Happy reading🤗
✨✨
Anin harus menerima tawa ejekan dari Frisya yang tak kunjung berhenti sejak mereka keluar mall tadi. Mobil yang dikendarai Frisya kini bahkan menepi saking tidak kuatnya perempuan itu menahan tawa.
"Udah ngetawain gue? Puas lo, Fris!" dengus Anin sebal.
Frisya masih tertawa sambil mematikan mesin mobil. Ia menoleh ke kiri dan menahan tawa kuat-kuat kali ini. "Lanjutin pake GlowApp, Nin. Biar gue bisa dapet cerita seru lainnya."
Memang kurang ajar sahabatnya itu. Masa berharap Anin salah kencan lagi?
"Terus lo jadi makan siang sama suami orang tadi?"
Anin tahu nada bicara Frisya masih menertawakannya. "Nggak lah. Bahaya kalo ada yang kenal dia terus divideoin. Bisa viral gue entar."
"Lagian dari awal gue udah ingetin lo, Nin. Main gituan kayak beli kucing dalam karung. Lo nggak tahu siapa yang lo kencani. Mungkin ada yang berhasil. Tapi perbandingannya dikit."
Anin tahu konsekuensi itu sebenarnya. Tapi namanya mencoba kan?
"Tapi, Nin. Siapa tahu si Ian itu udah duda." Mata Frisya memicing saat mengatakan itu.
"Fris, jelas-jelas nama kontaknya 'istriku' bukan 'mantan istriku'," sebal Anin yang lagi-lagi menciptakan tawa Frisya. "Lagian lo samain kisah cinta lo sama gue."
"Emang lo nggak mau sama duda?" Frisya malah semakin salah fokus pertanyaannya.
"Mau lah. Apalagi duda ting ting kayak laki lo. Tapi nggak mau juga duda karena KDRT, apalagi selingkuh." Anin bergidik ngeri. "Percintaan zaman sekarang ngeri ya, Fris. Udah punya buntut satu malah mainan GlowApp. Mana dia ngaku bujangan lagi. Serem."
"Lo kapok nggak?"
Anin nyengir. "Belum. Mau coba lagi."
Frisya langsung berdecak. Tidak mengerti ada apa dengan Anin. "Nyari jodoh tuh niatnya jangan cuma ngindarin omongan tante lo, Nin. Yang ada malah nggak dikasih-kasih karena niat lo nggak bener di awal."
Anin memberengut. Ucapan Frisya memang benar. Ia tersindir, terjungkal, guling-guling. Memang benar niatnya menghindari omongan tidak sedap tantenya. Cuma buat bekal saat ditanya apa punya pasangan. Biar Anin bisa menjawab 'iya' tanpa berbohong.
"Makan yuk, Nin. Lo pasti capek abis kejar-kejaran sama laki orang."
"Sialan lo, Fris."
Tapi akhirnya Anin mengikuti saat Frisya turun mobil. Ada sebuah restoran cepat saji. Ia memang cukup lapar makanya pesan nasi. Mereka duduk di dekat pintu masuk biar tidak stres dan bisa lihat keadaan luar lewat jendela.
Baru sesuap nasi masuk mulut, Anin mengembuskan napas lelah. Tatapannya terarah ke luar sejenak sebelum menatap Frisya. "Fris, gue beneran nggak kuat mental kalo sampe dateng ke nikahan sepupu gue."
Frisya menghentikan makannya dan meletakkan burger ke piring semula. Ia terbiasa dengan Anin yang bodo amat dengan ucapan orang. Mungkin kekesalan Anin sudah sampai puncaknya sekarang. Tapi Frisya juga yakin kalau kegalauan Anin bukan hanya itu. Ia pikir, Anin juga sedang sangat membutuhkan seseorang. Di umur mereka sekarang memang sedang masanya butuh support system selain keluarga dan teman. Frisya bisa mengerti.
"Anin, menghindari seseorang buat kedamaian hidup itu perlu lo lakuin. Lo sebenernya nggak perlu penuhin ekspektasi mereka. Lo yang akan capek sendiri. Kayak sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)
Teen Fiction[Pemenang Wattys 2022 Kategori New Adult] Berawal dari sindiran pedas trah Kakek Sadewo, Anin sebagai cucu perempuan satu-satunya yang belum punya pacar merasa tertekan. Demi membawa teman kondangan agar sindiran julit para tantenya terbungkam, ia m...