42. H-1

202 44 0
                                    

Beberapa hari kemudian, tepatnya di hari Minggu.

🕛 20.35

Fian dkk sedang berkumpul di coffee shop.

"Gimana, Yan? Besok malem jadi nggak?" tanya Hendra.

"Jadi, Ndra. Gue udah sewa CC, jadi besok cuma ada kita-kita," jawab Fian.

"Besok siapa aja yang fix ikut?" tanya Riza.

"Kita berempat, Lifia, sama Dhea," jawab Fian. "Eh, Lifia udah lo kabarin, Ndra?" tanyanya kemudian.

"Udah kok. Dia bilang iya."

"Oke."

"Lo udah bilang sama Dhea?" tanya Vadli.

"Kalau itu belum. Gue masih bingung ngajaknya gimana. Gue takut Dhea bakal curiga kalau gue ngajak dinner pas dia lagi ultah."

"Lo bersikap kayak biasanya aja, Yan. Jangan bikin Dhea curiga!" ucap Hendra.

"Mendingan lo kasih tau Dhea sekarang kalau besok malem lo mau ngajak dia dinner," ucap Riza.

"Bener tuh, Yan. Lo harus gercep, sebelum ada orang lain yang ngajak Dhea pergi," ucap Vadli.

"Oh iya, kalian bener juga. Yaudah gue telfon Dhea dulu," ucap Fian.

Tak butuh waktu lama untuk panggilan Fian bisa dijawab oleh Dhea.

"Halo, Dhe."

"Ada apa, Yan?"

"Besok malem kita dinner yuk di CC!"

"Eee, gimana ya, Yan?"

"Kenapa? Lo ada janji sama orang lain?"

"Enggak sih. Cuma barusan kak Gio sama kak Leo juga ngechat gue dan besok mau ngajak dinner. Tapi gue belum jawab iya karena bingung mau milih dinner sama siapa."

"Yaudah lo dinner aja sama gue, tolak ajakan Gio sama Leo."

"Nggak bisa gitu dong, Yan. Kan mereka yang ngajakin duluan."

Fian menghela napasnya. Ternyata Gio dan Leo juga punya rencana yang sama.

"Lagipula kenapa kalian bisa barengan ngajak gue dinner besok malem? Apa jangan-jangan kalian janjian?"

"Ya nggak lah, Dhe. Ngapain juga gue janjian sama mereka."

"Kenapa, La?" tanya Dhea dengan suara yang sepertinya dijauhkan dari handphonenya.

"Oh, iya-iya, bentar," jawabnya kemudian.

"Fian!" panggil Dhea dengan suara yang kembali jelas.

"Iya?" tanya Fian.

"Gue tutup telfonnya ya, soalnya Syila minta temenin ngeprint makalah," ucap Dhea.

"Terus soal ajakan gue gimana, Dhe?"

"Ntar gue pikir-pikir dulu ya. Bye!"

Dhea mengakhiri panggilan secara sepihak.

"Gimana, Yan?" tanya Riza.

"Dhea belum ngiyain ajakan gue, soalnya Gio sama Leo udah duluan ngajak dia dan dia juga belum jawab iya."

"Tuh kan bener lo keduluan," ucap Vadli.

"Terus gimana, Yan? Lo udah booking tempat, udah beli kue sama kado, jangan sampe rencana lo ini gagal," tanya Hendra.

"Gue juga nggak mau gagal tapi gue bingung harus gimana. Masa iya gue maksa Dhea buat dinner sama gue? Kalau dia malah marah gimana coba?"

"Gini aja, Yan. Gimana kalau lo ngajak Gio sama Leo buat ikutan ngasih surprise besok di CC?" usul Riza.

"Maksud lo, Za?" tanya Fian.

"Kan kata lo Gio sama Leo ngajak Dhea dinner juga besok malem, berarti kemungkinan besar mereka juga mau ngasih surprise buat Dhea. Nah, biar rencana kalian bertiga bisa sama-sama berhasil, gimana kalau kalian bikin surprisenya bareng-bareng di CC. Ya, biar Dhea juga nggak bingung mau milih siapa," jelas Riza.

"Gue setuju sama Riza," ucap Vadli.

"Gue juga," ucap Hendra.

"Tapi gue ogah ketemu apalagi sampe bikin surprise bareng sama Gio Leo."

"Cuma buat besok malem, Yan. Demi Dhea."

"Terus misal gue, Gio, sama Leo kerja sama, ntar ngomong ke Dheanya gimana? Maksud gue, masa kita ngebatalin ajakan buat dinner? Terus cara ngajak Dhea ke CCnya gimana?"

"Mungkin nggak kalian bertiga yang ngebatalin, cukup dua orang aja. Jadi, Dhea bisa nerima 1 orang tanpa bingung buat milih," usul Vadli.

"Itu ide bagus Dli, tapi menurut gue jangan gitu. Kenapa? Karena bisa-bisa 2 orang ini iri, walaupun itu cuma sandiwara doang. Jadi, menurut gue demi menghindari perdebatan, mendingan kita ajak Syila aja, temen kosnya Dhea," balas Riza.

"Nah, iya tuh. Tadi Lifia sempet ngasih saran kalau Syila suruh ajak Dhea ke tempat yang kita pilih biar Dhea nggak curiga kalau kita mau bikin surprise," ucap Hendra menimpali.

"Gue pikir itu ide yang lebih bagus," ucap Vadli.

"Berarti gue, Gio, sama Leo sama-sama ngebatalin ajakan kita?" tanya Fian.

"Menurut gue nggak perlu, biar Dhea nggak curiga. Ntar gue suruh Lifia ngechat Syila buat jelasin rencana kita. Kebetulan kata Lifia dia punya nomornya Syila," jawab Hendra.

"Oke-oke, gue setuju. Berarti sekarang gue ngabarin Gio sama Leo buat ngajak kerja sama."

"Iya."

"Tapi lo jangan pakek emosi Yan, inget ini demi Dhea," ucap Riza.

"Iya Za, gue ngerti," balas Fian.

•••

Keesokan harinya. Dhea baru keluar dari kamar mandi dengan baju santainya. Ia ke kamar Syila untuk memberi tau kalau ia sudah selesai jadi Syila bisa mandi.

"Yaudah La gue ke kamar dulu ya," ucap Dhea yang berdiri di depan pintu kamar Syila.

"Eh, Dhe!" seru Syila.

"Kenapa?" tanya Dhea.

"Ntar malem kita makan di CC yuk! Gue udah lama nggak ke sana," ajak Syila.

"Hm, ntar malem ya?"

"Iya."

"Sebenernya gue lagi bingung, La."

"Bingung kenapa?"

"Ntar malem Fian, kak Gio, sama kak Leo ngajakin gue dinner. Tapi gue bingung mau milih siapa."

"Yaudah lo dinnernya sama gue aja. Mereka bertiga lo tolak biar sama-sama adil."

"Oh iya, lo ada benernya juga, La. Jadi, satu gue tolak, semua gue tolak juga."

"Iya."

"Oke, ntar malem gue dinner sama lo aja, La."

"Nah, sip. Yaudah gue mau mandi dulu ya."

3 Pilihan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang