Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
.
Mianhaemianhaehajima Jangan meminta maaf
Naegachorahaejijanha Itu membuatku semakin menyedihkan
Ppalganyeppeunipsullo Dengan bibir merah cantikmu
Eoseonareuljugigo ga Cepatlah, bunuh aku dan pergi
Naneungwaenchanha Aku baik-baik saja
“M-Mianhae.. Jeongmalmianhaeyo...”
Pria bermata sendu itu menitikkan air matanya. Hari sudah menjelang malam, tapi ia tetap tak bergeming sedikit pun dari tempat duduknya, padahal sejak pagi buta dirinya berjaga. Linangan airmata semakin deras, tatkala mengingat bayangan sang kekasih. Sosok yang mencintainya begitu dalam. Tanpa Donghae sadari ia begitu mencintainya. Merindukannya. Membutuhkannya dalam hidup, layaknya udara.
***
Majimageuronareulbarabwajwo Lihatlah aku untuk yang terakhir kalinya
Amureohjianheundeutuseojwo Senyumlah seperti tidak ada yang salah,
Negabogosipeunttae Jadi ketika aku merindukanmu
Giokhalsuitge Aku bisa mengingatnya
Nauimeoreotsogeneeolgulgeureolsuitge Sehingga aku bisa melukiskan wajahmu dalam ingatanku
“Sekarang hari apa?” Donghae merengkuh tubuh Hyukjae dari belakang. Melesakkan wajahnya diantara perpotongan leher Hyukjae. Aroma yang khas, parfum rasa stroberi.
