🍁 10 [Gyan]

7 2 0
                                    

07.15 p.m
Manhattan, New York

Aroma khas tumisan daging menyeruak ke sisi penthouse dengan sempurna, Ellena dengan piawai meletakkan spaghetti yang telah dimasak sebelumnya, mencampurnya ke dalam wajan panas. Dengan celemek yang bergantung di leher dan memeluk piyama satinnya, dia sedang berkutat di dapur.

Berbeda dengan Aaron yang baru saja turun tangga dengan pakaian yang telah berubah menjadi piyama dengan lengan panjang berwarna biru gelap. Rasanya menyenangkan memiliki seseorang yang berada di rumah sepimu dan membantumu untuk lebih sehat melalui tangannya sendiri.

Dua kali saling menyentuh wajah dengan bibir masing-masing membuat Aaron tidak canggung dengan wanita tersebut, sama halnya dengan Ellena. Mereka sudah memiliki pemikiran dewasa, didukung kebiasaan negara mereka, membuat semuanya kembali seperti biasa.

"Sedang apa berdiri di tangga? Ayo, makan malam sudah siap."

Aaron tersentak kaget, tidak sadar kalau dirinya mematung di ujung tangga. Kemudian menuruti perkataan Ellena tanpa menbalas.

Green spaghetti tersaji di depannya, sesuai dengan namanya spaghetti tersebut penuh dengan warna hijau. Aaron pemilih makanan, omong-omong, dia sebisa mungkin menghindari yang namanya hijau dan sayuran. Tetapi kalau dipaksa makan, dia dengan berat hati akan menelan benda tersebut. Untuk yang kemarin itu, pasta salad dipesan untuk Ellena. Tapi, perlu Aaron akui green spaghetti Ellena adalah satu-satunya makanan penuh warna hijau yang akan berubah menjadi piring kosong dalam waktu dua puluh menit.

Ellena sendiri yang mulai mengerti dengan kesukaan Aaron berusaha sebisa mungkin menjejalkan Aaron dengan sayuran, salah satu cara dengan seperti ini.

"Aku sudah menerima persetujuan darimu. Seminggu kemudian, kita akan terbang meninjau lokasi," kata Aaron memulai percakapan malam itu.

"Aku juga?"

"Tidak ada yang menjamin kalau kamu akan selamat di sini. Meskipun sudah ada lima bodyguard di bawah basement berjaga semalaman, aku tidak bisa membiarkanmu sendirian di sini. Walaupun Aiden ada."

Ellena hanya tersenyum untuk membalas, "Baik. Aku ikut, aku anggap itu sebagai pelarian untuk melepas penat."

Aaron kembali menyantap makannya berdua dengan hening.

"Mantanmu ... tidak ada satupun yang memberikanmu kode atau petunjuk kalau mereka diancam olehnya?" tanya Ellena ketika makanannya tersisa setengah. "Aku hanya tidak habis pikir, bukankah kamu pacarnya? Tidak pernah sekalipun mereka mengatakannya?"

Dentingan adu antara alat makan dengan piring terdengar, Aaron masih diam setelah semenit berlalu, "Aku tidak merasakannya. Mereka tidak pernah sekalipun mengodenya padaku." Mata pria itu kembali menatap Ellena, "Mungkin mereka memberitahukannya padaku terselubung, mungkin juga aku yang tidak bisa menangkap maksudnya."

"Dasar tidak peka." lirih Ellena sebelum kembali menikmati makannya.

02

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

02.05 a.m
Manhattan, New York

Sisi pakaian sweater yang dikenakan Ellena diremas, sesekali mengusap lengan sendiri karena dinginnya malam menembus tebalkan pakaian yang dipakai tengah malam itu. Mata tajam wanita tersebut berusaha memfokuskan pada seluruh pandangan di sekitarnya. Sesekali memastikan keamanan ketika mendengar suara gesekan angin beradu dengan benda.

Bukan tanpa alasan dia berkeluyuran selarut ini.

Semakin dia memikirkannya, semakin yakin kalau pendapatnya benar. Dia tidak bisa merundingkan ini dengan Aaron, karena pria sukses itu akan terus mengawasinya lebih ketat dari ini lagi. Dia bisa kabur dari bodyguard suruhan Aaron, karena mereka semua berpatroli di luar apartment, hanya tersisa satu orang berjaga di basement. Di sinilah dia sekarang, berjalan-jalan di taman yang menjadi fasilitas Blue Moon Apartment sendirian.

Anggap wanita bernama Ellena Artemis ini mengalami gangguan jiwa, yang menganggu pikirannya hanya satu.

Pembunuh kekasih Aaron.

Singkat cerita, setelah dari insiden pengancaman di restoran tersebut, Aaron meminta untuk dibawakan sebuah mobil lain untuk menjemputnya dan Ellena malam itu, berhati-hati, Ellena tahu kalau pembunuh itu mengincarnya, bisa jadi diselipkan alat pendeteksi atau parahnya sengaja merusak mobil tersebut. Dan benar saja, mobil itu terpasang alat pelacak.

Memang malam itu, mobil tersebut dibawa jalan-jalan dan disesatkan ke arah pedesaan tengah malam. Namun, Ellena merasa kalau sang pembunuh memiliki tak-tik lain dan sudah mengetahui tempat tinggal mereka.

Hitung-hitung mengusir insomnia, batin Ellena saat berjalan di taman.

"Mencariku, Ellena Artemis?"

Suara serak yang tidak terdengar asing itu menyapa telinga wanita tersebut, tanpa berpikir panjang dia segera membalikkan badannya.

"Tidak sekarang, sweetie. Aku sedang tidak memakai masker, kamu tidak boleh melihat ke belakang."

Bahunya ditahan ketika dia mau melihat rupa sang pembunuh, sepasang tangan yang menahan bahunya terasa berat. Dia bisa mendengar deru napas sang pelaku tersebut yang terdengar normal seolah kejadian sekarang bukanlah sesuatu berarti baginya.

"Karena aku sedang senang, aku akan mengampunimu karena telah mengatakannya pada bedebah tersebut. Kamu memang paling berbeda dengan sebelumnya. Mereka semua tidak pernah membocorkan tentangku. But, it's okay, aku sudah berharap kalau kau mengatakannya. Oh! Kamu belum tahu aku, kan? Pasti sulit sekali mengadu pada cecunguk satu itu, panggil saja Gyan. Ini tempat tinggal kalian, kan?"

Bak teman lama, sang pelaku berbicara dengan antusias. To be honest, Ellena yakin kakinya sedang berusaha kuat sekaligus menetralkan napasnya agar tidak terlihat gugup di depan sang pelaku. Sedangkan sang pelaku melihat ke gedung tinggi yang dari luarnya terlihat berkualitas.

"Kurasa sudah cukup untuk hari ini. Kamu terlihat lebih tenang dari kemarin. Aku akan berkunjung ke tempat kalian lain kali, kuharap kalian menungguku. Bye, sweetie."

Pegangan terlepas dan Ellena langsung merasa bahunya melemas, dia langsung berbalik ke belakang dengan deru napas yang berusaha netral. Terbesit kecewa di relung hatinya.

Lagi-lagi hanya belakang yang terlihat, dia tidak mendapatkan yang berarti. Bisa dipastikan sang pembunuh menyukai kegelapan dari dua kali pertemuan yang bernuansa gelap atau temaram dan suka memakai pakaian hitam.

"Nona Ellena!"

Tersadar kembali dari lamunan, Ellena berusaha menampilkan senyum natural kepada dua orang berpakaian formal dengan alat komunikasi terpasang di kerah kemeja dan belakang telinga. Mereka adalah suruhan Aaron.

"Apa yang sedang Nona lakukan di sini sendirian? Tuan Muda mencari Anda di penthouse," ucap salah satu suruhan yang berperawakan tinggi dan tegap. Sedangkan satunya terlihat lebih pendek. Namun, Ellena yakin kekuatannya tidak bisa dianggap remeh.

"Hanya mencari angin." jawab Ellena dengan singkat. Tidak mungkin dia menceritakan tentang si pelaku tersebut atau setelah ini dia akan memanggilnya dengan sebutan 'Gyan'.

"Mari saya antar Anda kembali ke penthouse," ucap bodyguard tersebut lalu mengawal di depan, sedangkan satunya di belakang. Sampai ke arah lift, bodyguard yang daritadi membuka suara mengawal sampai ke dalam lift, satunya berjaga di depan kotak besi tersebut.

Suara dentingan khas dari elevator memecah keheningan di dalam, saat pintu terbuka, Ellena membulat matanya dengan bingung. Aaron berdiri cemas di depannya dengan piyama yang masih terlihat berantakan.

"Aaron," panggil Ellena ketika sang suruhan telah turun untuk kembali berjaga.

Yang dipanggil segera berjalan ke arahnya, melihat dari atas kepala sampai ke bawah dan menghela napas lega, "Darimana?"

"Gyan."

Aaron mengangkat sebelah alisnya menuntut penjelasan. Ellena menetralkan napasnya beberapa kali sebelum mengungkap kejadian yang dia alami.

"Nama pembunuh tersebut ... namanya Gyan."

To Be Continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue

Haiii, Ya Tuhan, aku ketik apa, dah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haiii, Ya Tuhan, aku ketik apa, dah. Maaf.

See ya ^^

Scar of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang