13

135 15 0
                                    

Sebuah mobil hitam berhenti didepan gedung apartment. Didalam mobil itu ada seorang pria berpakaian serba hitam dengan topi hitam yang tak asing, kita semua mengenalnya.
Ia memegang topi untuk menutupi wajahnya agar tak terlihat dari cctv.

'Tok tok'
Suara ketukan dari liar kaca mobil. Pria bertopi itu menoleh. Dibukanya kaca mobil.

"Anda tinggal diunit 1004 lantai 10, bukan?" Tanya seorang satpam apartment yang mengetuk tadi.

"Ah iya" jawabnya dengan suara serak.

"Seseorang menemukan ini di lift" ujar satpam sambil memberikan sebuah box. Satpam nampak mencurigai pria yang berpakaian serba hitam, dan ia melihat sebuah koper hitam besar dibelakang.

Ia langsung memnutup kaca mobil dan melajukan mobilnya. Ia berhanti diparkiran, dibukanya box tadi. Ditemuinya foto-foto Wonu dengan seorang pria lain. Ya, ini foto yang dilihat Wonu sebelumnya.

Diremasnya, dibantingnya foto-foto itu. Dibukanya topi lalu memijit keningnya dan mengusak rambutnya. Mingyu yang tadinya menundukkan matanya kini melihat kelain arah, seperti mendapatkan sebuah ide. Tapi entahlah aku pun tidak apa apa yang dipikiran Mingyu saat ini.

.
.
.

Wonu terbangun dari tidurnya, berjalan keluar kamar mendengar suara blender dari arah daput. Dilihatanya ada Mingyu yang sedang membuat sarapan dan sebuah jus.

"Oh, hei! Kau sudah bangun. Ayo kita sarapan" kata Mingyu sambil menyiapkan sarapan dimeja makan.

Namun Wonu menghiraukan itu "Tadi malam... kau pergi kemana?" Tanya Wonu ragu.

Mingyu mendekat kepada Wonu, wajah Wonu? Ketakutan. Ketika Mingyu memegang kedua lengan Wonu dengan kedua tangannya, Wonu terkejut ketakutan. Mingyu membalas dengan senyuman.

"Kemana aku pergi? Aku tidur disampingmu" ujar Mingyu meyakinkan sambil menangkup pipi Wonu dengan kedua tangannya. "Kau baik-baik saja?"

Wonu membalas dengan senyum terpaksa. Mingyu menyuruh Wonu duduk untuk menyantap sarapan yanh telah ia buat.

.
.
.

Wonu sedari tadi mondar-mandir diruang tengah, ia sedang memikirkan suatu hal. Lalu ia mengambil tasnya dan berlalu keluar apartment.

Wonu pergi menenui Soonyoung rekan kerjanya disekolah seni untuk menanyakan beberapa hal.

"Soonyoung-ssi, apakah kau tau Kim Minggyu itu seperti apa?"

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Soonyoung heran. Lalu dengan sigap Soonyoung mengecek tangan, leher untuk memastikan hal itu tidak terjadi.
"Dia tidak memukulimu lagi kan?" Lanjut Soonyoung panik.

Mereka bertatapan, Wonu masih terharan-heran dengan tingkah Soonyoung.

"Kau benar-benar tak ingat?" Soonyoung menghela nafas panjang lalu menarik rambutnya kebelakang.
"Saat kau bilang akan berhenti sekitat sebulan, kau bilang padaku akan bercerai. Kau bilang suamimu telah berubah. Kau minum pil depresi karena itu" lanjut Soonyoung dengan apa yang ia tahu.

Wonu masih terdiam tak percaya.
"Waktu ituu..., apa aku tertarik pada pria lain?" Tanya Womu memastikan.

'Haaah...' Soonyoung menghela nafas lagi. "Kalau itu aku tak tahu, tapi... suamimu berpikir begitu"
Wonu terdiam lagi. Entahlah aku tak bisa membaca pikiran Wonu.

.
.
.

Wonu berjalan menuju pos utama gedung apartmentnya. Sebelum Wonu bertanya pak satpam sudah mengetahui apa yang akan Wonu tanyakan.

"Box? Seseorang menemukannya di lift. Lalu kuberikan pada suamimu" jelas pak satpam sambil menulis

"Kapan?"

"Tadi malam. Sekitar jam 2 pagi lewat" jawab pak satpam sambil mengingat kapan tepatnya ia memberi box itu.
"Apa dia akan melakukan perjalanan? Dia pergi dengan koper besar" lanjut pak satpam.

Wonu mengiyakan dengan suara gemetar. Tangan gemetarnya meraih tas, namun matanya tak fokus memandang. Ia langsung berlari menuju apartmentnya.

Saat ini Wonu berada dilemari penyimanan barang, ia mencari box miliknya yang diberikan satpam kepada suaminya. Namun tak sengaja Wonu melihat benda yang bersinar tergantung disaku jaket suaminya.

Dilihatnya benda itu, kalung dengan liontin daun. Beberapa detik kemudian ia menyadari suatu hal. Ya, benar. Ia mengingat kejadian malam itu, orang yang keluar dari unit 706 membawa koper besar pernah menjatuhkan liontin ini. Wonu terkejut tak percaya.

'Tidak mungkin' bantinnya.


****
Tbc

Vote and comment are highly appreciated
Thanks for reading

사실인가요 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang