ʚ happy reading ɞ
Artika tersenyum manis sambil memoleskan bedak bayi ke pipinya. Artika memakai outfit hijab. Hanya dengan memakai lipbalm, bedak bayi, juga kaca mata bulat. Dirinya terlihat berbeda. Agak seperti remaja pada umumnya. Ya meskipun wajah dewasa tidak bisa tertutupi.
Outfit hijau army menjadi penyempurna penampilan nya malam ini. Sebenarnya Artika disuruh memakai gaun oleh Deon, tapi jika begitu Artika tidak bisa menutupi wajah dewasa nya yang semakin hari ketara.
Artika melirik jam tangan putihnya yang melingkar elegan di pergelangan tanganya. Pukul 17.46 .
Dirinya keluar kamar dengan aura positif yang selalu ada. Menyapa setiap maid yang lewat. Lalu memijak tangga dan menemukan kakaknya yang juga menatapnya.
Renjun diam memandangi penampilan feminim artika. Sama sekali tak berkutik. Hingga suara dari belakang nya menyadarkan nya.
"Ayoo llie!! Abang udah dari tadi nunggu nya" Renjun membuang muka tak suka. Wanita dewasa di depannya yang sebenernya gadis belia ini adiknya. Kenapa dari tadi yang dipanggil abang hanya Jungwoo sepupunya? Eh?!.
"Iyaa bang wu, masih jam berapa sih. Magribnya itu entarr" Artika turun sambil membenahi letak pashmina putih nya yang melorot. Lalu mengambil cepat punggung tangan renjun untuk disalimi sambil berlalu cepat.
Tentu ia tak memiliki keberanian sebesar itu. Namun, itu sopan dan wajar kan?
Artika melompat kecil di setiap tangga yang ia pijak. Renjun berbalik terkejut sambil mengangkat tangan kanan-nya melongo mengahadap kedua manusia itu. Sampai artika di pijakan terakhir, Jungwoo mengacak gemas kepala artika yang terlilit kain.
"Llie kalo merasa sakit hati, lain kali nggak usah gitu yah? dibiarin aja" Saran Jungwoo yang sedikit kasihan membuat renjun lagi-lagi mendengus tak suka. Woi, iki masih ada dirinya!
"Abang nyindir ya?" Bisik artika agak keras. Renjun ikutan gemas juga. Bisa-bisanya malah berbisik-bisik jauh didepannya.
Lalu keduanya tertawa pelan sambil berjalan keluar mansion. Artika melihat Jungwoo memakai pakaian Hijau tua pun memekik. "kok samaan sih bang? Padahal gak ada janjian loh" tuturnya membuat Jungwoo mendengus.
"Ya kan emang Ditentuin nya hijau llie, kamu gak dikasih tau?" jawabnya membuka pintu mobil. Lalu melaju meninggalkan mansion.
"Enggak ada tuh, ini aja tadi kebetulan. Kenapa kok ditentuin?"
"Masa sih?, keluarga Reghantara itu dominan sama warna hijau. Llie inget Mansion utama Reghantara family? Di dalemnya serba hijau"
"Engga lupa" cengirnya mengahadap ke arah jendela.
"Dasar" kata Jungwoo gemas
"Betewe bang, ini makan malem biasa kan?"
Jungwoo melirik Artika lalu mengangguk."iya kok, acara rutinan setiap bulan inimah. tapi nanti pasti ada hal serius yang bahas"
Artika menoleh, "Apaan tuh?"
"Palingan masalahnya gak jauh-jauh dari bisnis orang tua" artika mengangguk paham.
"Oh gitu, iya sih. Keluarga bunda juga gitu kalo lagi kumpul-kumpul." Jungwoo mengangguk. hening sesaat menjadi keadaan canggung. hingga dering ponsel berasal dari tas Artika membuat nya tersentak pelan.
Artika menghela nafas pelan. 'Alhamdulillah, piks inimah piano naek takhta adek laqnat jadi kesayangan'
Artika mengangkat panggilan dari Alviano dan otomatis menekan tombol loudspeaker.
"Yeobosseo?"
"Assalamu'alaikum anying! "
"Waalaikumsalam babi!" gertak Artika membuat Jungwoo disampingnya tertawa pelan. Membuat Artika menoleh heran.
"Gak gitu nyett! E zell, kok berisik sih?"
"Berisik apaan? orang gue dijalan"
"Hayoh lo kencan sama siapa? Wah parah sih lo nggak bilang-bilang dulu! Gua bilangin Diana mampus lo"
"Apaan sih gaje lo piano! Udah ah gue tutup ya"
"Bentar anying! Entar berangkatnya sama Gua ya? "
"Lambemu minta di sumpel uang nya Diana ya noo! gak ada sopan-sopannya dari tadi heran" gerutunya lagi-lagi mebuat Jungwoo tertawa. ya bagaimana? Artika sedari tadi di samping nya kalem dan tenang tiba-tiba berubah manjadi sosok yang cepat kesal Seperti ini.
"Woiya mau dong gua kalo itu" Alviano menjeda sejenak kalimat nya "jadi beneran lo udah berangkat?" kali ini terdengar posesif.
Artika menggigit bibir bawahnya. Kenapa tiba-tiba seperti ini woy?! "I-iya"
"Lo nggak sama saudara brengsek lo itu kan? " tanyanya membuat artika melirik Jungwoo yang masih tenang menyetir. Dalam hatinya menyumpah serapahi adek laqnat nya itu. Bisa bisa nya sih?! Kalo denger mampus pasti alviano!!
"E-enggak"
Alviano terkekeh "apaan sih zell? Yaudah biasa aja, merasa bersalah nih gua"
"Kampret!!" teriak Artika melotot kesal. "Gua udah mau mati deg-deg an gara-gara lo Babi!" teriaknya frustasi lalu mematikan Sambungan. Berada di jangkauan Alviano membuat Artika merasa gagal hijrah, ngomong kasar mulu bawaanya! Kan dia jadi nggak enak sama Jungwoo, ntar dikiranya 'Ini cewe pake jilbab tapi ngomong nya kasar'. Kan astagfirullah gitu, Artika juga masih hijrah pelan-pelan.
Dan Kini, mereka berdua berhenti di supermarket yang letaknya agak jauh dari kawasan mansion Saudara tiri Artika.
Mereka berdua masuk ke dalam Supermarket setelah memarkirkan Mobil. Artika Berjalan berpisah dengan jungwoo yang pergi mengambil minuman.
Artika memilih snack ringan berjumlah 10-item dengan merk yang berbeda-beda. Lalu dua item potato snack dan satu botol minuman isotonik untuk dirinya sendiri.
Artika terus mendorong troli belanjaan hingga berhenti di keranjang buah-buahan. Artika mengingat sesuatu!
"Reghantara, dominasi sama warna hijau. Harusnya keluarga Reboisasi dong ehehe" gumamnya memilih-milih buah melon dan semangka. Membawa semua barang belanjaan ke kasir, lalu menemui Jungwoo yang menunggu.
Artika kira setelah dari Supermarket, Mereka akan langsung menuju ke Mansion utama keluarga Reghantara. Tapi ternyata Jungwoo menyeretnya menuju bagian belakang gedung Supermarket.
Artika celingukan melihat tempat sepi yang sedikit creepy menurut nya. D-dia punya pikiran buruk tentang Jungwoo!
Karena tak kunjung sampai, artika berhenti sambil menurunkan kantong belanja nya. Jungwoo yang menyadari itu lantas berbalik dan Mengambil alih kantong Belanjaan nya tanpa sepatah kata.
Artika binggung. Dia ada salah? Apa karena Jungwoo marah karena dikacangin Artika tadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hated | nct dream
FanfictionKasih sayang yang tertutup oleh kelabu tebal, Meninggalkan ego yang besar disana. Bahkan cahaya kasih itu sangatlah remang dan redup. gadis itu tak keberatan dengan segala hinaan yang terlontar untuk dirinya. Diam, itu satu-satunya hal dan cara yang...