan ice cream cone."
"Oh ya jelas dong. Gue kan lagi candu-candunya sama ice cream cone."
"Yaudah yuk kita beli ice cream di tempat yang waktu itu."
"Yuk!"
•••
Jam setengah 10 Dhea dan Fian baru sampai di depan kos.
"Thanks ya udah ngajak gue jalan plus nganterin gue pulang," ucap Dhea.
"Sama-sama. Yaudah gih lo masuk!" suruh Fian.
"Lo nggak mau pulang dulu?" tanya Dhea.
"Gue mau ngeliat lo masuk ke dalem," jawab Fian.
"Oke kalau gitu, gue masuk dulu ya. Lo hati-hati pulangnya! Jangan kebut-kebutan di jalan, bahaya! Bye!" pesan Dhea. Lalu ia berbalik badan.
"Dhea!" panggil Fian.
Dhea menatap Fian lagi. Lelaki itu turun dari motornya.
"Kenapa?" tanya Dhea.
Greeppp!!! Fian memeluk Dhea. Meskipun awalnya terkejut, tapi Dhea tetap membalas pelukan itu.
"Gue cinta sama lo," ucap Fian.
"Makasih udah cinta sama gue," balas Dhea.
Fian melepaskan pelukan. "Yaudah gih, masuk! Langsung istirahat ya, jangan malah begadang!" pesan Fian.
"Iya. Daaa ...." ucap Dhea melambaikan tangannya.
"Daaaa ...." balas Fian melakukan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Pilihan || END
Teen Fiction✨ Dheana dan 3 lelaki tampan ✨ *** Dheana memasuki perkuliahan semester 3. Kali ini ia terlibat masalah percintaan dengan 3 lelaki sekaligus. Mereka adalah Fian, Gio, dan Leo. Dheana dan Fian sudah saling mengenal sejak semester 2. Awalnya Fian ragu...