Main Cast : Lee Donghae & Lee Hyukjae
Genre : Romance
Rating : T+
Length : Drabble
WARNING! BxB, BOYS LOVE
.
.
.
.
“Tubuhmu mungil sekali. Seperti perempuan.” Donghae berbisik sambil mengecup jemari lentik Hyukjae.
Hyukjae mengerang jengkel, “Heh, apa kau bilang? Aku laki-laki jika kau lupa! Lagi pula wajahku tampan, sama sepertimu.”
Donghae tertawa. Entah kenapa menghabiskan waktu dengan Hyukjae selalu membuatnya ingin tertawa.
“Aniyo. Wajahmu cantik, Hyukie. Seperti perempuan, manis dan menggemaskan.”
Hyukjae memutar bola matanya malas.
“I-itu karena aku mirip ibuku!”
Disudutkannya tubuh Hyukjae hingga menubruk pelan kaca jendela. Sebelah tangan Donghae menempel di kaca, sementara sebelah lagi menangkup wajah Hyukjae. Mengamati wajah itu lekat-lekat. Bahkan deru nafas Hyukjae bisa ia rasakan.
Selama hampir tiga tahun sekelas dengan Hyukjae di SHS, Donghae menyadari tidak ada yang berubah dengan wajah sahabatnya itu. Mata yang masih memancarkan sinar polos, hidung mancung, bibir plum merah menggoda, serta kulitnya putih mulus. Kalau bukan karena Donghae pernah melihat seberapa rata dada Hyukjae saat berenang, Donghae pasti sudah bersumpah laki-laki cantik itu adalah seorang perempuan.
Namun entah kenapa fakta bahwa Lee Hyukjae adalah seorang laki-laki tulen, tidak melenyapkan hasrat Lee Donghae untuk mencecap rasa dibibir merah yang mungil itu.
Maka Donghae melakukannya.
Karena penasaran bagaimana rasanya mencium laki-laki. Juga karena beribu alasan lain yang tidak bisa Donghae jelaskan.
Aku nyaman berada didekatnya.
Aku ingin dia selalu disisiku, bersama denganku.
Mungkin karena Donghae suka merasakan cengkeraman tangan Hyukjae yang semakin erat di punggungnya. Dan merasakan lidah Hyukjae malu-malu menyentuh lidahnya yang memaksa masuk melewati bibir plum itu.
Oh. Dan jika Donghae bertanya-tanya,
Apakah rasa Hyukjae semanis penampilannya?
Kini Donghae sudah tahu jawabannya.
Lee Hyukjae benar-benar manis luar biasa.
Donghae tidak tahan ingin menyentuhnya, lagi.
Dentum cepat dan tak beraturan jantung, Donghae dengar. Tapi Donghae tidak lagi bisa membedakan milik siapa. Milik Hyukjae kah, milik dirinya kah, atau malah milik mereka berdua?
Ciuman itu terasa singkat bagi Donghae, karena Hyukjae yang mendorong tubuhnya untuk menjauh. Hyukjae merasa sesak, ia kehabisan nafas karena Donghae yang begitu mendominasi melumat bibirnya. Berulang kali.
Keduanya terengah. Akan tetapi Donghae sempat-sempatnya tertawa, membuat Hyukjae bingung.
“Tahu begini, seharusnya kulakukan lebih awal—menciummu, maksudku.”
.
.
.
.
END.
With Love,
Mila Lee