Kasih sayang yang tertutup oleh kelabu tebal, Meninggalkan ego yang besar disana. Bahkan cahaya kasih itu sangatlah remang dan redup.
gadis itu tak keberatan dengan segala hinaan yang terlontar untuk dirinya. Diam, itu satu-satunya hal dan cara yang...
Lelaki itu jengah mendengar alunan lagu yang di putar saudaranya. Tidak tau jika matanya memanas marah juga menahan kantuk sedari tadi. Apalagi dengan telinga nya yang sungguh panas mendengar suara dari kaleng bekas yang dipukul pukul.
Jika malam ini tak hujan deras, maka bisa dipastikan lelaki itu mengusir dua makhluk yang pantas dinistakan disini.
"Bila kau terus begini ~~"
"Nanti ku bisa pergii"
"HOK YAA HOK EEE"
"AKU MOHON SAYANGILAH DIRIKU DI DALAM HIDUPMUUUU"
"anjrit"
Bukh bukh
Setelahnya lelaki yang nampak terganggu itu melemparkan guling dua sekaligus. Menghiraukan saudara-saudaranya yang tengah tertawa sambil mengumpat. Berberapa kali dirinya memberi tanda peringatan tapi selalu dihiraukan dan tetap menyanyi dengan keras keras. Meskipun kamar ini kedap suara namun seseorang yang di kamar sebelah pun masih bisa mendengar suara toa saudaranya.
Lelaki itu, mark yang sedang menonton anime di ponselnya juga tak memakai headset memutuskan mengambil punya nya di kamar adik lelaki bungsu nya.
Mark dengan pandangan menajam melewati saudaranya menuju pintu utama kamar.
Berjalan santai melewati setiap kamar kamar hingga sampai di depan pintu berwarna putih lebar milik jisung. Menolehkan kepala sebentar menghadap pintu pink milik artika, bersikap acuh setelah itu masuk ke kamar jisung tanpa mengetuk.
"Sung guㅡ"
"YA ALLAH TOBAT TANTE!!"
"adaㅡ"
"MATI KEK LU ANJ"
"Jisung anjㅡ"
"B4BI DAHLAH BYEㅡ"
"SUNG PINJEM HEADSET!!!"
jisung yang semula tidur tengkurap menghadap buku komik kini terperanjat hingga menjauhkan headset di telinganya. "Astaghfirullah salam bang!" cetusnya membenarkan letak kaca mata bulatnya.
"Kamar sebelah lu berisik banget!"
"ga tau gue pake hetset"
"Iya dah, gue pinjem headset ada?"
"Diatas meja" Sahut jisung kembali merebahkan tubuhnya disusul mark yang keluar kamar tanpa mengucap makasih setelah mengambil headset. jisung pun menghiraukan itu.
°•°
"Pianooo kangennn" sapa artika kecentilan.
"apa? Siapa?" ketus lelaki di sebrang telepon yang tengah mengumpat. bisa dipastikan sekarang ia tengah bermain game.
"Ck! pianoo liburnya tinggal sehari lagi lu nggak mau jalan-jalan yah? nggak bosen yah?"
"enggak"
"yaudah nggak jadi! Bye" Decaknya mengambek tapi sambungannya tak kunjung di putus.
"hem byeeee kakㅡANJ JAGA JARAK BANG"
lagi lagi decakan keras terdengar dari mulut artika. Apalagi jika gadis itu tidak ngambek? Ia mendadak menyesal telah menelpon adiknya itu. Memang sejak kemarin sekolah diliburkan tiga hari dengan alasan tidak jelas. Dan sekarang adalah hari ke dua dirinya dirumah saja. Tapi dirinya meliburkan diri selama empat hari, sehari sebelum tiga hari liburnya. Ingat waktu ia syoping dengan Teman-teman nya? hari kecepit, katanya.
"noo"
hening. hanya terdengar suara adu pedang dari sebrang
"alpian"
"hem"
"PIANOO!!!"
"IYA APA?!"
" о^ω^o " disini artika cekikikan tidak jelas mendengar adiknya ngegas. ia lantas mengubah nada suaranya menjadi semelas mungkin.
Seperti nya dia sangat senang. "ya Allah no, kamu tertekan?" tanyanya lirih. Pura-pura lirih.
"kakak mau apa?" tanya alviano lembut. Pura-pura lembut.
"eheh! itu.. Anuu jadi kan di kelas gue ipa nya ada praktek racun rumput lah gue mau beliin jarum nyaa yaa??"
"hemm"
"ahh ehh itu ada lagii! lu kan uda tau jarum buat eksperimen racun rumputnya di nomer berapa? Tau kan? gue tau lu genius. tapi gak lebih dari gue"
"anjㅡ ya in biar fast"
"Hehe bekawan kita. gue sama titip bubur promina rasa beras merah, rasa pisang juga kalo ada. Jangan yang ubi"
"Hujan"
"Ihh udah enggak kok! dari tadi berentinyaa. lu sih nggak liat depan"
"ya, otewe" artika tahu itu hanya alibi alviano mengatakan otw. padhal sudah jelas dia masih duduk sambil memainkan game di komputer miliknya. "Alah ngibul bngst" Umpat nya pelan. Entah disana alviano mendengar atau tidak, ia berharap iya.
"Satu lagi kalo ada. Sari dele yang bukan original. Rasa apa aja penting jngan ori. gue nunggu papa lama banget"
" Papa...?"
"heeehh? I-iya gue mintak oleh-oleh"
"Tunggㅡ"
Tutt.
Untuk sepihak panggilan dimatikan oleh artika. Ia cemas karena nada adiknya berubah. Atmosfer di sekeliling nya juga mendingin. Padahal gorden kamar suda lebar sekali dibukanya saat turun hujan tadi.
"Ehm kok langsung gitu ya? gue salah ngomong? ga tau bye saja"
•-•
kini artika telah berdiri dengan wajah sumringah di samping rumah megah saudara tirinya. Memandang alviano dengan berseri-seri dan tak hentinya mengucap kegirangan. sedang yang ditatap hanya mendengus malas.
"Mwaakacii alpianoo!!" ucapnya setelah meneliti barang dalam plastik belanjaan.
"Gue nanya Renald nggak ada eksperimen di kelas lu" pernyataan yang alviano lontarkan lantas mengundang pelototan darinya.
"iyalah! Nggak ada, ngapain lu nanya ke temen lu?"
"Dia sekelas sama lu!" gertak alviano gemas lantaran kakaknya ini menghindar dari kebohongan yang dibuat nya sendiri.
"Hmm Renald yah? Ihh soswit banget sampe nanya-nanya gituu. gemesss" Pupil mata artika berbinar lucu. Ia mencoba mengalihkan topik karena sendiri nya tidak mengenal renald renald itu. "Tapi sayangnya kelas gue emang nggak ada percobaan IPA minggu ini" sanggah artika mengangkat plastik nya tingi-tinggi membuat mata alviano melotot dan keluar.
"udah lah kenapa sih? mahal banget yah harganya? buat eksperimen sendiri juga"
Merasa alviano yang diam saja lantas artika menggoyangkan plastik belanjaan nya di depan wajah adik kembarnya. "Udah makasih juga, buruan balik! udah adzan noh, solat buru!" Alviano kembali mendengus karena secara tak langsung kembarannya itu mengusir dirinya.
tapi juga toh buat kebaikan dirinya juga agar tak menunda salat dhuhur nya ini.
tak urung mengacak rambut panjang saudaranya penuh sayang setelah itu pamit pergi menginjak gas motor cepat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.