36. Joy & rencana Fian

212 40 0
                                    

Keesokan harinya.

Dhea baru saja keluar dari toilet di lantai 3. Ia hanya seorang diri karena Lifia harus buru-buru pulang jadi tidak bisa menemani Dhea ke toilet.

Dhea menunggu pintu lift terbuka dan saat terbuka ia bertemu dengan Joy.

Bryan Andrew as Joy

"Hai, Joy," sapa Dhea ramah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, Joy," sapa Dhea ramah.

"Hai, Dhe. Habis ada kelas?" tanya Joy.

"Iya. Lo mau ke mana?" tanya Dhea.

"Ketemu temen, mau ngambil barang," jawab Joy.

"Oalah. Yaudah gue duluan ya, Joy," pamit Dhea.

Saat Dhea baru berbalik badan, Joy kembali bersuara. "Eh, bentar, Dhe!" seru Joy.

"Ada apa?" tanya Dhea kembali menatap Joy.

"Gue minta maaf ya sama lo," ucap Joy.

Dhea merasa bingung. "Maaf buat apa?" tanyanya tidak mengerti.

"Dulu kan lo pernah nitipin surat buat Fian ke gue, tapi gue baru inget dan sempet ngasihin surat itu dua bulan kemudian, pas hari terakhir UAS. Maaf ya," jelas Joy.

"Astaga!" pekik Dhea menepuk dahinya pelan. "Gue baru inget Joy kalau pernah nulis surat buat Fian," ucapnya kemudian.

"Lah? Lo yang bikin sendiri tapi lo juga yang lupa."

"Iya nih nggak tau kenapa bisa lupa. Yaudah Joy nggak papa. Thanks ya udah ngasihin suratnya ke Fian."

"Iya, sama-sama. Kalau gitu gue nemuin temen dulu ya, Dhe."

"Iya, Joy."

Setelah itu, Joy pergi.

"Berarti Fian udah baca dong isi suratnya dan dia jadi tau kalau gue pernah suka sama dia?" gumam Dhea.

•••

Kini Fian, Hendra, Riza, dan Vadli berkumpul di sebuah kafe. Mereka sengaja berkumpul karena katanya ada yang ingin dibicarakan oleh Fian.

"Lo masih suka kan Ndra sama Lifia?" tanya Fian setelah meminum orange juicenya.

"Iya. Kenapa?"

"Lo mau Lifia jadi pacar lo kan?"

"Iya, gue mau."

"Kalau gitu lo harus nembak Lifia."

"Hah?" kaget Hendra

"Kenapa tiba-tiba lo nyuruh Hendra buat nembak Lifia?" tanya Riza.

"Biar gue ada temennya nembak," jawab Fian.

"Maksud lo?" tanya Hendra.

"Gue mau nembak Dhea dan gue mau ngajak lo Ndra buat nembak Lifia juga. Jadi, kita nembak barengan gitu," jelas Fian.

"Katanya lo mau nembak Dhea pas dia ulang tahun, kok tiba-tiba lo majuin jadi sekarang?" tanya Vadli.

"Kelamaan kalau nunggu Dhea ultah, ntar keburu dia diambil sama Gio atau nggak Leo," jawab Fian dengan ekspresi tidak sukanya. Ia masih kesal dan tidak terima kalau kedua temannya menyukai Dhea.

"Apa hubungannya sama Gio Leo?" tanya Riza.

Baik Hendra, Riza, maupun Vadli memang saling kenal dengan Gio dan Leo.

"Mereka suka sama Dhea dan mereka lagi berusaha dapetin Dhea. Gue nggak mau keduluan sama mereka makanya gue harus gercep nembak Dhea," jawab Fian.

"Lo tau darimana kalau Gio sama Leo suka sama Dhea?" tanya Vadli penasaran.

Fian menceritakan mengenai obrolannya bersama Gio dan Leo saat di kafe dan tak lupa mengenai kejadian di kantin kemarin.

"Oalah, pentesan kemarin Dhea nanya soal lo, Gio, sama Leo," ucap Hendra.

"Dhea nanya ke lo?" tanya Fian.

"Iya. Kemarin Dhea ngechat gue," jawab Hendra.

"Dia nanya gimana?"

"Nih, lo baca aja chatnya!"

Hendra memberikan hpnya ke Fian.

"Pokoknya gue nggak mau kalah dari Gio sama Leo. Gue yakin kalau gue yang pasti bisa dapetin Dhea," ucap Fian menaruh hp Hendra ke atas meja.

"Semangat, Yan! Kita bertiga akan selalu dukung lo," ucap Vadli.

"Thanks. Jadi, gimana, Ndra? Lo mau kan nembak bareng gue? Ntar kita nembak di satu tempat aja tapi posisinya beda," tanya Fian.

"Iya Yan, gue mau. Gue juga nggak bakal ngebiarin ada orang lain yang ngeduluin gue buat nembak Lifia," jawab Hendra.

"Oke. Berarti fix kita nembak besok malem ya," ucap Fian.

Hendra terkejut. "Besok malem?"

"Iya."

"Apa nggak terlalu cepet, Yan?"

"Enggak. Besok pagi gue bakal ngomong ke Dhea kalau mau ngajak jalan. Lo juga ngomong ke Lifia."

"Bisa nggak Yan kalau lo aja yang ngajak Lifia?"

"Kenapa gue? Kan lo yang mau nembak dia."

"Gue takut Lifia nggak mau jalan sama gue."

"Emang lo pikir kalau Fian yang ngajak dia bakal langsung mau gitu?" tanya Vadli.

"Siapa tau kalau Fian yang ngajak dia jadi sungkan buat nolaknya gitu, makanya langsung mau. Please, Yan! Bantuin gue ya. Ntar gue juga bantuin lo deh buat ngomong sama Dhea," ucap Hendra memohon.

"Gue bisa ngomong sendiri ke Dhea, nggak perlu lo bantuin," balas Fian.

"Yaudah. Tapi lo mau ya bantuin gue, please!"

"Oke, besok gue yang bakal ngomong ke Lifia."

"Thanks, Yan."

"Iya."

"Terus rencananya kalian mau nembak di mana?" tanya Riza.

"Taman aja kayaknya. Gimana menurut lo, Ndra?" usul Fian.

"Iya, gue setuju nembak di taman," balas Hendra.

"Oke. Semoga rencana kita berjalan dengan lancar," ucap Fian.

"Dan semoga kita diterima," tambah Hendra.

"Aamiin!" seru yang lain.

"Kalau udah jadian, jangan lupa PJnya!" ucap Riza.

"Harus itu! Nggak boleh sampe lupa," ucap Vadli.

"Iya, gampang," balas Fian.

•••

Hhhmmm

Kira-kira Dhea sama Lifia bakal nerima Fian sama Hendra nggak yaaa???

Temukan jawabannya di part selanjutnya!!!

3 Pilihan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang