Wanita berbalut kerudung pashmina berwarna biru dengan gamis yang senada yang sangat pas dipakai ditubuhnya. Make-up tipis di wajahnya semakin menambah kesan sempurna, aura kecantikan begitu terpancar dari wajahnya. Namun dibalik itu Dara terlihat gusar. Sepuluh menit Dara masih setia duduk di atas motor. Area parkir semakin penuh oleh para tamu undangan yang datang menghadiri acara tersebut.Siang hari, matahari begitu menyengat dan tak membuat wanita itu beranjak dari tempatnya. Pikirannya beradu seakan ragu untuk masuk ke dalam. Hati Dara semakin sesak ketika tak sengaja melihat sebuah papan karangan bunga ucapan selamat menikah dengan nama Arya Permana. Ya, mantan Dara itu sudah sah dua jam yang lalu. Dara sengaja tak menghadiri acara akad nya, semakin sakit jika ia berada di sana. Maka daripada itu Dara hanya datang saat resepsi nya saja.
Tanpa di duga setetes bulir lolos keluar dari matanya. Dara menyadari kenyataan pahit ketika pria itu benar-benar meninggalkannya. Seperti mimpi buruk yang mendatanginya, namun ia sangat sadar bahwa mimpi itu sangat nyata.
"Lo pasti kuat dan lo harus bisa mengikhlaskan." Dara menyemangati dirinya sendiri, tidak ada cara lain selain menguatkan diri sendiri. Itu yang ia bisa lakukan.
Sebelum turun dari motor Dara menyempatkan untuk berkaca di spion, takut jika make-upnya hancur akibat menangis tadi dan membuatnya semakin malu saat datang dengan wajah yang hancur. Dengan langkah ragu ia masih tetap berjalan memasuki hotel. Setelah Menulis nama dibuku tamu, ia berjalan masuk meski kakinya seakan berat untuk melangkah.
Tidak ada yang bisa menemani dirinya untuk datang hari ini. Baik Tari maupun Ranti, keduanya sangat sibuk sehingga tidak bisa hadir. Dara berpikir nanti di sana juga banyak teman kuliah nya, mana mungkin Arya tidak mengundang mereka semua. Dara akan bergabung, sehingga ia tidak benar-benar sendiri.
"Dara!"
Dengan spontan Dara mendongak lalu melihat sekitarnya. Di tengah ramainya orang-orang yang hadir ia jadi susah melihat siapa orang yang tadi memanggil dirinya. Mata Dara menyipit ketika dua wanita melambaikan tangan kearahnya. Semakin dekat ia menyadari bahwa mereka itu adalah teman semasa kuliah. Dengan cepat ia menghampiri lalu berpelukan tak lupa cipika-cipiki seperti biasa.
"Dara, sumpah gue kangen sama lo," Dara mengangguk dengan tersenyum. Tak bisa dipungkiri ia juga kangen sekali pada Suci dan Yani, mereka berdua di tambah Ranti merupakan geng yang sering di sorot, jika salah satu diantaranya tidak ada maka banyak orang yang menanyai keberadaannya. Bahkan sampai mengira slek karena tidak bareng, padahal gak selamanya mereka selalu bersama ada kesibukan masing-masing.
"Gue juga ih! Kapan ya terakhir kita kumpul? Tiga bulan yang lalu kan."
Yani mengangguk, "hooh, pokoknya harus sering kumpul lah! Luangin waktunya sedikit, jangan pacaran mulu sama laptop." ujar Yani sarkastik. Dara tertawa pelan berbeda dengan Suci yang mencibir.
Dara yang mengerti apa maksud dari perkataan Yani ia hanya terkekeh, tak heran juga Yani berbicara seperti itu. Kenyataan dari Suci itu orangnya gila kerja dia gak akan pulang sebelum semua urusan selesai, sampai Yani sendiri teman se-kantor tidak sanggup jika itu terjadi pada dirinya. Jangan ditanya gajinya pasti gede si Suci ketimbang Dara dan Yani.
"Lo lagi nyindir gue gitu?" tanya Suci jutek, tangan bersidekap lalu menghembuskan nafas. Dia memang orang paling baperan dan pemarah. Jangan coba-coba menggoda saat dia sedang tidak mood bisa-bisa akan diamuk senggol dikit dibacok begitulah kira-kira prinsip Suci.
Yani mulai was-was atas perubahan mood Suci dia langsung menggeplak bahu Suci dengan terkekeh tanpa dosa. "Aelah gue cuma bercanda kali!"
Suci hanya mendelik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Husband!
ChickLitApa jadinya jika seorang pria tiba-tiba datang dan mengajaknya untuk menikah? Bahkan ia sama sekali tidak mengenali pria itu. Semua cerita tersebut sama persis yang tengah dialami oleh Adara Indraswari. Dara tak menyangka jika pertemuannya dengan Ha...