09

173 14 0
                                    

Mingyu saat sedang berada di kantor imigrasi mengurus beberapa hal untuk pindahan.

'Drrrrtttt drrtttt'
Suara getar ponsel Mingyu.

"Iya Wonu-ah?"

"Mingyu-ssi, apa yang kamu suka?" Tanya Wonu sambil menutup pintu keluar apartment

"Ouh, tiba-tiba sekali. Ada apa?"

"Kamu tahu banyak tentangku, tapi aku tidak tahu apa-apa tentangmu"

"Heuhhhh...." Mingyu menghelakan nafas panjang
"Jangan khawatir, kau akan segera mengingat semuanya" lanjut Mingyu sambil melihat poster Danau Vermlion didepannya.

Panggilan diakhiri,
Wonu berada dalam lift hingga tak lama pintu lift terbuka menampakan sesosok remaja tampan yang sedang membaca secarik kertas, tanpa sadar ia menjatuhkan amplopnya.

Ketika Wonu ingin melangkahkan kakinya keluar tak sengaja menginjak sebuah amplop yang ia kira pasti milik remaja itu, lalu diambilnya diberikannya amplop itu tanpa sadar pintu lift tertutup.

Lagi dan lagi, wonu merasakan penglihatan itu lagi. Ia melihat remaja ini dicekik, disiksa, dan berteriak meninta tolong. Wonu terkejut bukan main.

'Ting'
lift terbuka di lantai 7 dan remaja itu keluar. Bagaimana dengan Wonu? Yups Wonu masih diam ditempat, dia gemetar, masih ditempat yang sama.

Seperti biasa Wonu langsung mengejar remaja itu, menghentikannya agar tak masuk kedalam apartmentnya.

Ketika remaja itu memegang kenop pintunya, tiba-tiba
"Dek! Tidaak! Tunggu! Jangan masuk. Sesuatu yang buruk bisa terjadi padamu" ujar Wonu sambil menahan remaja itu.

"Leher kiri.... tidak, dia punya bekas luka didagunya. Dia berusia 40an, eeh bukan bukan 50an. Pria itu akan... " lanjut Wonu gelagapan.

"Siapa disana?" Sela suara sesorang dari dalam apartmen.

"Orang itu akan..." lanjut Wonu namun dipotong oleh remaja itu.

"ini aku, pa" remaja itu membuka pintu lalu masuk meninggalkan Wonu yang merasa ketakutan. Tak sengaja Wonu berpandangan dengan ayah si remaja saat Wonu masih memegang pintu yang masih terbuka.

Dilihatnya dengan seksama pria yang telah berumur itu, sama persis seperti penglihatannya sebelumnya. Ada luka didagunya, lalu ditutu pintu oleh pria itu. Wonu masih gemetar melihat hal yang akan terjadi seperti penglihatannya.

Tak lama si remaja keluar dari apartmen masih dengan pakaian yang sama dengan membawa drafting tube dan sebuah ransel yang disangkulkannya dibahu.

Yup, Wonu masih disana setelah melihat remaja itu keluar Wonu mengikutinya. Melewati stasiun bawah tanah, menaiki tangga, berjalan diluasnya aspal dengan jalan sudah dipenuhi oleh orang yang berlalu lalang.

Pandangan Wonu sedikit teralihkan oleh sebuah toko alat lukis, saat ia kembali ke posisi semula... remaja itu sudah tidak ada lagi, pandangnya sudah terhalang oleh keramaian, ketika ingin mengejarnya lagi tiba-tiba.

"Wonu-ya"

Panggil seorang pria manis dengan mata sipitnya.

"Wonu-yaa!"
Ucapnya lagi sambil meraih tangan Wonu dengan raut wajah sumringah.

"S-sudah lama tak berjumpa" jawab Wonu dengan wajah bingung.

"Apakah kau baik-baik saja?" Tanyanya lagi

"Kau jadi lebih tampan, aku hampir tak mengenalimu, pak" jawab Wonu lagi dengan canggung.

"Eeihh, kenapa tiba-tiba memanggilku pak? Aku sangat mengkhwatirkanmu, aku tidak tahu caranya menghubungimu"

.
.
.


Wonu mengikuti pria itu memasuki ruangan yang terdapat beberapa anak.

"Mr.Wonu, selamat siang" ucap seorang anak menyambut Wonu.

"Ini Chan" kata Soonyoung, sapaannya
"Kau lupa? Kau kerja disini selama bertahun-tahun" Lanjutnya

"Aku bekerja disini, pak?" Kata wonu sambil melihat sekitar.

"Berhenti memanggilku begituu, namaku Soonyoung, Kwon Soonyoung. Lalu yang kau bilang aku lebih tampan tadi adalah bohong?" Jelas Soonyoung agak kesal.

"Heei, Wonu-ah, Kau tak bisa mengingat mejamu?" Kata Soonyoung lagi setelah Wonu melewati meja kerjanya.

Setelah melewati meja kerjanya, Soonyoung langsung mendudukan Wonu ke kursi miliknya dimana ia biasa mengajar. Yup, Wonu adalah seorang guru, guru seni. Sudah lama Wonu mengajar disana bersama Soonyoung.

.

"Coba ceritakan. Kau pergi mendaki bersama suamimu? Auhh cintanya padamu cukup unik" tanya Soonyoung dengan intonasi menjengkelkan

"Oh iya, apakah dia masih mencurigaimu?" Lanjutnya

"Maksudnya?" Tanya Wonu penasaran

"Itu.. anu.. maksudku beberapa orang berbohong soal mendaki gunung, dan akhirnya mendaki sesuatu yang lain di motel. Karena kau sering mendaki gunung, dia bisa jadi cemburu atau curiga. Aiihh karena dia suami yang penyayang, eeh... suami yang pencemburu namun penyayang hehe..." jawab Soonyoung mencari-macri alasan agar tak menyakiti Wonu.

Wonu tak terlalu mendengarkan perkataan Soonyoung barusan lalu ia melihat kartu nama disamping komputernya. Dilihatnya.

'JEON WONWOO, INSTRUKTUR' lalu dibelakangnya ada kartu nama lain 'KIM MINGYU, CEO KM ARCHITECTURE'

"Semua barangmu akan aku kirim melalui pos. Tapi benerkah kau tidak apa-apa?" Ujar Soonyoung disela Wonu memperhatikan kartu nama itu, lalu Wonu mengangguk tersenyum.

****
Tbc

Vote and comment are highly appreciated
Thanks for reading

사실인가요 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang