16

145 14 0
                                    

Mereka berlari menuju lokasi yang Wonu sebut. Namun, lagi dan lagi seperti dejavu, mereka tak melihat apa hanya bahan bangunan yang mereka lihat.

"Mustahil. Aku bersumpah aku melihat semuanya disini!" Teriak Wonu sambil mengusak-usak barang disana.

Minki tak tinggal diam, dia pun berusaha menghentikan Wonu dan berkata bahwa tak ada mayat disana. Detektif Lee pun berpikir bahwa Wonu salah lagi kali ini.

Wonu terus berteriak bahwa dia melihatnya sendiri dan semua perkataan Minki itu bohong. Ia melihat koper hitam besar dihadapannya yang pernah dia bilang ada mayat didalamnya. Dibukanya koper itu, namun hanya ada alat-laat berat. Wonu terus meratapi, terus membongkar-bongar koper itu, dan bersumpah dia benar-benar melihatnya dengan teriakannya.

"Kau hanya berhalusinasi, jadi berhentilah!" Pinta Minki

Wonu mengambil palu besar yang ada dikoper, ia langsung mengarahkan ke sebuah semen yang berbentuk balok besar yang tadinya digunakanya sebagai tempat bahan bangunan.

Minki yang melihat itu langsung menghentikan Wonu dengan merampas palu yang dengan erat dipegang Wonu. Kedua detektif itu pun merelerai mereka.

Minki mendekati Wonu yang terduduk untuk membawanya pergi dari sana.
"Kau senang sekarang? Aku akan membawa suamiku pulang"
Ujar Minki kepada kedua detektif itu. Dan berjalan untuk pergi.

Namun, detektif Wen tak semudah itu. Ia menghentikan langkah mereka yang ingin pergi, "Suami apanya, bangsat! Kau merusak cctv pada tanggal 13, bukan?"

Mata Minki melirik kanan kiri tak percaya bahwa detektif itu mengetahuinnya. Detektif Wen menyuruh detektif Lee untuk menahan Minki. Lalu diambilnya palu besar tadi.
"Aku akan menggalinya sampai menemukan jawabannya"

Detektif Wen mengarahkan palu kesisi semen, dipukulnya berkali-kali sampai jebol. Minki melihat dan sedikit gelisah dengan apa yang dilakukannya.
Tak lama... terlihatnya sebuah tangan dengan jam melingkar. Betapa terkejutnya mereka mendapati sebuah mayat disemeni.

Wonu melihat jam itu dengan seksama, dan menyadari bahwa itu jam milik suaminya, Kim Mingyu.

.
.
.

Pria yang mengaku suami Wonu itu pun ditahan oleh polisi atas tindak pembunuhan. Wonu saat ini sedang duduk dibelakang ambulance yang terbuka dengan selimut dipakainya, ia tampak syok dengan apa yang terjadi hari ini.

Wonu ditemani oleh detektif Wen untuk bertemu dengan pria yang ditahan tadi. Saat mereka berdiri untuk pergi, Wonu sangat terkejut ia melihat Mingyu (suami asli) menggukan hoodie sedang menatapnya. Wonu memejamkan mata berharap itu cuma halusinasinya saja, ia tahu bahwa Mingyu sudah meninggal, jelas ia melihat sebuah tangan menggunakan jam tangan milik suaminya itu. Dibuka matanya setelah mendengar detektif Wen yang terus memanggilnya dan lelaki itu sudah tidak ada.

.
.
.

Wonu dan detektif Wen saat ini berada dibalik cermin dua arah melihat Kim Minki diinterogasi oleh detektif Lee.

"Perusahaan bangkrut karena hutang perjudian Kim Mingyu. Kami bertengkar soal itu disitus, dan aku membunuhnya secara tidak sengaja" detektif Lee yang mendengar itu langsung mengetiknya disebuah laptop.

"Mengapa kau kembali ke situs?" Tanya detektif Lee setelah mengetik

"Setelah pembongkaran dimulai, aku khawatir mayatnya akan ditemukan, jadi aku kembali. Dan juga aku berencana membunuh Wonu untuk uang asuransinya. Jadi aku menyamar menjadi Kim Mingyu"

Pernyataan Minki membuat Wonu terdiam. Ditengah keterdiamannya detektif Wen memberi secarik kertas yang telah dilipat menjadi 4 bagian, isinya terdapat sebuah alamat rumah asli Wonu. Detektif Wen menyarankannya kesana barangkali dia dapat mengingat sesuatu. Rumah itu sebenernya sekarang sudah dibeli oleh Kim Minki 4 bulan yang lalu, namun tak ia beritahu karena kondisi mereka, kondisi Wonu tepatnya.

"Kim Minki, sebenarnya siapa dia?" Kata Wonu spontan yang dapat didengar jelas oleh detektif Wen.

Detektif Wen menghela napas panjang "Dia adalah kakak angkatmu"

Ya kalian tahu bagaimana ekspresi dan perasaan Wonu sekarang. Dan meminta untuk bertamu dengannya.

.

Kedua insan itu dipertemukan diruangan interogasi dengan suasana yang canggung.

"Menurutku... semua ceritamu bukanlah kebohongan" kata Wonu sambil menatap pria dihapannya.

"Apa bedanya sekarang? Pikirkan apapun yang kau inginkan" balas Minki

"Meskipun aku diadopsi, kau satu-satunya keluarga yang aku miliki. Katakan, apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Wonu lagi

"Aku tak mengerti maksudmu. Aku membunuh suamimu. Aku berencana membunuhmu untuk oembayaran asuransi. Jika kau meninggal digunung, aku akan bebas. Sayang sekali" pernyataannya membuat Wonu tak percaya hingga membuat mata Wonu berkaca-kaca. Dirinya pun begitu, menundukkan kepalanya dengan tangan yang mengusap ujung matanya mengunakan ibu jari.

"Jika apa yang aku lihat disitus adalah kenangan kejadian nyata, itu berarti aku ada disana malam itu" kata Wonu dengan terus menatap kesal Minki.

"Kenangan? Bisakah kau ceritakan apa yang nyata dari apa yang dibuat? Kau pikir kau waras?" Perkataan Minki membuat Wonu tak bisa bicara lagi. Minki tersenyum remeh dengan mata yang bekaca-kaca lalu manggil sipir untuk mengakhirin kunjungan ini.

Minki mendekatkan badannya kemeja dan berkata kepada Winu untuk melupakan hal ini dan berhenti bicara omong kosong yang sering Wonu ucapakan dengan tatapan kecemasan, seperti memberikan sebuah pesan kepada Wonu namun tak datang ia memgerti.

Saat Wonu melankahkan kaki menuju luar ruangan bersama detektif Lee, ia berhenti sejenak.
"Unit 706" Wonu berbalik badan
"Bagaimana dnegan apa yang kulihat disana?" Pertanyaan Wonu tak dijawab oleh kakak angkatnya itu. Ia hanya menundukkan kepala tak sanggup menatap Wonu.


****
Tbc

Vote and comment are highly appreciated
Thanks for reading

사실인가요 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang