8 Oktober
08.50 a.m
Manhattan, New York"Tuan, hari ini-"
"Kita ke sana, Hendery." Sela Aaron dengan cepat. Sang sekretaris yang duduk di sebelahnya segera menganggukan kepala dan memberikan perintah untuk menjalankan mobilnya.
Hendery melihat nanar sang tuan yang mengarah melihat ke luar langit yang mendung. Apa yang dialami oleh atasannya bukanlah hal yang mudah, lebih dari seminggu dan banyak hal yang datang menghantam Aaron, pasti membuat pewaris tunggal itu terkejut dan kelelahan.
Tidak jarang dia mendapati sang tuan memijat kedua pelipisnya saat bekerja dan memejamkan matanya di kursi kebanggaan saat bekerja. Apalagi semua kejadian itu dekat dengan peristiwa yang tidak akan bisa dia lepas seumur hidup.
Dia hanya bisa berusaha meringankan beban sang tuan dengan bertanya kepada asisten rumah tangga di kediaman Aaron sesering mungkin untuk memastikan kalau kekasih majikannya berada dalam kondisi baik-baik saja. Membelikan banyak persediaan makanan sehat dengan persetujuan Aaron yang akan disantap oleh Ellena.
Butuh satu jam untuk berada di sebuah rumah dekat dengan lembah, itu adalah aset yang ditinggalkan Mark padanya. Semua kekayaan Mark beralih nama menjadi Aaron sebulan sebelum kejadian tragis terjadi. Seolah pria paruh baya itu telah mengetahui takdirnya.
Aaron turun dari mobil dan langsung memasuki perkarangan rumah tersebut yang tidak sebesar mansion keluarga Johnson, sekitar pagar ditumbuhi oleh bermacam bunga dan jalan masuk diberi jalan bebatuan yang rata dengan sekitarnya berupa rerumputan. Di atas rumput itu dibangun sebuah ayunan.
"Kamu menyukai rumah ini, Alvin?"
Senyum sendu terukir di wajahnya saat menatap ayunan yang masih kokoh berdiri di sana. Hendery membuka pintu rumah dan menyalakan lampu sembari menunggu Aaron masuk ke dalam rumah minimalis tersebut. Rumah sederhana bertingkat dua, tidak terlalu sempit atapun luas.
"Ya, aku suka. Rumahnya bagus. Apa kamu akan tinggal di sini?"
Satu per satu kilasan masa lalu terlihat di matanya. Kepalanya mengarah ke depan pagar, bayangan dimana seorang anak kecil dengan pria berusia sekitar tiga puluh delapan tahun itu terlihat di matanya, anak kecil dengan pakaian kaus oblong warna hitam dengan character spider man di depan dan celana jeans berjingkrak kesenangan, sedangkan yang lebih tua hanya tersenyum bahagia dan mengelus surai sang anak kecil.
"Kita tinggal berdua di sini, Alvin. Dua minggu dalam sebulan kita akan tinggal di sini. Kamu suka?"
"Bagaimana dengan rumah besarmu di sana, Paman?"
Suara kekehan kecil yang dia rindukan sepuluh tahun terdengar dengan jelas. Rumah besar yang dimaksud sebagai mansion yang terletak di perumahan terelit di Manhattan.
"Rumah itu tetap milik kita. Alvin dan Paman bebas mau tinggal dimana saja."
"Kalau begitu, boleh aku meminta sesuatu?"
Pria yang disebut sebagai Paman tersenyum, "Alvin mau apa?"
"Alvin ingin bermain ayunan. Tetapi tidak ada di manapun. Apa Paman mau mengajakku bermain ayunan?"
"Apapun untukmu, Alvin. Kita akan buat ayunan di depan rumah. Kamu suka trampolin? Paman akan memasang sebuah trampolin di belakang."
"Di belakang juga ada? Aku suka trampolin. Tetapi, Mama tidak pernah membawaku ke sana."
Aaron tersenyum miris saat melihat anak kecil tersebut berkata lirih di kalimat akhirnya. Serpihan masa lalunya yang kelam. Lalu, anak kecil dan pria tersebut mengabur dan menghilang meninggalkan sebuah mobil hitam yang menjadi alat transportasinya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scar of Love ✔
RomanceAaron memberikan seluruh hidupnya untuk mencari pembunuh sang ayah angkat dan para kekasihnya. Bersama dengan wanita elegan bernama Ellena, dia mengorek informasi yang ada. Tidak disadari kalau dia akan jatuh ke dalam pesona wanita tersebut. Tapi...