19. Pillow Talk

45K 8.1K 1K
                                    

Jangan nyanyi.

Pillow talk my enemy, my ally.

✨✨

"Mama duduk aja udah," kata Anin melihat Sari hampir berdiri membantunya memindah makanan.

"Rajin banget memang anak Mama," puji Sari melihat hidangan di meja makan.

"Kayak biasanya enggak," jawab Anin membuat mamanya tertawa. "Lagi weekend jadi aku masak daging, biasanya kan oseng-oseng doang. Maklumin kalo nggak enak, Ma."

"Pasti enak."

Anin duduk di seberang Sari sebelum melihat Dandi dan Gagah mendekat ke meja makan.

"Tumben pagi amat masaknya," kata Gagah setelah duduk di sebelah Anin.

"Biasanya juga jam segini, Bang."

"Nggak. Biasanya lebih pagi."

Astaga, kakaknya satu ini ngajak berantem terus perasaan.

"Pa, cariin Bang Gagah jodoh tuh biar nggak lontang-lantung nggak jelas di weekend gini," saran Anin pada papanya. "Kenalan Papa kan banyak yang punya anak cakep."

"Banyak banget." Dandi langsung meraih ponsel di meja. "Ini, Papa tunjukin di grup Portugal."

"Pa, please, jangan yang di grup itu. Yang lain," usul Anin panik.

Dandi tertawa. "Justru yang ikut grup Portugal itu orang tuanya milenial, Nin. Apalagi anaknya."

Anin merengut. Walau begitu ia amati saja ponsel Dandi yang sudah ditunjukkan padanya. "Ih, kenapa Papa kirim foto aku di grup sih?" sewotnya.

"Waktu itu perkenalan anggota keluarga, Anin. Papa kenalkan kamu. Banyak yang mau jodohin sama anak mereka."

"Enak aja. Aku punya pilihan sendiri."

"Iya, Papa tau." Dandi tersenyum. "Makanya Papa bilang, khusus anak Papa yang satu ini udah disegel pake police line."

"Ya ampun, Pa," keluh Anin merasa capek. "Emangnya aku kena tindak pidana?"

Dandi tertawa, disusul Gagah. Memang satu frekuensi dua orang itu. Sedangkan mamanya masih kalem, menyendok nasi dan menyiapkan makanan untuk suaminya.

"Aku mau, Pa, dijodohin," kata Gagah setuju.

"Zaman sekarang kok main jodoh-jodohan," sindir Anin.

Gagah berdecak. "Dijodohin nggak mesti harus langsung nikah kali, Nin. Maksudnya ada kenalan dari teman Papa, biar gue sama anaknya saling kenal dulu. Kalo cocok ayo, kalo nggak ya sono."

"Ganteng doang, nggak bisa cari pacar sendiri." Anin masih meluapkan sindirannya.

"Kalo ada yang susah kenapa harus gampang? Lebih tertantang sama yang belum pernah dikenal."

"Pret," jawab Anin singkat.

"Udah, malah jadi berantem." Sari terkekeh dengar dua anaknya yang tidak pernah akur.

"Oh iya, Papa lupa. Tadi Papa bangun jam 4, lihat mobil di depan itu punya siapa ya? Coba dilihat, Gah. Takut rampok ngincer rumah kita."

"Bertahun-tahun di sini nggak ada rampok, Pa," ujar Gagah sambil berdiri. "Selain satpam kompleks yang galak banget, malingnya pasti mental duluan lihat jidat Pak Dandi yang gunawan itu."

Tidak ada yang tersinggung, ketiganya malah tertawa selepas Gagah berjalan ke depan rumah.

"Anin baik-baik aja sama Bagus?" tanya Dandi.

GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang