HMH || Part 16

1.2K 84 6
                                    


Saat mendapat berita dari Hanin tentang berlangsungnya acara lamaran yang akan diselenggarakan 3 hari lagi yang membuat Dara sangat terkejut. Ia tidak suka acara mendadak seperti ini, lagipula masalah ini tidak bisa dilakukan secara sepihak saja. Dara juga punya andil besar dalam hal ini.

Dara sedikit kesal pada orangtuanya, kenapa juga dia tidak langsung memberitahukan kepadanya? Harsa hanya memberitahu kepada orangtuanya. Tetapi semua orang di rumah tidak ada yang mau memberi kabar. Padahal ia ada di rumah waktu itu, tidak kemana-mana. Jika tidak ada Hanin mungkin ia tidak akan pernah tahu masalah ini.

Dara juga sempat bertemu Harsa pada hari itu juga. Ia yang mengajak untuk bertemu untuk membahas masalah ini. Dara bela-bela keluar rumah malam hari dalam kondisi hujan deras untuk menemui pria itu. Tidak perduli seberapa penolakan pria itu menolak dengan beralasan hujan, takut ia kenapa-kenapa di jalan.  Tapi pada akhirnya Harsa mengabulkan permintaan Dara.

Saat bertemu Dara tidak mau bertele-tele, ia langsung melontarkan banyak pertanyaan. Dara juga mengeluarkan segala kemarahannya. Mungkin bagi sebagian orang akan senang jika persiapan lamarannya diurus oleh calon suaminya, tanpa campur tangan sedikit pun. Tapi bagi Dara sendiri ia tidak mau seperti itu. Konsep yang telah ia impikan selama ini, apakah akan lenyap begitu saja?

Perdebatan sengit antara Dara dan Harsa masih berlangsung. Sampai dimana Dara tiba-tiba mengeluarkan sebuah kalimat dari mulutnya secara spontan.

"Saya mau lamarannya dibatalkan saja."

Entah dorongan dari mana ia mengatakan seperti itu. Tanpa mendengar ucapan Harsa, ia pergi begitu saja. Sejujurnya ada rasa tidak rela mengatakan hal tersebut. Terlalu tersulut emosi yang membuat Dara melakukan tindakan diluar dugaannya.

Setelah pertemuan itu Dara tidak langsung pulang ke rumah. Ia menginap di kost-an Tari tanpa mengabari siapapun. Dara pengin menenangkan pikiran, sekarang rasanya ia tidak mau banyak orang untuk menemuinya sementara waktu.

Dara bersyukur Tari tidak banyak bertanya tentang kondisinya saat ini. Wanita itu bahkan menghibur Dara sampai ia bisa melupakan masalah tadi.

"Dar, nyokap lo nge-chat gue nih nanyain lo. Gue harus bilang apa?"

Dara yang tengah menyeruput kuah mie langsung tersedak kemudian terbatuk-batuk dan menyebabkan tenggorokannya jadi sakit.

"Jangan kasih tahu kalau gue ada di sini."

"Berarti gue harus bohong dong."

"Pliss, kali ini aja lo bantu gue. Gue mohon." Dara menangkup kedua tangannya sambil memperlihatkan wajah yang memelas. Tari mendelik lalu mengangguk mengiyakan perkataan Dara.

Tari tidak tega melihat Dara seperti ini. Datang ke kost-an dengan tubuh basah kuyup. Tari ingin sekali menanyai masalah apa lagi yang terjadi pada Dara. Sangat sulit menahan bibir untuk tidak kepo dengan urasan orang lain, namun kali ini Tari harus menahannya. Karena Tari tidak mau membuat Dara bersedih kembali. Biarkan Dara sendiri yang berbicara duluan.

"Udah tuh." Tari memperlihatkan rom chat-nya lalu meletakkan kembali handphone nya. "Demi lo gue rela berbohong."

"Makasih banyak. Emang ya lo temen terbaik gue." Dara langsung memeluk Tari dari samping. Wanita itu memberontak geli, namun ia tetap menguatkan pergelangan tangannya agar tidak bisa dilepas oleh Tari

"Tapi dosanya lo tanggung sendiri."

••••

Semalaman Dara dan Tari menghabiskan waktu menonton drakor yang tengah booming. Entah jam berapa mereka tertidur, karena langsung menamatkan tontonan dengan jumlah episode 12. Tentu mereka tidak benar-benar full menonton sepenuhnya, Dara dan Tari sering meloncat durasi hingga lebih cepat untuk selesai.

Gara-gara bergadang Tari jadi telat berangkat ke kantor. Tadi pagi, ia harus membantu Tari mencarikan flat shoes yang entah dimana keberadaannya sehingga wanita itu jadi marah-marah karena ulahnya sendiri yang menyimpan asal-asalan. Dara juga harus menyetrika pakaian Tari. Meski masih mengantuk Dara tidak enak melanjutkan tidurnya sementara Tari sedang kesusahan, apalagi di sini ia menumpang.

Setelah Tari berangkat, Dara kembali melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. Dara masih belum ada panggilan dari perusahaan maka sampai sekarang ia masih jadi pengangguran.

Dara terbangun jam sepuluh pagi. Gedoran pintu yang menganggu dari luar sehingga ia jadi terbangun. Dara berdecak kesal, sungguh kesal. Tadinya Dara akan mendiami, malas untuk membukakan pintu dalam kondisi kamar yang jauh dari kata rapih. Hanya saja orang itu terus mengetuk pintu.

"Ini, nih, contoh orang yang nggak beradab. Udah tahu nggak ada sahutan, tetep aja diketuk."

Dara bangkit untuk melihat siapa orang yang telah mengganggunya, melihat dibalik tirai. Ia menangkap sosok punggung pria dengan tubuh tegap. Pria itu membelakanginya, sehingga Dara sulit untuk mengenali orang itu.

"Sepertinya Dara tidak ada di sini. Kost-annya kosong. Beberapa kali saya ketuk tidak ada yang menyahuti dari dalam." Pria itu tengah menelpon seseorang di seberang sana.

Dara bergeming beberapa saat. Walau tubuh pria itu membelakangi, tapi Dara mengetahui suara pemilik pria bertubuh tegap. Dia Harsa. Pria yang ia hindari untuk tidak bertemu beberapa hari kedepan.

Yang jadi pertanyaan Dara, kenapa Harsa tahu alamat kost-an Tari? Selama ini orang rumah tidak mengetahui, karena Tari sering pindah-pindah tempat.

Prangg!

Dara tidak sengaja menginjak piring dibawah yang tersimpan tepat di sampingnya. Menimbulkan suara yang nyaring. Ia merutiki, kenapa juga ia tidak melihat dulu sebelum melangkah.

"Dara! Saya tahu kamu ada di dalam. Cepat buka pintunya!"

••••

TBC.

masih ada gak ya, yang nungguin cerita ini update?

Hi, My Husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang