Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
.
H Y U K J A Epov.
Malam ini begitu dingin. Angin tetap saja menyusup masuk ke kulitku, meski seluruh jendela sudah kututup rapat, serapat hatiku saat ini.
Ya, serapat hatiku.
Semenjak kegagalanku dalam memiliki sebuah rasa bernama cinta dan kasih sayang yang berbalas, hatiku telah kututup. Kukunci serapat mungkin, kukunci berkali-kali agar tak mudah lepas. Kuncinya sudah kubuang jauh, bersama kenangan indahku waktu pertama kali merasakan yang namanya jatuh cinta.
Yah, begitulah. Aku selalu tak bisa berhenti merutuki nasibku yang tak kunjung berubah, soal cinta.
Gagal, jatuh, hingga mencapai titik akhir keputusasaan sudah biasa kukecap.
Pertama, aku melihat rumah disebelahku akhirnya berpenghuni tepat dua tahun yang lalu. Yah, biasalah, aku penasaran, dan kebetulan sekali, Jaejoong hyeong menyuruhku mengantarkan masakannya untuk si tetangga baru itu, katanya untuk 'penyambutan' terhadap orang baru.
Dengan langkah penasaran kumasuki halaman rumah itu. Kemudian tanganku dengan tidak sabar mengetuk pintunya. Lama juga hingga terdengar jawaban, dan pintu itu pun terbuka.
“Annyeong...” sapaku pelan. Yah, aku memang agak canggung untuk sebuah perkenalan baru. Aku sedikit pemalu.
“Ah, nado annyeong!” jawabnya bersemangat, sembari melemparkan senyum menawan padaku.
Kuperhatikan dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambutnya agak kebiruan, badannya tegap dan tinggi, untuk ukuranku yang memang terlihat mungil mungkin.
“Kau tinggal disekitar sini, ya?” sambungnya.
“I... Iya... Aku tinggal dirumah itu,” kataku menunjuk ke arah sebelah kiriku, “Kakakku membuat ini, sebagai salam perkenalan dari kami,” kataku menyerahkan sepiring kare andalan Kakak.
“Wah, terima kasih banyak,” katanya tersenyum lebar, “Baru hari pertama disini, sudah dapat tetangga yang baik sekali.”
