xiii. salam hangat

2.9K 393 33
                                    

suara tembakan dari senapan eunwoo menghasilkan suara nyaring yang begitu memekakan telinga. untung saja beomgyu sempat berlari saat eunwoo tengah berancang ancang untuk menembakan senapannya ke arah beomgyu.

jaehyun merasakan tubuhnya menegang saat beomgyu hampir terkena senapan dari eunwoo.

'bugh!'

jaehyun meninjunya bertubi tubi tanpa ampun. dan finalnya, menembak kaki eunwoo tanpa seizin dari pemiliknya.

'dor!'

jaehyun menembakan pistolnya ke kaki kanan eunwoo, berharap agar eunwoo diamputasi agar dis bisa menghabisinya tanpa bisa lari.

"BANGSAT!"

omong omong soal jaemin, entah kemana berniat mencari taeyong dan beomgyu katanya. bukankah mereka hanya sepasang orang asing? bahkan jaemin dan beomgyu tidak bisa dibilang adik dan kakak meskipun jaemin sendiri telah menganggapnya seperti saudara kecilnya, mengapa harus begitu peduli?

"jeno." jeno menoleh menatap mark.

"hm?"

"kau masih ingat dimana letak apartemen paman wonho?"

jeno terdiam sesaat sebelum ia menganggukan kepalanya. jauh sebelum jeno kuliah, jeno pernah berkunjung ke apartemen wonho. iseng mengunjungi club tempat anak kampus berkumpul, membuatnya bertemu dengan wonho. jeno sendiri yang akhirnya harus mengantarnya pulang, lagipula dia tak benar benar menikmati acara minum minum mereka.

meskipun jeno terbilang menyebalkan, rupanya hati malaikat masih terdapat dalam jiwanya.

"bisakah kau antarkan aku kesana?"

***

"sampaikan padanya, jika sesuatu terjadi pada kakaku, akan kubuat hidupnya hancur hanya dengan rekaman cctv!"

jaemin menutup teleponnya sepihak tanpa menunggu jawaban dari yangyang, meremat rambutnya frustasi belakangan ini selalu terjadi hal hal tak terduga.

dimulai dari kampus, jaemin dirumorkan seorang pecandu narkoba dan jalang dari hotel sebelah, kemudian salah satu reporter yang hampir mempublikasi tindakan jaehyun, alhasil dia dihukum keras selama tiga hari, mendapat cambukan dari jaehyun di punggung, tangan dan kaki. dengan alasan, kelalaian dalam bekerja.

kemudian sekarang, perkelahian jaehyun dan eunwoo terjadi, jaehyun benar benar tak memberinya hari libur, bajingan.
terlebih lagi, beomgyu yang sudah dia anggap sebagai adik sendiri.

"AH SIALAN!"

jaemin melemparkan semua benda yang ada di depannya, mengumpatkan apa saja yang terdapat di kepalanya.

terlalu banyak mengumpat, jaemin merasakan satu titik sesak terdapat di dalamnya. memeluk kedua kakinya dan menenggelamkan wajahnya.

'kumohon tuhan, aku baru saja bertemu dengannya akhir akhir ini setelah enam tahun terakhir.'

beomgyu berlari kecil sambil terus sesenggukan meneriakan nama taeyong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

beomgyu berlari kecil sambil terus sesenggukan meneriakan nama taeyong.

setelah kejadian dimana dia hampir terkena tembakan dari eunwoo, beomgyu mempercepat laju langkahnya memencet tombol sembilan di lift. lalu sekarang, tengah mencari pintu dengan nomor dua belas.

"papa!" beruntung apartemen yang didiami wonho adalah miliknya sendiri kalau ini milik perusahaan atau orang lain, mungkin akan ada salah satu orang yang protes karena teriakan kencang beomgyu.

"papa!" beomgyu berhenti berlari, mengusap air mata di pipinya dengan kasar.

"papa dimana PAMAN TAEYONG!"

kali ini bukan main, teriakan beomgyu menggema di seluruh lorong serta sudut.

'paman taeyong!'

taeyong samar samar mendengar jelas suara beomgyu yang tengah berteriak memanggil namanya beberapa kali.

mencoba mengerjapkan matanya, beberapa kali menggigit dan mendesis saat menahan rasa perih yang berada di area sensitifnya.

"gyu."

yangyang yang awalnya tengah mencoba menghubungi jaemin, kini pandangannya teralihkan pada taeyong yang mencoba untuk bernafas normal.

meraih kancing piyama milik taeyong, memasangnya satu persatu ia juga telah menutupi privasi taeyong dengan jaket tak terpakai milik wonho di atas nakas.

"ah!" taeyong berteriak pelan, mencoba menggerakan kaki kanannya yang menyebabkan perih luar biasa pada holenya.

" jangan ter—"

"berhenti bicara omong kosong, aku hanya mau bertemu beomgyu."

'papa!'

yangyang sekarang tengah kebingungan, antara dia harus mencari keberadaan beomgyu yang dekat dengan letaknya dan taeyong saat ini, tetapi disisi lain yangyang akan terkena masalah jika sesuatu terjadi pada taeyong, apalagi kalau dilihat lihat, taeyong sangat keras kepala.

"tuan—"

"beomgyu!"

'persetan dengan jung.'

sekarang yangyang sungguh sudah tidak tega melihat taeyong dengan wajah cantiknya hampir menangis, dan matanya yang masih terbelalak shock.

yangyang berlari menelusuri satu persatu pintu kamar, sebelum itu dia sempat menusuk sekali lagi wonho di area dada kanan agar menentukan bahwa dia memang benar benar telah mati.

***

'sialan, aku tidak tau nama bocah bungsu jung itu.'

yangyang kembali mencoba mengingat taeyong yang menangis sesenggukan meneriakan nama beomgyu.

disela sela mengingat, siluet hitamnya menangkap seorang bocah dengan bersandar di pintu dengan nomor 27 dan wajahnya yang ditenggelamkan membuat rasa penasaran yangyang muncul.

"hei?" yangyang mencoba meraih punggung bocah tadi.

"kau sendirian disini?"

bocah berumur enam tahun itu hanya diam tak bergeming, hanya sesekali mengeluarkan isakan isakan kecil dari mulutnya yg tidak berhenti dari tadi.

yangyang mencoba menangkap wajah bocah tadi, menangkupnya lalu dengan teliti menghapus air mata yang menetes dari pipinya, tanpa melihat genggaman tangannya tengah membawa satu buah pisau.

"maaf, tanganku tergelincir.."

yangyang yang awalnya tengah berjongkok, seketika memundurkan langkahnya saat bocah tadi menusukan pisau tepat ke perut bagian kirinya.

yangyang meletakan tangannya tepat di area yang terluka, menatap tangannya sendiri yang mengeluarkan darah berbau anyir dengan tubuh yang bergetar tak karuan.

"uhuk!" seketika tubuhnya meringkuk sambil terus bergetar. bocah tadi hanya menatap polos yangyang dengan rasa tak bersalah, memajukan langkah kakinya.

tangan yangyang yang dipenuhi darah, menggenggam erat kaki bocah tadi. yang diperlakukan seperti itu kembali membalikan fokus badannya ke arah yangyang.

"iya?"

yangyang masih berusaha sekuat tenaga untuk menatap tajam bocah di hadapannya ini, demi apapun, nada polosnya membuat yangyang ingin menonjok siapapun yang lewat.

"ingin berkenalan?"

"baiklah, hai paman yangyang! namaku kang taehyun aku lahir di kotak kardus, nama ayahku jung eunwoo, senang berkenalan denganmu!"

yangyang membulatkan matanya menatap punggung bocah tadi yang dengan santainya bernyanyi dengan langkah kaki sesekali melompat.

buy me | jaeyong [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang