When a love grows in eternal revenge.
Agustus 2019,
Manhattan, New York"Senang berbisnis dengan anda, Sir Aaron." Suara lembut menggema di ruang rapat yang terisi empat orang seraya mengulurkan tangannya kepada sang mitra kerja. Ruang rapat yang luas dengan meja berbentuk kotak dengan lubang di tengahnya, mampu menampung dua puluh petinggi perusahaan real estate, di ujungnya ada dua kursi yang ditempati oleh para tokoh utamanya.
Sang mitra kerja membalas uluran tangan pemilik suara lembut sebagai formalitas serta memberikan kepercayaan untuknya. Sepasang netra caramel tersebut menatap kertas yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak sebagai tanda bentuk kerja sama antara perusahaan kontruksi miliknya dengan perusahaan Ellena, pemilik suara lembut. Aaron kembali duduk, begitu juga dengan wanita tersebut.
Ellena memberi kode kepada tangan kanannya pada sekretaris untuk meninggalkan mereka di ruangan ini, tungkai kakinya saling menyilang dengan anggun. Elegan.
Satu kata yang tepat untuk mencerminkan wanita tersebut. Ellena menatap Aaron dengan penuh arti, seolah mengerti ia menitahkan perintah yang sama dengan Ellena kepada tangan kanannya, tersisalah mereka berdua. Aaron memandang ke luar jendela kaca ruangan ini, kanvas biru yang terbentang begitu luas ditambah dengan gumpalan kapas putih begitu indah di matanya.
"Ingin minum?" Pertanyaan itu menghancurkan suasana hening sekaligus membuyarkan lamunan Aaron.
"Tidak perlu." jawab Aaron singkat. Karena minuman yang tersedia untuknya belum tersentuh sama sekali.
"Kamu tidak kepanasan? Aku selalu melihatmu memakai pakaian lengan panjang." tanya Ellena basa-basi.
Aaron menggeleng pelan, menyesap pelan cairan teh tersebut, "Air conditioner-nya berjalan dengan baik. Aku tidak kegerahan." Pria tersebut berucap seadanya tanpa melihat ke arah Ellena.
Ellena tersenyum lembut, jelas sekali kalau mitra kerja sekaligus teman sekolahnya dulu ini sedang terbebani masalah, wanita yang menjabat sebagai pemegang perusahaan real estate dan pariwisata meminum air mineral yang tersedia di meja. Sebuah tata krama yang diajarkan oleh sang ibunda, "Apa ada beban di pikiranmu? Keberatan untuk berbagi denganku?".
Aaron memindahkan pandangannya, berbalik menatap Ellena selama berpuluh-puluh detik, berusaha menyelami netra yang sejernih lautan dengan lama-lama, sebagai suatu bentuk kewaspadaan terhadap wanita berusia dua puluh enam tahun ini. Walaupun sudah mengenalnya selama sepuluh tahun, tidak menutup kemungkinan bagi pria mapan ini untuk tidak memberikan seluruh kepercayaannya kepada Ellena.
Seolah tahu apa yang dipikirkan Aaron, Ellena kembali mejawab, "Tidak masalah jika belum berbagi. Aku selalu ada untuk mendengarkanmu." Raut wajah Ellena menjadi tidak terlalu baik. Waktu sepuluh tahun rupanya tidaklah cukup untuk menjadi teman pendengar pria bertubuh tinggi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scar of Love ✔
RomanceAaron memberikan seluruh hidupnya untuk mencari pembunuh sang ayah angkat dan para kekasihnya. Bersama dengan wanita elegan bernama Ellena, dia mengorek informasi yang ada. Tidak disadari kalau dia akan jatuh ke dalam pesona wanita tersebut. Tapi...