Setiap melihat awan di angkasa,
Hanya satu yang terlintas di benak penat ini.
Apakah hanya aku yang menderita?
Apakah hanya aku yang merasakan pahitnya kehidupan?
Tidakkah di antara mereka yang berjalan di bawah memiliki kisah pilu sendiri?
Atau mereka terlalu pandai menyembunyikannya sepertiku.
Setiap melihat bintang bersama dengan rembulan bermain,
Aku memikirkan hari esok dalam ketakutan tak berujung,
Tidak terhitung seberapa banyak luka yang tercipta oleh cinta.
Kemudian ...,
Kamu memaksa masuk ke dalam setiap napasku dan berdiam di sana tanpa kusadari.
Ketika aku sadar, aku tidak sanggup mengeluarkanmu.
Terlalu banyak kenangan manis untuk dilupakan,
Terlalu banyak kecemasan untuk dirasakan,
Terlalu banyak rahasia untuk dikatakan.
Hidup dalam rahasia abadi.
Aku menunggu kepastian,
Sampai rahasia itu terkuak ...,
Dan aku hancur berkeping-keping.
Aaron menatap wanita di depannya tak percaya, gelas berisi air mineral di tangannya bergetar hebat ketika mendengar penuturan Ellena sedetik yang lalu. Segera dia meletakkan gelas kaca itu di atas meja terdekat sebelum pecah di tangannya. Ruang tamu penthouse yang terletak di Manhattan itu terasa mencekam, saling mencekik leher satu sama lain tanpa wujud.
"Kau ... kau berbohong, kan?" pertanyaan keluar dari bibir pria muda yang masih dalam balutan piyama tidur biru muda.
Wanita berusia 26 tahun itu mengeratkan genggamannya pada tali sling bag yang dikenakan di bahu serta koper di tangan satunya, sepasang netra coklat selembut madu miliknya membalas tatapan Aaron bengis.
"Tidak mungkin Mark melakukan itu. Mark tidak mungkin melakukannya, Ellena!" teriak Aaron kemudian menengadah kepalanya memejamkan mata untuk menenangkan emosinya yang ingin meledak.
Ellena berdecih, sudut bibir kanannya terangkat ke atas, "Ada buktinya, Aaron Theodorus. Ayahmu membunuh ayahku, ayah kandungku. Kau kira aku masih bisa tinggal dengan anak seorang pembunuh?"
Wanita menyandang nama Ellena Artemis itu melihat Aaron dengan tatapan bercampur banyak perasaan. Dia juga tidak percaya dengan fakta yang didapat olehnya subuh tadi, tetapi omongan anak buahnya terdengar meyakinkan.
"Aku tidak bisa membantumu, Aaron. Statusmu menggangguku untuk membantumu."
Ellena memunggungi Aaron sambil menyeret koper merah terang sampai di depan lift sebagai satu-satunya alat untuk dapat keluar dari penthouse pria dua puluh delapan tahun tersebut. Bunyi dentingan lift terdengar tiga detik berikutnya, pintu berkotak besi itu terbuka lebar membiarkan Ellena masuk dengan barangnya.
"Ellena, tunggu!" Aaron berlari kecil ke arah lift yang sedang menutup akses pria tersebut menggapai sang kekasih hatinya. Tidak dibiarkan matanya berair lebih banyak.
"Ellena!" Aaron berteriak sambil menekan tombol lift, berharap kalau kotak tersebut kembali naik membawa wanita yang mengisi hatinya dengan sempurna.
Sayangnya tidak sesuai dengan keinginan, kotak tersebut terbuka kosong saat terbuka.
Aaron tidak bisa menahan lagi, matanya memejam pelan membiarkan satu tetes air mata mengalir di pipinya membentuk jembatan. Pria tersebut perlahan berlutut di depan lift yang terbuka dan menguraikan air mata sendirian di penthouse pagi itu.
I'm really sorry, Ellena. Sorry for loving you without I know this.
To Be Continue
Yup, hari ini double-up. Sesuai ketentuan tentunya. Maaf malam-malam baru update. Baru sempat sekarang.
Hihi.
See ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Scar of Love ✔
RomansaAaron memberikan seluruh hidupnya untuk mencari pembunuh sang ayah angkat dan para kekasihnya. Bersama dengan wanita elegan bernama Ellena, dia mengorek informasi yang ada. Tidak disadari kalau dia akan jatuh ke dalam pesona wanita tersebut. Tapi...