Masih banyak cerita tentang Ellena yang belum terkuak,
Begitu diamnya wanita itu membuat tidak ada yang mengetahui pastinya jalan cerita hidupnya.
Kalau kalian hanya tahu sikapnya yang elegan dan selalu berusaha menolong,
Kalian belum mengenalnya dengan pasti,
Karna bagi Ellena ...,
Dia adalah setitik terang dengan penuh kegelapan."Grandpa, kita akan kemana?" tanya Ellena yang masih berumur delapan tahun duduk di tengah mobil diapit oleh sang kakek dan seorang asisten pribadi kakeknya, mata bulat binar polosnya melihat ke luar jendela yang ditumbuhi pepohonan.
Dia menyamankan posisi duduknya, terasa pegal menduduki busa jok dalam waktu yang lama. Ellena tidak tahu pastinya, tetapi melihat pemandangan dari banyaknya gedung tinggi sepanjang jalan atau penuh dengan rumah yang mirip dengan rumah kebanggaan Johnson -kakeknya- sampai menghilang tergantikan dengan pemandangan sungai yang diterangi oleh lampu jalan, pastilah dia sudah lama berada di mobil.
"Anak-anak tersebut telah disiapkan, Tuan Besar," kata asisten pribadi yang dia kenal dengan nama Jack. Uncle Jack, biasanya dia memanggil dengan nama tersebut. "Kita sudah sampai Tuan Besar."
Kakeknya turun dari mobil sedangkan dia dibantu oleh Uncle Jack untuk keluar dari mobil tersebut. Dia tahu pria yang menggendongnya untuk membantunya sedang berusaha mencegahnya dari segala lecet dan luka atau nyawanya akan menjadi taruhan.
Ellena melihat sekitar, matanya yang masih mampu melihat dalam keadaan remang itu bisa melihat sekumpulan anak yang dikumpulkan dengan tangan terikat di belakang posisi duduk. Tatapannya terkunci pada seorang anak laki-laki yang juga membalas tatapannya dengan mata sayu.
Dia menyortir keadaan anak laki-laki tersebut, tubuhnya yang kurus kering kekurangan gizi dengan pakaian lusuh penuh debu dan kotoran, wajahnya kusam dengan mata sayu dan ketakutan di satu sisi. Kontak mata tersebut terputus dengan perkataan dari Jack.
"Mari Tuan Besar, saya mengajak Anda untuk berada di rumah tersebut sembari menunggu kapalnya datang," kata Uncle Jack dengan sopan, dia menggiring Johnson dan Ellena yang masih sesekali melihat anak laki-laki tersebut.
"Grandpa," panggil Ellena dengan pelan ketika mereka sampai pada sebuah rumah yang dekat dengan pesisir. "Mereka akan dibawa kemana?" tanya Ellena dengan cepat setelah sang kakek duduk di sofa. Dia ikut duduk di sofa tepat di sebelah Johnson dengan bantuan Uncle Jack.
"Ke tempat jauh, Nona Muda."
Ellena melihat sang kakek lalu Johnson berucap, "Jack, tolong ambilkan saya minum."
Jack mengangguk, lalu melihat sang cucu tunggalnya dengan tanda tanya.
"Bisakah kita melepaskan satu orang di antara mereka, Grandpa?" tanya Ellena dengan mata berbinar.
"Kita bisa melatihnya menjadi anggota kita, Grandpa." sambungnya dengan ekspresi menggemaskan berbeda dengan ucapan kalimatnya. "Kita kekurangan anggota. Grandpa tidak mau aku ikut masuk dan selalu berada di arena latihan saja. Padahal, aku bisa menembak dengan baik daripada Uncle Jack."
Hit the jackpot.
Ucapan Ellena memang ada benarnya. Uncle Jack lebih sering menemani sang Tuan Besar yang jelas memiliki banyak pengawal yang menjaganya lebih baik daripada Jack sendiri.
"Ellena yakin bisa membuatnya kabur dari pengawal Grandpa?" tanya Grandpa dengan tatapan penuh tantangan.
Ellena tersenyum manis namun terkesan menakutkan, "Aku bisa. Grandpa lihat saja."
Anak perempuan itu berjalan keluar dari rumah yang tidak lebih mewah dengan tempat tinggalnya. Dia melihat seorang pengawal yang menjaga kumpulan anak tersebut.
"Nona Muda juga ikut ke sini. Kita harus menjaganya."
"You don't have to, Mister Michael. I can protect myself well," ucap Ellena yang mendengar perkataan pengawal tersebut, dia tahu nama pengawal tersebut karena cukup sering dia menjaga Johnson selama ini.
Ellena berdiri di sebelah Michael dan kembali berucap, "Mister Michael, kau boleh pergi sekarang. Tuan Besar memanggilmu omong-omong." kata Ellena dengan senyum di wajahnya, "Tuan Besar mengatakannya dalam mobil tadi. Aku akan tetap selamat. Remember? You give me a gun. Anak-anak ini akan kujaga."
Michael masih belum ingin beranjak.
"Aku akan menembak kakinya kalau mereka berani pergi, Mister. Tidak akan lama, pengawal yang lain pasti sibuk dengan pekerjaan lainnya."
Michael pergi dan tidak berapa lama sebuah kapal mendarat di tepi lautan.
"Semuanya sudah sedia, Tuan Besar. Mereka akan di bawa ke Mexico."
Ellena langsung mengeluarkan pisau silet yang selalu di kantung celananya dan memotong tali tersebut dan berdiri kembali seolah tidak ada masalah. Anak perempuan itu tersenyum saat melihat anak laki-laki itu menatapnya tak percaya.Tetapi hanya bertahan selama dua detik, lalu dia segera berlari sejauh yang anak laki-laki itu mampu. Sedangkan Ellena kembali masuk ke dalam rumah dengan santai, membiarkan puluhan derap langkah terasa semakin menjauh mengejar anak laki-laki tersebut.
Dia duduk di samping Johnson yang kembali dibantu oleh Jack, menatap sang kakek dengan senyum kemenangan.
"Baiklah, minta apapun yang Ellena mau."
Ellena tersenyum semakin melebar saat mendengar penuturan sang kakek.
"Hanya ruang bawah tanah di rumah ini." jawab Ellena dengan senyuman, dia tahu kalau permintaannya akan mudah dikabulkan.
Dia tahu kalau urusan menghilang seorang anak itu akan diurus dengan mudah oleh kakeknya, jadi tidak perlu merisaukan terlalu banyak. Tetapi ada satu hal yang dia tidak akan tahu.
Tidak untuk seorang pun yang tahu.
Karena, jika takdir telah terangkat dan bermain dengan kehidupan dunia.
Tidak ada yang tahu kalau tali merah tak kasat mata terbangun di antara dua insan anak tersebut setelah ini.The Truth Untold #1 : She and Her Private Life
The END
KAMU SEDANG MEMBACA
Scar of Love ✔
RomanceAaron memberikan seluruh hidupnya untuk mencari pembunuh sang ayah angkat dan para kekasihnya. Bersama dengan wanita elegan bernama Ellena, dia mengorek informasi yang ada. Tidak disadari kalau dia akan jatuh ke dalam pesona wanita tersebut. Tapi...