Seminggu telah berlalu. Hubungan diantara keduanya tidak ada kemajuan sama sekali. Harsa sudah beberapa kali mengabari Dara lewat whatsApp, namun Dara tak kunjung membalas isi pesan darinya. Bahkan Harsa juga sudah berusaha menelpon. Alih-alih menjawab Dara malah memblokir nomornya membuat Harsa jadi uring-uringan dan melampiaskan kemarahannya pada karyawan kantor. Pekerjaan pun jadi berantakan gara-gara memikirkan wanita itu.
Harsa berniat setelah pulang dari kantor ia akan mendatangi rumah Dara. Entah kenapa Harsa ingin memperjuangkan cintanya, bisa dibilang ia jatuh cinta pandangan pertama. Sejauh ini Harsa tidak pernah seserius itu pada wanita bahkan sampai tahap akan melamarnya. Padahal ia baru bertemu beberapa kali.
Jujur saja Harsa sudah cape pacaran bertahun-tahun dan ujung-ujungnya malah ia ditinggal. Harsa tidak mau berlama-lama, lagi pula umurnya sudah memasuki kepala tiga. Ibunya sudah cape menanyainya kapan nikah. Maka dari itu Harsa pengen cepat-cepat melamar Dara, sebelum wanita itu diambil oleh pria lain, Harsa tak akan membiarkan itu terjadi.
Tok! Tok!
Suara ketukan pintu membuat Harsa sedikit kaget lalu wajahnya memberengut kesal setelah seorang pria memasuki ruangan.
"Ada apa?"
"Wessh, santai Pak Bos. Nih, gue cuma ngasih berkas yang harus lo tanda tangan." Pria itu meletakkan berkas yang dia maksud. Dengan cepat Harsa membukanya sebelum ditanda tangan ia baca sebentar lalu menyerahkan kembali pada pria itu.
"Ngapain lo masih di sini?" tanya Harsa melihat pria itu masih ada di ruangannya. Alih-alih pergi pria itu malah menarik kursi dihadapannya dengan seenak udel pria itu duduk dengan kaki diangkat satu.
"Istirahat sebentar elah. Lu gak kira-kira ngasih gue kerjaan banyak banget. Gue curiga lu lagi ada masalah ya?" tebakan pria itu tak pernah salah.
"Sopan dikit sama atasan! Sekali gue denger lu ngeluh, gue tambahin lu kerjaan lagi."
Sontak pria itu membulatkan mata. Setelannya mendengkus. selalu saja seperti ini ketika Bos tengah mengalami masalah atau apapun itu pasti melampiaskan padanya. Mentang-mentang sudah kenal lama jadi seenaknya. Kalau saja dia bukan berada di kantor udah adu bacot.
"Anj--- ya jangan dong Bos! Lu mah gitu banget sama gue." ujar pria itu sambil memanyunkan bibir.
"Ham, dimohon untuk tidak memperlihatkan muka sok imut lu, di depan gue. Gedek gue liatnya!" Pria bernama Ilham itu mendengus kesal, lalu mengubah posisi duduknya.
"Sekarang ada masalah apalagi? Pasti nyokap lo nyuruh cepet nikah--ah, gue tau nih!" ucap Ilham menjentikkan jari dengan heboh. "Lo pasti dijodohin 'kan? Ngaku lu!"
Harsa menghela nafas panjang. Lelah dengan semua ini, apalagi harus berhadapan dengan pria yang sudah dari zaman SMA bersamanya. Ilham adalah tipikal orang yang tidak jauh berbeda dengan ibu-ibu komplek yang sering bergosip. Padahal dia laki-laki. Kenapa juga ia bisa sedekat ini, malah pertemanan mereka awet dan sekarang jadi partner kerja.
"Emang lo pikir zaman Siti Nurbaya apa pake segala jodoh-jodohin." seru Harsa menatap sengit.
"Ya .... Bisa jadi 'kan."
"Gue lagi jatuh cinta." Harsa tiba-tiba bersuara sepelan mungkin supaya Ilham tidak mendengar ucapannya. Sekali lagi Ilham ini memiliki pendengaran yang sangat tajam. Harsa lupa akan hal itu. Dan lihat ekspresinya memperlihatkan sebuah keajaiban yang belum pernah terjadi padanya. Terlalu berlebihan memang.
"Serius lu! Wah, gue masih nggak percaya." Ilhan menggelengkan kepala seolah masih tidak percaya apa yang baru saja Harsa ucapkan. "Seharusnya lo bahagia lah, ini mah apa? Muka keliatan kusut banget."
"Masalahnya cewek itu ngehindar terus. Malah gue diblok."
"Samperin ke rumahnya lah! Lo harus gentelment. Lakik gak lo?!" Ilham malah jadi kesal gini. Percayalah dia sendiri bingung kenapa Harsa jadi se-ribet itu sama perempuan. Baru pertama kali dia lihat Harsa kayak seolah baru pertama kali jatuh cinta saja. Padahal kalau diingat-ingat dia suka gonta-ganti pasangan.
Harsa melotot tak suka, "Ya, lakik lah gue! Gue udah buktiin bahwa gue serius sama tu cewek. Dan gue juga bilang mau ngelamar dia."
Ilham mengangguk paham. Tidak ada yang salah dengan Harsa lakukan. Tapi kenapa wanita itu tidak menerima Harsa? Jujur saja Harsa ganteng banyak duitnya, bisa-bisanya wanita itu menolak Harsa. Pantes beberapa hari belakangan ini Harsa terlihat tak bersemangat dan seperti memikirkan sesuatu. Dan ternyata gara-gara wanita itu.
"Udah berapa lama lo kenal dia?"
"Belum lama. Kurang lebih sekitar dua mingguan,"
"Anjrit. lo nggak salah, Bos!" Ilham kaget bukan main. Dia pikir sudah kenal beberapa bulan nyatanya baru-baru ini. Biasanya Harsa ketika dekat dengan wanita pria itu pasti lama sekali prosesnya untuk menjadi wanita itu sebagai pacarnya. Jikapun Harsa sudah memilih pasti hubungan mereka tak bertahan lama, karena Harsa selalu menemukan wanita yang mudah bosan dengannya.
Dan kali ini Ilham sangat penasaran siapakah wanita yang sudah merebut hati Harsa sehingga pria itu langsung tancap gas melamarnya. Ilham salut pada temannya ini. Belum tentu juga dia bisa berani seperti apa yang dilakukan Harsa.
Harsa menatap heran, "kenapa emangnya? Kan bagus gue lamar dia. Dari pada pacaran lama-lama, malah buang waktu."
"Ya, nggak salah sih. Emang lo udah mikir mateng-mateng? Gini, Bos. Nikah itu bukan perkara mudah, apalagi lo baru kenal sebentar. Yakin sih gue, lo belum kenal satu sama lain. Belum tau sifat aslinya, gue nggak mau lo nyesel kemudian hari."
Harsa paham, dia juga sudah berpikir mateng-mateng. Tapi apa salahnya jika ia melamarnya? Bukankah itu niatan yang baik. Mungkin untuk saling mengenal satu sama lain, Harsa akui belum tau betul sifatnya. Ilham mungkin menyuruh Harsa untuk pacaran terlebih dahulu. Tapi Harsa tidak mau, ia pengen ketahap yang lebih serius, yaitu melamarnya.
Dengan seperti itu tidak akan ada pria lain yang mendekati wanitanya, karena Harsa sudah lebih dulu mengikat wanita tersebut agar tidak lepas darinya.
Untuk mengetahui satu sama lain, setelah nikah juga bisa kan? Malah lebih baik seperti itu. Pacaran setelah menikah tidak ada salahnya bukan? Ingin melakukan sesuatu juga tidak akan menimbulkan fitnah. Karena sudah sah dimata agama dan negara.
"Gue tahu itu. Lo pikir gue ngelakuin ini nggak mikir kedepannya apa. Gue akan menerima apapun sifat dan kekurangannya." ucap Harsa tegas yang malah kelihatan keren dimata Ilham. Pria itu tersenyum bangga pada Harsa.
"Lo cukup doain gue. Semoga niat baik gue diterima."
Ilham mengangguk, pria itu beranjak dari kursi lalu berjalan menuju Harsa dan memeluknya seperti pria pada umumnya. Lantas dia menepuk pundak Harsa ada rasa haru yang terlintas dalam hatinya. "Pasti, Bro. Semoga dilancarkan."
"Anjir! Babaturan Aing kabeh geus karawin. Kapan gue nyusul lu pada."
••••
TBC.
Semoga suka❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Husband!
ChickLitApa jadinya jika seorang pria tiba-tiba datang dan mengajaknya untuk menikah? Bahkan ia sama sekali tidak mengenali pria itu. Semua cerita tersebut sama persis yang tengah dialami oleh Adara Indraswari. Dara tak menyangka jika pertemuannya dengan Ha...